31. End of Story

1.6K 91 26
                                    

Happy reading

Please vote, comment and follow for this last chapter.

🤍

         

         

Malam harinya Jay memanggil kedua putranya tersebut ke ruang kerjanya yang berada tepat di sisi tangga. Jay bilang ada yang ingin dia bicarakan dengan keduanya. Terutama Javvas.

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, Javvas keluar kamar menuju ruang kerja ayahnya. Dengan takut-takut ia mengetuk pintu ruangan tersebut. Tak lama pintu terbuka. Senyuman Mario menyambutnya. Ragu, Javvas melangkah masuk.

"Sini! Ada yang mau ayah bicarain," ucap Jay seraya melambai.

Mario menepuk punggungnya pelan ketika Javvas lagi-lagi ragu untuk duduk di hadapan ayahnya.

"Duduk, Dek. Ayah cuma mau ngobrol santai. Gak usah tegang," ucap Jay seraya tersenyum.

Sungguh sangat tampan kepala keluarga Gabriel ini.

Javvas akhirnya duduk dan Mario duduk di sebelahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Javvas akhirnya duduk dan Mario duduk di sebelahnya. Keduanya diam hingga Jay membuka suara.

"Bagaimana hari ini di sekolah? Ada yang mempersulit kalian?" tanya Jay.

Mario dan Javvas kompak menggeleng.

"Semuanya berjalan lancar, Ayah. Sahabat-sahabat abang sama adek bener-bener jagain kami, terutama adek. Mereka sepertinya paham kalo adek sedikit trauma sama kejadian waktu itu," ucap Mario seraya melirik Javvas.

"Oh ya?" tanya Jay.

Ia menoleh pada Javvas.

"Iya, Yah," ucap Javvas.

"Gak ada masalah di sekolah?" tanya Jay lagi.

"Gak ada, Yah," jawab Javvas.

"Yakin?"

"Iya Yah."

"Bukannya Yeri sempet bikin heboh tadi?"

Mario dan Javvas sama-sama terkejut. Javvas menoleh pada sang abang.

"Abang gak bilang ayah, kok!" ucap Mario ketika melihat tatapan Javvas yang mengintimidasi.

Sebelumnya saat perjalanan pulang dari sekolah keduanya sempat membahas soal ini.

        

Flashback on

        
Mario menggandeng Javvas keluar dari sebuah cafe tak jauh dari sekolahnya. Memenuhi permintaan teman-teman mereka untuk menraktir makan. Berjalan beriringan, Mario berkali-kali melirik pada Javvas yang menjadi semakin pendiam. Bahkan hingga ke dalam mobil saat mereka bersiap untuk pergi, Mario berkali-kali menoleh, seolah ingin mengatakan sesuatu namun ragu.

Brother Complex | MarkNo (END) Where stories live. Discover now