Jam delapan pagi. Ima sudah siap dengan pakaian perginya. Ia melirik Ken besar dan Ken kecil yang masih meringkuk di kasur. Rasanya ia sudah membangunkan mereka satu jam yang lalu dan menyuruh untuk segera mandi kemudian bersiap siap. Namun sepertinya itu hanya omongan sesaat.
"Ken" Ima mengelus pelan rambut putranya. "sayang, jadi antar Mommy ke rumah sakit?"
Tidak ada pergerakan sama sekali. Begitupun dengan Aiden.
"Ai, bangun! Sudah jam berapa ini? Kalau kau tidak bangun sekarang, aku berangkat sendiri"
"Oke, tunggu"
Aiden sebenarnya sudah bangun sejak tadi. Namun ia malas dan memilih mengajak putranya tidur sebentar. Tapi sekarang malah Kenneth susah untuk dibangunkan kembali.
Bumil tadi sudah pergi keluar kamar setelah mengultimatumnya. Terpaksa ia menggendong Kenneth ke kamar mandi dan menyirami mereka berdua. Pasti anak itu langsung terbangun. Cara jitu yang ia lakukan dari dulu.
"Daddy!!!!" Kenneth berteriak kaget.
Aiden hanya tersenyum lebar melihat Kenneth yang sudah kesal dengannya. Masih dengan berpakaian piyama, anak itu ia celupkan kedalam bathub berisi air hangat. Lalu dirinya menyusul.
Dilain sisi sambil menunggu Kenneth dan Aiden selesai bersiap siap. Ima memasak sarapan sederhana. Hanya ada roti yang ia isi selai kacang. Untuk penambahannya ia masukkan beberapa potong meses coklat yang ada di kulkas.
Mereka baru sampai ke rumah ini semalam. Rumah yang dulu ia datangi pertama kali dengan sebagai dokter pribadi Dean. Ia tidak menyangka, ternyata rumah ini adalah rumah impian yang diwujudkan Aiden. Ia memang sering kali membuat sketsa rumah saat SMA dulu.
Karena hanya ada Mbok Surti, pembantu yang bersih bersih, Ima tidak begitu risih. Ia memakai baju mini dress yang sedikit diatas lutut. Ia tidak tahu kalau Aiden punya kamar tersendiri khusus untuk menyimpan bajunya. Memang, dia dulu hanya ekhemmm masuk ke dalam satu kamar yang semalam mereka tiduri. Kamar saksi bisu beberapa bulan yang lalu. Sekarang ia baru sadar, ternyata potret wanita yang di kamar adalah potretnya.
"Eh?"
Mbok Surti, wanita berumur 40 an akhir terkaget saat melihat ada seorang wanita berada di dapurnya. Ia baru saja selesai menyapu dan mencabuti rumput di halaman samping. Tadi pagi ia memang mendengar kalau bosnya semalam sudah pulang, tapi ia tidak tahu kalau membawa wanita. Biasanya Pak Ken pulang sendirian jadi ia tidak menyambutnya semalam. Eh tahunya....
"Mbok Surti ya? Saya Ima Mbok" Ima tersenyum mengenalkan diri sembari mengoleskan selai
"Iiiyaaa...." Mbok Surti tergagap, harus panggil apa kepada wanita itu? Ia sama sekali tidak tahu status wanita itu bagi bosnya. Takut salah berucap.
Ima terkekeh melihat Mbok Surti yang kebingungan "mbok santai saja. Sebentar lagi Mas Aiden turu kok, nanti di jelaskan sama Mas Aiden"
"Astaghfirullah Ya Allah kaget" Mbok Surti melatah. Ia kaget bosnya sedang menuruni tangga dengan cepat.
"Eh? Kenneth dimana?" Ima meletakkan rotinya. Ia mengintip dibelakang Aiden, namun tidak ada Kenneth disana.
"Mommy!!!"
Suara Kenneth menggelegar seluruh rumah. Anak itu turun dengan cepat. Kemudian melompat meminta gendong kepada Ima. "Daddy ahat! Tigal Ken di tatas"
"Ai!" Tegur Ima. Ia melirik Aiden dengan tajam. Tapi se pelaku asyik makan roti "bahaya kalau Ken turun sendiri"
Kenneth ikut duduk di samping Daddynya. Setelah mandi ia merasa lapar. "Enaaakkk" pujinya saat menyuap satu potong roti itu.
"Panggil aku Mas! Kan tadi juga kau memanggilku Mas di depan Mbok Surti"
KAMU SEDANG MEMBACA
Risa Nirmala
ChickLitAku mencintaimu. Aku, Risa Nirmala. Risa Nirmala hanyalah seorang psikiater biasa. Tapi hidupnya berubah setelah mendapat pasien bernama Dean.