[ 35 ] ARSA : TDWILY

37 9 0
                                    

Jam istirahat, Aruna dan Lusi pergi ke ruang guru untuk mengumpulkan formulir karya wisata yang telah ditandatangani, sekaligus memberikan uang pembayaran pertama untuk kegiatan sekolah tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam istirahat, Aruna dan Lusi pergi ke ruang guru untuk mengumpulkan formulir karya wisata yang telah ditandatangani, sekaligus memberikan uang pembayaran pertama untuk kegiatan sekolah tersebut. Sekarang, keduanya berjalan menyusuri koridor untuk pergi jajan ke luar gerbang sekolah karena biasanya ada beberapa pedagang berjualan di sana

“Gue beneran gak sabar banget buat karya wisata. Semoga aja yang banyak dipilih itu Pangandaran. Pengen banget liat pantai sambil nunggu sunset,” jelas Lusi dengan antusiasme yang tinggi.

“Gue juga sama. Tapi jangan terlalu berharap dulu, takutnya gak jadi ke sana,” balas Aruna. “Oh iya, besok lo berangkat agak pagian, dong, biar gue ada temennya. Kayaknya besok juga gue bakal berangkat awal lagi biar bisa ngehindarin Arsa,” sambungnya kemudian sambil menoleh pada Lusi.

“Lo kalo gak mau bareng sama si Arsa tinggal ngomong aja ke orangnya,” usul Lusi.

“Gak gampang, Lu. Gue udah nolak pun dia keukeuh terus.”

“Ya udah, sini, biar gue aja yang ngomong sama, tuh, orang. Sekalian bilang kalo lo risi banget di deketin dia. Kali-kali harus ditegasin biar dia sadar diri,” tutur Lusi. Mengingat kejadian semalam saat di kafe membuat kekesalannya tersulut kembali.

Aruna terdiam sambil memikirkan Arsa.  Cowok itu baik sebenarnya, hanya saja dia merasa risi karena terus didekati oleh Arsa   apalagi setelah Arsa mengutarakan perasaannya hari itu.

“Run, ada Farid, tuh.” Lusi menyenggol lengan Aruna setelah atensinya melihat Farid tengah berjalan berlawanan arah dengan mereka.

“Hai, Run. Mau kemana?” Tanpa diduga-duga, Farid berhenti dan menyapa Aruna dengan ramah. Hal itu tentu saja membuat jantung Aruna terkejut karena biasanya cowok itu berlalu begitu saja.

“Gue mau jajan ke depan,” jawab Aruna. Sebisa mungkin, dia berusaha untuk tidak terlihat kikuk di depan orang yang disukainya itu.

Melihat interaksi keduanya, Lusi menahan diri agar tidak ketahuan sedang tersenyum. Dia ikut senang karena Aruna bisa berinteraksi dengan Farid.

“Gue juga abis dari depan, nih.” Farid menunjukkan makanan yang telah dibelinya dari luar.

“Sendirian aja?” tanya Aruna.

“Iya, si Bima gak masuk,” jawab Farid. “Ya udah, gue duluan, ya, Run.”

Aruna mengangguk dan tersenyum. Setelahnya, Farid melenggang pergi. Lantas, Lusi kembali menyenggol Aruna dan mulai menggoda temannya itu.

“Cie yang udah bisa ngobrol sama pujaan hati.”

“Berisik, Lu.”

Ekhem, kayaknya gak bakal nice try lagi.”

Aruna dan Lusi tertawa kecil bersamaan, kemudian mereka melanjutkan langkah tanpa menyadari bahwa seseorang tengah memperhatikan di belakang sana.

Arsa berdecak, lalu ia berbalik badan dan pergi meninggalkan teman-temannya. Melihat bagaimana Aruna tersenyum pada Farid dengan mudah, membuatnya merasa cemburu. Selama ini, Aruna tak pernah tersenyum seperti itu.

ARSAWhere stories live. Discover now