The Angel

290 32 2
                                    

Di tempat lain, hiduplah seorang malaikat muda bersama keluarganya yang harmonis.

Parasnya cantik dan imut. Sikap nya santun dan riang.
Menjadikannya banyak disukai siapapun yang baru mengenalnya.

Ia baru saja belajar terbang. Sayapanya belum sepenuhnya mekar, tetapi cukup untuk membawanya melayang di sekitar.

Tumbuh di keluarga yang baik menjadikannya selalu optimis dalam segala hal.

Jika ia terlihat goyah, kedua orang tuanya selalu sedia disampingnya mengangkatnya kembali ke udara.

Suatu ketika, saat terbang bersama kedua orang tuanya ia melihat hutan tandus yang gelap.

Ia pernah mendengar kabar burung bahwa tinggal suatu makhluk dalam hutan tandus ini.
Tumbuh rasa ingin tau yang tinggi dalam diri sang malaikat cantik.

Ia meminta izin pada orang tuanya untuk masuk kesana.

Awalnya, kedua orang tuanya ragu. Melihat hutan yang begitu gelap, kering, dengan pepohonan yang berduri membuat mereka khawatir.
Sayap mereka berdua terlalu besar untuk dapat melewati duri-duri dalam hutan tersebut.

Berbeda dengan sang anak, sayapnya masih kecil jadi ia dapat dengan mudah melewati pepohonan berduri.

"Kami tak bisa mengantarmu ke dalam. Jika kau benar-benar ingin kesana, kau harus berjalan sendirian."

"Tak apa. Aku akan kesana sendiri. Ada sesuatu di dalam sana yang rasanya terus menarikku. Aku bisa merasakan kesedihannya."

"Baiklah, berhati-hatilah. Kami akan menunggumu disini. Jika kau tak sanggup, berlarilah! Jangan menengok ke belakang. Kami akan segera menarikmu kembali."

Dengan itu sang malaikat cantik berjalan sendirian menyusuri hutan gelap berduri. Menapaki setiap jalan, mengikuti kemanapun hatinya membawanya menuju sesuatu didalam sana yang terus menerus menariknya.

Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya ia melihat sesuatu di tengah hutan.

Jantungnya berdebar cepat. Ia bisa melihat sesosok makhluk yang sedang duduk dibawah ranting-ranting pohon.

Makhluk itu duduk membelakanginya. Sayapnya berwarna hitam mengkilat, namun tercabik-cabik disekujurnya.
Ia tak mengenakan baju. Terlihat banyak luka di tubuhnya yang putih.

Sang malaikat cantik sedikit takut. Ia tak dapat melihat wajah makhluk itu. Tak tau apakah makhluk di depannya berbahaya, tapi ia bisa merasakan kesedihan yang terpancar dari makhluk bersayap hitam tersebut.

Apakah dia sendirian?
Mengapa ia ada disini?
Mengapa tubuh dan sayapnya penuh luka?

Berbagai pertanyaan berputar dalam kepala sang malaikat kecil.

Makhluk bersayap hitam itu terlihat sangat rapuh dan kesepian. Ia menunduk dengan tangannya yang bertumpu pada lututnya.

Malaikat bersayap kecil itu mencoba mendekatinya dengan hati-hati.
Dadanya berdebar.
Ia takut, tapi entah mengapa ada sesuatu yang menariknya untuk mendekati makhluk tersebut.

Ia mengulurkan tangannya mencoba menyentuh bahu sang makhluk dari belakang.

Makhluk bersayap hitam itu menyadari ada seseorang di belakangnya.
Dia segera menggerakkan sayapnya menjadi perisai membungkus tubuhnya.

"Ah, maaf! Aku tidak bermaksud mengejutkanmu."

"............"
Makhluk itu diam tak menjawab.

"Apa... kau butuh pertolongan? Sayap dan tubuhmu penuh luka."

"............"
Ia masih tak merespon pertanyaan malaikat manis itu.

"Izinkan aku melihat sayapmu yang terluka. Mungkin aku bisa mengobatimu."

Sang malaikat kecil kembali mengulurkan tangannya untuk menyentuh sayap hitam makhluk di depannya.

Kali ini makhluk itu hanya diam tak bergerak. Sayapnya masih membungkus tubuhnya sebagai perisai.

Malaikat bersayap putih dengan hati-hati mengelus sayap hitam itu.
Bulunya mengkilat, lembut, dan cantik, tapi terkoyak disana sini.

"Apakah ini sakit?"

Malaikat kecil terus mengelus sayap makhluk tersebut.
Sayap hitam itu sangat besar hingga sanggup menutup seluruh tubuh pemiliknya.

Jika tak terkoyak, pasti sayap ini akan terlihat gagah. Aku juga ingin memiliki sayap sebesar ini.
Pikir sang malaikat kecil.

Lambat laun, sayap hitam tersebut perlahan membuka. Tak lagi menutup tubuh sang makhluk. Luluh akan sentuhan lembut yang terus diberikan sang malaikat manis.

Malaikat kecil berjalan mengitari untuk melihat rupa makhluk yang terluka itu.

Cahaya di hutan itu amat sedikit, tapi malaikat kecil bisa melihat jelas wajah sang makhluk,

"Kau....!"

Fly TogetherWhere stories live. Discover now