18. Hati yang Patah

1.3K 98 44
                                    

Play the song.
Resapi liriknya.
Karena chapter ini fell-nya pas banget sama lagu ini.

Happy reading

Aku tunggu vote & komennya ya

🤍

Pagi ini suasana meja makan begitu tenang. Javvas yang biasanya banyak mengoceh dan membuat suasana hidup sedang sibuk dengan ponselnya. Ia yang biasa makan dengan cepat, kali ini begitu lambat dan lama. Tangannya terus mengetikkan sesuatu di layar ponsel. Sementara mulutnya mengunyah dengan perlahan.

"Dek," tegur Thami.

"Hm?" sahut Javvas dengan tatapan tetap tertuju pada ponsel.

"Chat-an sama sapa sih? Kaya'nya seru banget," tanya Thami penasaran.

"Kak Hugo," jawab Javvas enteng.

Tak tahu ia jika pemuda di depannya berusaha untuk tak bereaksi. Walaupun sebenarnya hatinya sedikit berdenyut.

"Taruh dulu HP nya Dek. Makannya dihabisin dulu. Baru lanjut pacaran lagi," goda Jay.

Seketika Javvas berhenti. Ia melirik tak suka pada ayahnya. Mau tak mau ia meletakkan ponselnya.

"Sapa juga yang pacaran!" elaknya.

"Gak pacaran tapi koq intens chat-nya," ucap Jay.

"Ya soalnya Kak Hugo seru. Ngobrol sama dia tuh menyenangkan."

Tiba-tiba Javvas teringat sesuatu.

"Oh iya. Ayah, Bubu, nanti adek ijin mau pergi ya," ucap Javvas.

"Mau kemana Dek?" tanya Thami.

"Jalan sama Kak Hugo. Sekalian makan malam di luar. Boleh gak Yah? Bu?" tanyanya.

Deg!

Hati Mario kembali berdenyut. Kini kesedihan tersirat dalam raut wajahnya. Dan yang menyadari siapa lagi jika bukan Thami. Ia tak langsung menjawab pertanyaan Javvas. Matanya melirik putra tertuanya. Seketika hatinya bersedih melihat raut wajah Mario. Ada luka yang coba pemuda itu sembunyikan dalam diamnya.

"Iya, boleh," jawab Jay.

"Bu?"

"Ya?"

"Boleh gak?"

"Boleh Sayang," jawab Thami.

Berusaha keras buat bersikap netral padahal hatinya sakit melihat putranya terluka.

°°

"Dek," panggil Thami dari balik pintu.

"Iya Bu. Masuk aja," sahut Javvas dari dalam.

Thami membuka pintu lalu melangkah masuk. Ia melihat putra bungsunya tengah berdiri di depan lemari. Nampak berpikir.

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Brother Complex | MarkNo (END) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt