31. Jia

11.6K 486 15
                                    

Sebelumnya, Ishana semangat dan ingin sekali pindah satu kamar dengan Juna. Tapi ntah kenapa setelah Juna mengajukan penawaran itu, hati Ishana ragu.

Ishana masih tidak ingin membuat Juna terlalu masuk ke dunianya. Dirinya masih menunggu Juna mengatakan jika dia mencintai Ishana dan tidak akan berpaling pada wanita manapun.

Semenjak hadirnya wanita lain di sisi Juna, Ishana semakin takut akan perasaannya sendiri.
Takut jika dirinya terlalu mencintai Juna.
Takut jika dirinya terlalu dalam jatuh oleh pesona Juna.
Ishana benar-benar takut jika hanya dirinya yang merasakan cinta.
Ishana takut kemungkinan besar jika suatu saat Juna meninggalkannya, dan dirinya sudah terlanjur jatuh cinta sedalam itu.

Ishana juga takut, kalau keinginan Juna menawarkan satu kamar dengannya ada alasan lain.

Dan pada akhirnya Ishana memutuskan untuk tidak terlalu membawa Juna ke dunianya. Ishana akan mencoba membuat Juna mengatakan jatuh cinta padanya terlebih dulu.

Semenjak kepulangan dari hotel, Juna di sibukkan dengan kerjaannya. Ada projek baru yang harus Juna tangani dengan teliti.

Pergi ke kantor lebih pagi, dan pulang ke rumah lebih larut. Bahkan setelah di rumah pun, Juna tetap bekerja.

Juna bekerja terus menerus sampai kadang lupa untuk sekedar makan. Ishana yang paham betul dengan situasinya, selalu mengantarkan suaminya itu makan siang walaupun lebih sering lewat kurir. Kadang juga Ishana mampir sebentar ke kantor Juna.

Jika di rumah, Ishana suka sekali menghampiri Juna di meja kerjanya. Memberikan Juna cemilan dan makanan.
Pokoknya Ishana selalu memperhatikan kesehatan Juna disaat kesibukan suaminya itu.

Bukan saja tanggung jawab Ishana sebagai istri yang harus melayani suaminya, tapi Ishana juga ingin menebus rasa bersalahnya setelah menolak ajakan Juna untuk satu kamar.

Waktu menunjukan dini hari, Ishana terbangun karna merasa haus. Dengan mata yang masih mengantuk, Ishana melangkahkan kakinya dengan gontai menuju dapur.

Setelah meneguk satu gelas air sampai habis, kesadaran Ishana seperti kembali penuh. Kemudian dia melanjutkan langkahnya kembali menuju kamar.

Langkah Ishana terhenti di depan kamar Juna yang ternyata terbuka sedikit. Dia tidak menyadari itu tadi saat pergi ke dapur.

Perlahan Ishana membuka pintu tersebut.

"Kak Juna, kok belum tidur" ucap Ishana masuk ke kamar dan melihat Juna yang sepertinya sedang gelisah berdiri di depan meja kerjanya sembari memegang ponselnya.

Juna melihat pada Ishana, kemudian melangkah menuju ranjangnya untuk duduk disana.
"Ibu bilang Jia gak pulang" ucapnya masih mengotak-atik ponsel.

"Gak pulang gimana?" Tanya Ishana terkejut dan langsung duduk di samping Juna.

"Jia bertengkar sama Ibu tadi siang, terus Jia keluar. Sampai sekarang ponselnya gak aktif. Ibu khawatir" ucap Juna dengan halis yang bertaut

"Apa kak Juna gak tau siapa temen Jia yang mesti dihubungi?"

"Ibu sudah telpon mereka, tapi gak ada yang tau"

Hening, baik Ishana maupun Juna gelisah mencoba memikirkan jalan apa untuk menemui Jia.

"Saya mau keluar dulu sebentar" ujar Juna beranjak mengambil jaketnya.

Ishana ikut beranjak menghentikan lengan Juna.
"Mau kemana? Masih jam 2 pagi loh ini"

"Saya harus cari Jia. Sebentar"

"Aku mau ikut"

"Saya mau naik motor"

With Or Without You ( WOWY )Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt