2.HAFSA IS NOSY

39 10 0
                                    


"Tapi apa, Bang?" Mendongakkan kepalanya  menunggu Kesya menjawab pertanyaannya.

"Tapi, ada syaratnya," Ucapnya kemudian berusaha melepaskan lingkaran tangan Hafsa Di Betisnya.

Mendengar kata yang terucap dari mulut Sang Abang, Hafsa pun menuruti Kesya untuk melepaskan tangan dan kakinya.

"Hem, ya sudah deh, apa?"balasnya dengan tatapan yang masih bertanya-tanya.

Kesya menatap manik mata adiknya Hafsa, dengan tatapan yang sendu nan serius.

"Jangan nakal, bandel, kalau Abang bilangin harus denger," Jelasnya sambil mendudukkan tubuhnya keatas sofa berwarna biru dongker di ruang tamu.

Hafsa yang mengerti maksud ucapan Abangnya pun ikut menduduki tubuhnya disamping Kesya Abangnya.

"Iya Bang, Hafsa ngerti, kok" Setelah mengucapkan kata itu, Hafsa langsung memeluk Abangnya dari samping. tak terasa air matanya ikut menetes membasahi lengan baju Kesya.

Kesya yang merasakan basah di lengannya pun menengok kesamping, dimana Hafsa masih memeluknya.

Samping bibirnya terangkat, ia tersenyum melihat adik Satu-satunya manja seperti ini.

"Janji ya, sama Abang" Ia kembali berucap, meminta perjanjian pada Hafsa, dengan mengambil jari kelingkingnya.

Hafsa menjauhkan kepalanya di lengan Abangnya itu. Lalu, senyuman manis itu terbit dengan energi penuh semangat, juga mengangkat jari kelingkingnya.

"Iya bang, janji,"Sambil menautkan jari kelingking.

Kedua saudara itu terlihat harmonis sekali. Siapapun yang melihat pasti merasa iri pada mereka.

Tak terasa kanjeng ratu sudah memanggil mereka untuk makan malam, dengan teriakan lumayan bising di telinga. Namun, keduanya tak berani untuk memprotes. Jika hal itu terjadi, maka panci yang hanya diam diatas kompor pun, akan ikut melayang.

"Hafsa, Abang, Sini makan dulu"
Panggil Nisa, Bunda Hafsa dan Kesya.

"Iya, Bun"balas Hafsa

"Iya, Bunda" Kesya juga ikut menjawabnya.

Tak ingin membuat Bunda marah, Hafsa dan Kesya pun berjalan mendekati meja makan memenuhi panggilan kanjeng ratu (bunda ya gays)

"Makan yang banyak ya, sayang"ucap Raka dengan mengelus pucuk rambut putrinya.

"Iya, yah"balas Hafsa dengan senyum manisnya. Kembali melanjutkan makannya.

Setelah mengelus pucuk rambut putrinya, kini tangannya beralih mengelus punggung lumayan lebar milih Kesya.

"Abang juga makan yang banyak"ucapnya tersenyum hangat dengan menatap wajah anak pertamanya, yang kini mulai beranjak dewasa.

"Iya, yah" Kesya membalas, lalu Menganggukkan kepalanya pertanda mengerti. Hal itu membuat Raka tersenyum, entah senyum untuk apa.

"Bun, minta tempe lagi"Hafsa mengangkat piringnya kepada Bundanya.

"Ya sudah, Sini" Mengambil piring yang sedari tadi Hafsa sodorkan kepadanya.

"Bunda, Ayah. abang sudah selesai makan, Abang ke ruang tengah dulu, ya" Ucap Kesya dengan menyodorkan piringnya ke depan. Kemudian, ingin beranjak dari duduknya. Baru satu langkah kakinya berjalan, ucapan yang keluar dari mulut Nisa membuatnya berhenti berjalan. Lalu, membalikkan badannya menghadap pada ketiganya.

"Abang gak mau minum susu dulu?"Tanya Bunda.

"Gak Bun, udah kenyang, hehe" Kesya menjawab pertanyaan Bundanya, lalu, diselingi dengan kekehan yang membuat gigi gingsul nya terlihat sangat manis diwajahnya.

BROTHER'S || KESHA [REVISI]Where stories live. Discover now