"Ma!! Aku mau main dulu." Aruna berbicara agak keras setelah keluar dari kamarnya. Hari Minggu ini, ia, Lusi, Aulia, dan Hanifal sudah sepakat untuk pergi ke mall untuk berjalan-jalan dan menikmati hari libur.
"Jangan pulang terlalu siang," pesan Gauri yang baru selesai menjemur pakaian. Wanita paruh baya itu melangkah sambil membawa ember bekas pakaian.
"Iya-iya. Mau nitip sesuatu gak?" tanya Aruna.
"Kamu mau main kemana emangnya?"
"Jalan-jalan sama temen."
"Jangan hambur-hamburin uang. Mama gak mau nitip apa-apa. Persediaan masih ada." Setelah berkata demikian, Gauri pergi menuju tempat mesin cuci untuk menaruh ember pakaian.
Aruna melangkah menuju pintu. Begitu keluar, ia bergegas memakai sepatu slip on dan pergi meninggalkan pekarangan. Semoga saja ada angkutan umum setelah ia sampai di tepi jalan. Tadinya, Ghina menawarkan untuk menjemput, tapi Aruna menolak dengan alasan kasian lantaran rumah Ghina lebih dekat dengan mall.
Tin tin!
Aruna menoleh ke belakang. Arsa dan motornya mendekat. Lantas, ia berhenti melangkah.
"Mau kemana?" tanya Arsa sambil tersenyum.
"Main," jawab Aruna.
"Saya juga mau main. Kamu mainnya ke rumah temen kamu?"
"Bukan."
"Terus kemana?"
"Mall."
"Ya udah, bareng sama saya aja, ayo."
Aruna menggelengkan kepalanya.
"Kok, gak mau? Bareng saya aja, ayo. Kebetulan saya mau ke rumah Evano. Daripada kamu naik angkot, bakal kelamaan nunggu." Arsa terus membujuk.
"Gak apa-apa. Lo pergi aja sendiri." Setelah mengatakan itu, Aruna melanjutkan langkahnya. Arsa kembali melajukan motor dan mendekati Aruna lagi.
"Kalo angkotnya lama, kamu bakal bikin temen-temen kamu nunggu. Mending sama saya aja. Udah cepet, gratis pula. Lagian kenapa, sih, kamu nolak tawaran saya mulu? Saya gak akan nyulik kamu, kok. Tenang aja. Justru kalo sama saya lebih aman."
***
"Ini si Aruna, kok, belum nyampe-nyampe, sih?" Aulia mondar-mandir di parkiran sambil sesekali melihat jam di ponselnya. Sudah dua puluh menit lebih dia, Lusi, dan Hanifal menunggu kedatangan Aruna, tapi yang ditunggu belum juga keliatan orangnya.
"Masih di perjalanan kali, Beb."
"Masa, sih? Aduh, gue khawatir dia kenapa-napa," sahut Aulia.
"Eh, tuh, dia." Lusi memberitahu. Aulia dan Hanifal menoleh ke arah sebuah motor yang mendekat ke parkiran.
YOU ARE READING
ARSA
Teen Fiction‹ 𝐀𝐑𝐒𝐀 : 𝐓𝐃𝐖𝐈𝐋𝐘 › Arsa Geopranaja. Seluruh penghuni sekolah menjulukinya 'Pangeran Perusuh'. Memiliki ketampanan yang melebihi siswa lain membuatnya cukup populer. Namun meski begitu, ia punya otak pas-pasan dan selalu diburu guru konselin...