10. Relationship?

1.3K 87 16
                                    

Happy reading

Ditunggu vote dan komennya ya..

🤍

      

          

Ini hari kelima sejak Javvas sakit. Dan hari ini ia memutuskan untuk kembali sekolah. Mario awalnya melarang. Namun Javvas bersikukuh bahwa dirinya telah sehat dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa. Dan pada akhirnya sang kakak mengijinkannya untuk bersekolah dengan berbagai persyaratan.

"Huuufft," helaan nafas keluar dari bibir Javvas kala duduk di meja makan.

Ia telah siap dengan segala atribut sekolahnya. Memakai seragam dengan rapi, sepatu hitam karena hari ini hari senin dan saatnya upacara bendera serta tas ransel biru laut kesukaannya pun telah ia bawa turun.

"Kenapa?" tanya Jay yang juga sudah siap di meja makan.

Ia mendengar helaan nafas putra bungsunya.

"Abang," jawab Javvas.

"Kenapa abang?" tanya Jay lagi.

"Ribet. Adek mau sekolah aja gak boleh ini, gak boleh itu. Kudu begini, kudu begitu. Padahal adek bukan anak TK yang harus dituntun begini begitu."

Jay tersenyum.

"Itu tandanya abang sayang sama adek," sahut Thami dari dapur.

Ia tampak membawa sepanci sayur yang masih mengeluarkan uap panas.

"Iya, adek tau. Tapi adek ngerasa abang berlebihan."

"Adek gak suka? Kalo gak suka, ayah bisa bantu ngomong sama abang," kali ini Jay yang menanggapi.

"Bukan gak suka Yah. Adek suka abang perhatiin, adek senang abang sayang sama adek. Tapi jangan berlebihan juga. Kaya' adek gak boleh ikut upacara, adek gak boleh ke kantin, padahal adek udah gapapa. Adek udah sehat."

Thami dan Jay tertegun mendengar penuturan sang putra bungsu. Mereka tak pernah menyangka Mario akan se protektif itu terhadap Javvas. Mereka tahu jika Mario merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Javvas lima hari lalu. Dan mereka bisa melihat bagaimana Mario memberikan perhatiannya pada Javvas. Tapi mereka sama sekali tak menduga Mario akan menjadi protektif.

"Nanti bubu ngomong sama abang ya," ucap Thami lembut seraya mengusap surai Javvas.

Putranya mengangguk.

"Sekarang panggil abang gih! Sudah siang. Nanti kalian telat loh!"

"Abang sudah hadir Bu, gak perlu dipanggil," sahut Mario yang tiba-tiba saja sudah berdiri di dekat meja makan.

"Eh, bubu gak liat," ucap Thami seraya tersenyum.

Dengan tangkas ia mengambilkan makanan untuk suami dan anak-anaknya. Setelah itu mengambil untuk dirinya sendiri.

"Bu, susu adek mana?" tanya Mario.

"Oh iya, Bubu lupa," ucap Thami.

"Gapapa Bu, adek bisa ambil sendi-"

"Abang ambilin," ucap Mario seraya bangkit.

"Eh?" Javvas sampe bengong dan pandangan matanya mengikuti langkah Mario.

Tak lama pemuda itu datang membawa segelas susu dan diletakkannya tepat di depan Javvas.

"Jangan sampe lupa susu adek, Bu! Bisa lemes seharian dia nanti," goda Mario seraya mengusak helai halus pada kepala Javvas.

"Abang iih! Rambut adek kan jadi berantakan!" omel Javvas seraya merapikan kembali rambutnya.

Tanpa disadarinya wajahnya sedikit merona. Tidak ada yang memperhatikannya kecuali sang ibu. Namun Thami memilih diam. Hanya saja tatapannya menyendu. Dan ada ketakutan dalam dirinya melihat itu.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang