22. Sebuah pengkhianatan.

51 7 0
                                    

"Mengapa semesta berlomba-lomba untuk menghancurkan hidup gue? Apa gak ada secarik bahagia untuk pendosa seperti gue?"~Arsyila Hayva Fadheela~

Empat bulan telah berlalu, banyak sekali yang telah terjadi di hidup gadis penikmat musik tersebut. Dan semenjak fakta yang dia ketahui tentang siapa dirinya, Arsyila tak lagi tinggal di rumah penuh luka itu. Dia lebih memilih membeli apartemen dengan uang tabungannya.

Hubungan Arsyila dengan Guril beberapa terakhir belakangan ini sedang tidak baik-baik saja, kerap kali gadis pecinta hitam tersebut meminta kekasihnya untuk menemaninya entah itu pergi membeli keperluan dapur ataupun lainnya. Namun, Guril selalu menolak dengan berbagai alasan, tetapi Arsyila selalu memaklumi dia tak pernah menaruh curiga terhadap Guril.

Sama seperti sekarang, Arsyila bingung harus bagaimana ke kampus. Ban motornya terlihat tak sehat, dia harus cepat sampai tepat waktu. Jika tidak pasti nilai Arsyila menjadi taruhannya, mengingat yang menjadi dosen pembimbingnya itu pemuda bulan lalu dia jumpai di panti asuhan.

Dosennya sangat menyebalkan, belum lagi Arsyila harus menghadapi obsesi Arbi, dosennya yang pernah menculik dia. Sebenarnya, gadis penikmat musik tersebut tak bersemangat ke kampus karena sahabatnya tengah terbaring lemah di rumah sakit.

Arsyila diam sejenak, pikirannya menerawang jauh ke masa lalu. Masa si mana dia bersama Felly.

"Asya, tadi Felly beli banyak permen tau." Mata bulat berair tersebut tampak berbinar menatap Arsyila yang di sebelahnya.

"Jangan kebanyakan makan permen, entar giginya sakit," tegur Arsyila dengan nada lembut.

Kepala gadis pecinta permen milkita tersebut menggeleng ribut. "Gak banyak, kok, paling cukup untuk satu minggu," ujar Felly cengengesan hingga Arsyila memutar mata malas.

Tiba-tiba, Felly merasakan serangan hebat pada tubuhnya yang tak dapat dia cegah. Arsyila panik melihat sahabatnya. "Fell, kamu kenapa? Felly!"

Lamunan Arsyila seketika buyar tatkala notifikasi dari ponselnya berdering, dengan cepat gadis tersebut menekankan tombol hijau. "Kamu bisa jemput aku gak? Soalnya ban motor aku pec-"

"Aku gak bisa, Mami minta dianterin ke tempat teman arisannya." Belum sempat perkataan Arsyila berlanjut, dengan cepat Guril memotongnya.

Luka Asya (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang