Bab Kedua Puluh Satu

25 3 0
                                    

Yang terpenting dalam sebuah kehidupan adalah kebahagian. Setiap orang mempunyai cara membahagiakan dirinya sendiri. Ken terbiasa membahagiakan dirinya sendiri dengan cara menggambar. Laki laki itu akan menghabiskan waktu bosannya untuk menggambar gedung atau bangunan lainnya di temani berbagai macam buah dan jus atau susu.

Tapi, kini waktu yang biasa dia pakai untuk menggambar sudah tersita habis untuk menemani Ima. Ah... maksudnya Risa. Dia diajak oleh Risa kesebuah danau buatan di dekat sebuah sekolah.

Pertama kali dia akhirnya menyadari kalau yang diucapkan Risa memang benar adanya. Ima adalah seorang intovert yang tidak bisa mengendarai kendaraan apapun bahkan sepeda, sepanjang jalan tadilah Ima atau Risa Risa itu mengambil alih kursi kemudi mobilnya. Dia bahkan berwas was kalau saja gadis itu menabrakkan diri atau menabrak sesuatu.

Tapi dugaannya salah besar. Risa sangat lihai di balik kemudinya. Mobilnya berkelok dengan cepat dan gesit membelah jalanan yang macet. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mencari tahu apa itu alter ego di google.

"Ini untukmu"

Ken mengalihkan pikirannya. Dia melihat Risa menyodorkan kopi yang diseduh di gelas plastik. "terimakasih"

"Sama sama" Risa duduk di pinggir danau tanpa risih. "Hidup itu lucu ya"

Ken memandang Risa dengan lekat. Dia mencoba mencari tahu apa yang dimaksud gadis itu. Tapi raut muka Risa terlalu abu abu untuk di tebak. Gadis itu sangat pintar menyembunyikan perasaannya.

"Kita bisa kuat. Tapi lebih memilih lemah. Seperti si bodoh Ima ini"

Risa menggelung tinggi rambutnya. Ken hanya diam mendengarkan. Dia masih belum bisa menerima kalau Ima mempunyai alter ego. Belum terbiasa.

Keduanya hanya duduk di tepi danau sambil mengobrol. Lebih tepatnya Risa yang lebih banyak bicara. Semua pendapatnya yang bertabrakan dengan kepribadian Ima saat ini dia ungkapkan. Risa dan Ima berbeda. Itulah yang Ken tangkap dari pengamatannya.

Ima adalah sosok gadis lemah lembut. Bak seorang putri, Ima sangat menyukai rumahnya. Menjaga tata krama dan cara bicaranya. Serta lebih menyukai pakaian yang tertutup.

Sedangkan Risa, gadis itu adalah kebalikan dari Ima. Risa sangat suka berpenampilan mengundang nafsu. Dia tidak segan segan melawan apabila dia tidak suka.

Ken harus terbiasa dengan kepribadian mereka berdua. Dia tidak mungkin menjauhi Risa atau Ima sekarang.
Baginya, keadaan Ima harus tetap dia pantau.

Karena Risa akan menidurkan dirinya saat pagi sampai malam hari. Dia memberi ruang untuk Ima menguasai tubuhnya sendiri saat pagi sampai sore hari. Mereka bergantian mengisi tubuh kosong mereka.

Sampai saat ini, Ima masih menjadi pasien rumah sakit jiwa. Tapi, Ken terus mengunjunginya dan memberi dorongan untuk cepat pulih. Malamnya, dia akan menemani Risa keluar malam mengelilingi kota Jakarta.

Siang ini, setelah pulang dari sekolahnya Ken berkunjung ke rumah sakit. Dia membawa seplastik telur gulung jajanan di depan sekolah mereka. Jajanan yang biasanya mereka makan saat pulang.

Mungkin karena Ken yang telaten mengunjungi dengan membawa makanan sekolahan. Perlahan Ima mampu menguasai dirinya sendiri. Sampai tiba akhirnya Ima mengeluarkan suara setelah sepuluh hari di rumah sakit.

"Aku ingin pindah sekolah"

Itu adalah kalimat Ima yang pertama. Disaksikan oleh dokter dan perawat sebagai saksi. Rahma dan Ken yang berdiri di dekat Ima merasa senang. Mereka berharap kedepannya pengobatan trauma Ima semakin membaik.

Risa NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang