Prolog - Malaikat Yang Kehilangan Sayapnya

81 35 3
                                    

Aku takut.... aku ketakutan!
Aku ingin hidup, aku takut,
Aku takut kehilangan; alasan untuk hidup yang aku impikan selama ini, alasan hidup yang baru aku temukan,
Tuhan..... aku takut sekali.

Di antara surga dan neraka, aku dituntut sempurna dengan pilihan mempunyai sayap atau tanduk dan aku memilih jalan panjang menuju neraka yang dingin. Berjalan sendirian di tengah omong kosong penuh tatapan kengerian; iri, benci, dengki, amarah dari manusia.

Setelah penantian lama terengah-engah pada kekosongan hidup, aku dipertemukan dengan sosok seperti malaikat. Ini semacam khayalan ku yang dikabulkan Tuhan. Sungguh, jika ada manusia yang mengaku percaya Tuhan, tapi dia meragukan bahwa Tuhan itu maha mengetahui apa yang dipikirkan oleh hamba-nya, maka menurutku manusia itu telah melakukan kesalahan besar.

Malaikat itu berparas cantik, aku mengenalnya di dunia online. Entah mengapa, sejak awal aku memahami ada sesuatu yang berbeda darinya dibanding manusia lainnya. Hal yang membuatku tertarik padanya—bukan hanya tentang parasnya—semacam aura yang menarik ku bagai medan magnet.

Di media sosialnya terpajang foto sampul berwarna hitam putih yang menampilkan potret dirinya yang menyorong ke arah kamera. Lehernya miring enam puluh derajat ke kiri, seolah hanya ingin memfokuskan bagian kanan wajahnya dimana ada air mata yang berlinang di bawah pelipis mata kanannya. Sedangkan pada foto profilnya terpajang foto selfie-nya, kali ini lehernya miring hanya tiga puluh derajat ke kiri dengan tangan seakan menopang kepala bagian kirinya. Dia mengenakan sweater biru dengan kulit putih, rambut lurus sebahu, mata agak sipit, dan bibir yang kaku.

Dari foto sampulnya terlihat dia tengah bersedih akibat dikhianati, dikecewakan, dan dilukai oleh seseorang yang dicintainya. Siapapun dari kaum adam akan mencoba mendekati setelah melihat foto itu. Terutama mereka kaum jomblo dan kaum buaya. Sementara untuk foto profilnya terlihat bahwa dia gadis judes yang tidak akan sembarangan atau bahkan tidak akan membalas chat orang-orang random yang tidak jelas di media sosialnya, sehingga akan membuat kaum adam berpikir ulang untuk sekadar mengirimi chat iseng sebagai penghibur.

Jika kedua foto itu dikaitkan maka apa yang terlihat pada foto profilnya merupakan buah hasil dari foto sampulnya. Ya, itu benar, awalnya aku menganggap gadis itu berubah dingin karena disakiti hatinya. Namun nyatanya tidak sesederhana itu, aku tidak bisa menarik kesimpulan dari hanya sedikitnya informasi.

Bagiku untuk mengambil kesimpulan yang memungkinkan aku akan mengambil tindakan lebih atau berkemungkinan akan adanya sebuah interaksi, maka aku harus mencari informasi lebih dahulu.

Aku akan memulai dengan alasan yang membuatku tertarik padanya. Alasan yang mungkin akan dianggap oleh orang-orang seperti sebuah omong kosong atau terlalu mengada-ada. Tapi jujur aku menganggapnya seperti sosok malaikat karena jauh dari sorot matanya terdapat rasa kekecewaan yang sama denganku terhadap manusia. Rasa ketakutan dan ketidakpercayaan yang teramat dalam kepada manusia.

Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya selama dia ada di dunia. Mungkin awalnya dia hanya manusia biasa seperti halnya manusia lain pada umumnya. Hanya saja manusia membuatnya menjadi merasa bahwa hidup itu seperti sebuah neraka.

Dan ternyata prasangka ku benar setelah memperhatikan semua fotonya yang ada di media sosialnya atau membandingkan foto lain dirinya dengan foto sampul dan foto profilnya. Terdapat sorot mata kosong yang dilandasi kesedihan karena dunia enggan memeluknya.

Aku merasa dia benar-benar mirip denganku. Aku tidak tahu harus bersyukur atau merasa iba dengan adanya orang yang sama-sama mempunyai sisi gelap seperti ku.

Manusia Nol Persen Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt