O. Rezvan's Cousin

810 62 11
                                    

Happy Reading

Selama beberapa bulan belakang, pasangan kekasih Javvas dan Mario tak bertemu karena si abang menempuh pendidikan di benua lain. Selama itu tak pernah sekalipun ia pulang. Keduanya hanya berkomunikasi lewat telepon ataupun panggilan video. Hal ini terang saja membuat keduanya saling merindukan satu sama lain.

Sering kali saat keduanya tengah berbicara di telepon Javvas merengek ingin bertemu dengan Mario. Ia selalu bilang tak sanggup menahan rindu. Mario pun sebenarnya sama. Keduanya yang memang tak pernah terpisah sejak kecil membuat mereka sungguh-sungguh merasakan beratnya hubungan jarak jauh. Ingin rasanya Mario pulang. Tapi ia juga tak ingin menyia-nyiakan kuliahnya begitu saja.

Hingga pada akhirnya Mario serta timnya benar-benar memenangkan kompetisi antar kampus. Ia pun dapat jatah libur selama 2 minggu. Mario ingin memberi kejutan pada Javvas dengan datang secara tiba-tiba. Ia sengaja tidak memberitahu adiknya jika ia akhirnya mendapatkan cuti itu.

"Jadi Abang beneran menang?" tanya Javvas.

Ia sedang makan dengan disuapi oleh Mario saat ini. Kedua orang tuanya hanya menyaksikan keduanya dari sofa.

"Iya. Tim abang dapet juara pertama. Juara bertahan," jawab Mario.

"Oya?"

Mario memgangguk.

"Kapan pengumumannya?"

"Kira-kira 10 hari yang lalu."

"Berarti dari sebelum Om Tara ke rumah dong. Kok abang gak bilang?" protes Javvas.

Mario tersenyum.

"Abang kan mau kasih kejutan buat kamu, Sayang."

"Ayah sama Bubu tau?"

"Tau."

Pipi Javvas yang semula sudah kempes karena makanan di mulutnya sudah tertelan kembali menggembung. Bibirnya mencebik lucu. Membuat Mario dan kedua orang tuanya gemas. Mereka tertawa melihatnya.

"Jahat!" ucapnya.

"Kok jahat Sayang?" tanya Mario.

"Iya. Jahat! Gak ada yang bilang adek!"

"Apa bedanya sih Dek? Toh akhirnya abang beneran pulang kan!?" tanya Jay.

"Kalo adek tau kan adek bisa nyusulin abang ke airport," jawab Javvas.

"Mau jemput gimana orang sendirinya sakit!" sahut Jay lagi.

Terdengar helaan nafas dari Mario.

"Niat hati abang yang mau surprise-in Adek. Eh, malah abang yang dibuat surprise karena adek opname! Seneng banget sih bikin abang kuatir!?" omel Mario.

"Adek sakit juga bukan kemauan adek. Kenapa Abang malah ngomel?" protes Javvas.

"Ya kalo kamu bisa jaga kesehatan kan gak bakal sakit kaya' gini Dek! Lagian, udah kelas 12 masih aja ikut-ikut tanding basket. Biar apa gitu itu? Biar makin tenar? Biar makin banyak yang suka?"

"Apasih Abang ngomongnya kok gitu? Aku sakit bukannya diperhatiin, bukannya disayang-sayang malah diomelin!"

Javvas kembali cemberut. Ia memalingkan wajahnya. Mario menghela nafas lelah.

"Bukan gitu Sayang. Abang cuma kuatir. Abang takut banget kamu kenapa-napa. Abang kan jauh. Gak bisa jagain kamu terus."

Tak ada tanggapan dari Javvas.

Brother Complex | MarkNo (END) Where stories live. Discover now