Bab Keempat

55 5 0
                                    

Rumah sakit itu tampak lenggang siang ini. Beberapa dari mereka hanya lewat dan itupun hanya dokter dan suster-suster yang bertugas. Sama sekali tidak ada yang menampakkan diri seorang warga berpakaian non-medis di situ.

Seperti inilah suasana Maiden Hospital di sayap selatan rumah sakit itu. Sangat berbanding terbalik dengan sayap utara yang ramai setiap waktu. Mungkin siang ini suasana tempat itu sedang ramai oleh pasien kecelakan atau sakit seperti biasanya.

Dan suasana tenang serta terkadang ramai di sayap selatan rumah sakit itu membuat Ima betah di sana. Terutama saat duduk bersandari di bangku lorong rumah sakit yang menampakkan taman serta air mancur buatan itu. Aroma daun berjatuhan dan daun serta rumput rumput itu seperti menghipnotisnya.

Dia frustasi sejujurnya. Sudah dua bulan lebih dia menangani Dean yang berada di rumah sakit ini tapi tidak ada kemajuan. Mengenai soal Dean, dia lupa hari ini ada seorang tamu untuknya. Yah, akhirnya dia setuju untuk menjadi dokter pribadi laki laki itu di rumah. Hanya beberapa kali dalam seminggu, jadi dia tidak merasa kerepotan. Lagipula Dokter Ridwan akan melonggarkan jadwalnya di rumah sakit.

Dia melirik jam pemberian Kevin beberapa bulan yang lalu. Saat itu secara tidak sengaja Kevin menginjak jam tangan-nya dan akhirnya laki laki itu mengganti dengan yang baru. Lupakan soal jam. Dia sudah terlambat lima menit untuk pertemuan dengan wali Dean yang akan mengurus kepulangannya.

Seorang wanita yang jauh lebih muda darinya dan Dokter Ridwan sedang duduk di kursi saat dia masuk ke dalam ruangan Dokter senior itu. Dia meringis dan menganggukkan kepala untuk meminta maaf atas keterlambatannya. Dia langsung duduk saat Dokter Ridwan memberi isyarat untuk duduk. Sungguh dia malu saat ini.

"jadi pertemuan kali ini untuk membahas soal kepulangan dan pengobatan pribadi untuk Dean" Jelas Dokter Riwan

Walaupun Ima adalah dokter yang menangani Dean. Tapi sebetulnha Dokter Ridwan-lah yang sebenarnya bertanggung jawab. Karena laki laki berumur itulah yang membawa Dean pertama kali ke sini.

"Nah, Dokter Ima inilah yang akan menjadi dokter pribadi Dean" Kata Dokter Ridwan

Ima mengulurkan tangannya "Risa Nirmala"

"Raras Anjani, adik Dean"

Ima tersenyum kecil setelah menjabat tangan gadis muda itu. Dia begitu lucu seperti tokoh anime Jepang yang dulu sering dia tonton. Rasa penasarannya bertambah saat melihat Raras. Secara keseluruhan dia adalah gadis yang cantik dan manis, dia ragu kalau Raras adalah adik Dean. 

Setelah mengurus sedikit hal, akhirnya pasien bernama Dean dapat pulang dengan syarat penanganan khusus. Ima sendiri hari ini di bebas tugaskan dari schedule-nya di rumah sakit untuk ikut pulang ke rumah pasiennya. Walaupun Ima sejujurnya enggan untuk libur hari ini, dia merasa belum siap untuk menjadi dokter pribadi.

Acara kepulangan Dean berlangsung lancar. Laki laki itu tampak begitu tenang saat di bawa menggunakan mobil mewah bersama Raras dan Ima serta beberapa perawat laki laki lainnya. Mereka mengantisipasi saat laki laki sakit jiwa itu tidak melakukan hal yang berbahaya.

Mobil pun berhenti di sebuah pagar tinggi yang agak jauh dari jalan raya. Jalan aspal  satu arah itu tampak indah dengan pohon pohon cassia yang ada di pinggirnya. Aliran sungai kecil buatan di sepanjang jalan juga sangat memanjakkan mata.

Kekaguman berlanjut saat Ima melihat rumah megah nan asri di depannya, dia akui keluarga Dean begitu kaya. Dia memang penggemar novel romansa laki laki kaya, tapi tidak pernah membayangkan rumah se-megah yang berada di depannya. Mungkin beberapa waktu kedepan dia bersyukur akan berada di sini untuk merawat Dean. Setidaknya pikirannya akan merasa nyaman melihat semua pemandangan tadi.

Risa NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang