19 ~ Ketakutan Hilma Terjadi

24.9K 1.1K 161
                                    

"KAK DAREN! AAAA NILAI AKU TINGGI! AKU PERINGKAT SEMBILAN DARI SATU ANGKATAN!"

Daren mengusap telinganya mendengar teriakan itu tetapi dirinya juga terkekeh. Mendapatkan sepuluh besar satu angkatan tidak mudah, apalagi angkatan Hilma termasuk angkatan dengan jumlah murid terbanyak selama lima tahun terakhir. "Good girl, pacar aku emang pinter."

"HIHI, AKU SENENG!"

Daren tersenyum mendengar itu. Dirinya menatap ke arah langit dan langit mulai berwarna orange karena matahari yang akan terbit, dirinya baru saja selesai berolahraga. "Aku bangga sama kamu. Kamu pasti susah payah untuk dapatin nilai sebaik itu. I'm so proud of you, Hilma."

Tidak terdengar jawaban apa-apa membuat Daren berpikir. Tidak ada yang salah kan dari perkataannya? Atau sinyal? Atau bagaimana? Daren melihat layar ponselnya dan sambungannya masih menyambung. "Ma?"

"Kak, kakak tau gak, selain dari mulut Baby, aku dapat penghargaan kata 'bangga' itu dari kakak. Mama papa bahkan gak peduli mau aku dapat juara satu pun. Aku kaget, kak, ternyata masih ada juga orang yang bangga sama kehadiran aku."

Daren tertegun, tidak menyangka bahwa diamnya Hilma karena alasan itu. "Ma, hei, listen to me, kehadiran kamu itu pasti dibuat bangga sama orang-orang yang ada di sekeliling kamu. Kamu baik, kamu pinter. Mama papa kamu pasti bangga kok, tapi mereka gak ngungkapin aja."

"Emang iya, kak? Bisa gitu?"

"Bisa, sayang."

"Kakak ngomong gitu bukan karena mau nenangin aku aja, kan?"

"Enggak, aku beneran."

"Punya pacar yang umurnya jauh emang lebih nenangin ternyata ya, kak. Tau gini, aku dari dulu mepetin kakak."

Daren terkekeh. "Beda cerita kalau kamu yang mepetin aku. Udah pulang, ya?"

"Heem, ini lagi di jalan. Besok malam prom night. Nanti kalau aku dah sampai rumah, aku minta pendapat tentang dress nya ke kakak, ya?"

"Boleh, dengan senang hati aku bakalan milihin. Yang penting jangan terlalu terbuka."

"Kak."

"Kenapa?"

"Kakak gak nanyain Baby peringkat berapa?"

"Aku udah pacaran sama kamu, aku nanya ya tentang kamu. Dulu aku selalu nanyain Baby karena sebenarnya itu cara aku gimana bisa hubungin kamu. Gak ada alasan lain hubungin kamu selain Baby."

"So sweet banget sih! Pengen peluk ...."

"Tangan aku terbuka lebar untuk kamu. Sebentar lagi aku udah lulus kuliah, kamu gak ke sini untuk rayain kelulusan aku? Entah aku nanti mau lanjut S3 atau enggak loh, jadi ini bisa aja wisuda terakhir aku."

"Yahh, kok gitu? Keluarga kakak pasti ke sana, Baby juga pasti ikut, aku gak mungkin ke sana."

"Bisa aja sekalian aku kenalin."

"No ... aku belum siap."

"Terus kamu gak ke sini?"

"Satu setengah bulan lagi ya kakak lulusnya?"

"Heem," jawab Daren singkat, mood nya turun saat mengingat jawaban Hilma.

"Nanti aku pikirin dulu deh. Jangan ngambek ya, beneran aku pengen, tapi aku belum siap."

"Udah sampai mana?"

"Depan komplek. Kakak marah ya? Maaf."

Daren mengulum bibirnya, ia tidak boleh merusak hari bahagia Hilma. "Enggak, sayang, tadi aku kesedak ludah sendiri."

My DarenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang