[ 31 ] ARSA : TDWILY

35 9 0
                                    

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" ... Setelah melakukan penghitungan tanpa adanya kecurangan, pasangan calon yang mendapat suara terbanyak untuk menjabat sebagai ketua OSIS dan wakil ketua OSIS selanjutnya adalah ..."

Aruna dan orang-orang yang ada di kantin tak membuat kebisingan sama sekali. Mereka semua tengah menunggu pengumuman lanjutan dari salah satu anak ekskul TI (teknologi informasi) yang sedang melakukan penyiaran.

"Farid-Pandu. Pasangan calon nomor 01."

"Anjay!" seru Hanifal.

"Udah ketebak. Dari awal, gue yakin mereka yang bakal menang," kata Aulia, lalu kembali memakan jajanannya.

Aruna tersenyum karena turut bahagia. Farid memang sangat cocok jadi ketua OSIS. Ia bertanggung jawab dan juga disiplin. Selain itu, ia juga sangat aktif dalam organisasi dan selalu mengusahakan yang terbaik untuk sekolah.

"Run," panggil Lusi.

"Kenapa?"

"Ikut gue sebentar, yuk?"

"Kemana?"

"Ikut aja." Lusi beranjak dari bangku. Aruna yang masih bingung pun mau tak mau ikut beranjak dan pergi mengikuti Lusi yang entah akan membawanya kemana.

"Sini-sini." Lusi menarik lengan Aruna untuk masuk ke toilet yang letaknya tak jauh dari kantin.

"Apaan, sih, lo? Mau pipis?" Aruna bertanya.

"Enggak. Gue cuma mau ngomongin sesuatu sama lo. Berdua. Makanya gue bawa ke sini biar gak ada yang denger," tutur lusi.

Aruna menekuk alis, makin bingung.

"Farid, ya?"

"Maksudnya?" tanya Aruna yang tak mengerti kenapa tiba-tiba Lusi menyebut nama Farid.

"Ck! Mr.F itu Farid, ya?"

"Bu—bukan, kok."

"Yang bener? Iya kali. Jujur aja kenapa, sih? Gue gak bakal bocor, kok." Lusi mendesak. Entah mengapa dia merasa sangat yakin bahwa orang yang disukai Runa adalah Farid.

"Ish, bukan tau. Udah, ah, ayo balik lagi."

Lusi segera menahan lengan Runa saat temannya itu hendak pergi dari toilet.

"Lo ngehindar. Jadi emang bener si Farid, ya?" Lusi kembali bertanya. Kali ini ditambahi senyuman untuk menggoda Aruna.

"Gue, kan, udah bilang bukan, ih!"

"Gak mau jujur banget. Nanti gak bakalan jadian sama Farid, loh. Masa iya mau main rahasia-rahasiaan sama temen sendiri. Gak apa-apa, ngaku aja sama gue. Kalo lo suka Farid, gue bakal dukung banget. Gue bakal bantuin lo biar bisa deket sama dia," jelas Lusi setelah melepas menarik kembali tangannya yang semula memegang lengan Aruna.

Aruna menghela napas, lalu menghadap Lusi lagi. "Lo, kok, bisa nebak kayak gitu?" tanyanya kemudian.

"Insting aja, sih. Pas liat lo sama Farid di perpustakaan, gue jadi makin yakin kalo orang yang lo suka itu dia," ungkap Lusi "Nih, ya. Gue udah cukup berpengalaman dalam hal kayak gitu. Dulu, gue juga pernah ada di posisi lo. Sekarang, gak usah sembunyiin apa pun lagi dari gue," lanjutnya.

ARSAWhere stories live. Discover now