Bagian 12

17.3K 1.1K 147
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

"Mahika, hafalan yang ustad Rauf berikan kemarin yang mana sih? Aku lupa nandainnya. Mana besok udah harus disetor lagi," ucap Zihan.

Mahika menunjuk halaman dari kitab gundul yang berada di hadapannya. Dia juga tengah menghafal. Kebiasaan Mahika ketika menghafal adalah menutup mata dan menutup telinga. Katanya supaya bisa fokus. Kalian juga seperti Mahika kah kalau menghafal?

"Berarti dari sini sampai sini? Ini dobitannya udah bener dari ustadz Rauf atau karangan kamu sendiri?" tanya Zihan lagi.

Mahika mendengus karena Zihan sudah mengganggunya.

"Kamu kan sering dobit asal-asalan. Jawab dulu, Hika. Ini dobitannya dari kamu apa ustadz? Kalau dari kamu mah mending aku cari kitab lain."

Mahika menoyor kepala Zihan.

"Dari ustadz lah. Ini bener dobitannya. Periksa aja. Jangan ngomong lagi. Aku mau fokus hafal. Soalnya mau ke ndalem ngapel suami. Kan bentar lagi Gus Zaman bakal sibuk dan bakalan lulus. Jadi harus sering-sering ketemu."

Zihan memicingkan matanya dan berdecak mendengar ucapan angkuh temannya. Iya tahu kok Mahika sudah jadi istrinya Zaman. Zihan tahu itu. Tidak usah diperjelas. Kira-kira seperti itu Kalimat yang tersimpan di hati Zihan.

Dan ketika Mahika, Zihan sibuk menghafal. Suara mereka bertabrakan satu sama lain di kamar tersebut. Pintu kamar asrama tiba-tiba dibuka kasar oleh Riri dan Fara. Mereka ketawa ketiwi saat masuk ke dalam asrama.

Fokus Zihan tergoyahkan.

"Dari mana?" tanyanya.

Kemudian Riri duduk di hadapan Zihan. Dia tertawa. Padahal belum bercerita tapi dia sudah tertawa.

"Apa sih bodoh!" Sarkas Zihan.

"Tadi waktu kita beli rinso di warung dekat pondok. Kita ngeliat Kak Fatimah di ndalem. Ada orangtuanya Kak Fatimah juga, mereka lagi ngobrol gitu sama orangtuanya Gus Zaman," Fara menjelaskan.

"Maksudnya orangtuanya si Fatim sama Kyai Nyai, ngobrol gitu? Ada Fatim sama Gus Zaman juga di sana?" Tanya Zihan.

Riri mengangguk sembari tersenyum.

"Kan apa Riri bilang. Setelah lulus pasti mereka nikah. Terus tinggal bareng, kuliah bareng. Ih lucu. Karena buat apa coba Kak Fatimah sama orangtuanya datang ke ndalem kalau bukan buat bicarain soal perjodohan."

Zihan mencubit bibir Riri. Untung tidak keras jadi Riri hanya membalas memukul lengan Zihan.

"Mulut kamu kayak kecoa yang badannya kebalik. Rrrrrrrrr, gitu modelnya. Biasa aja kalau ngomong soal Gus Zaman dan Fatim. Nggak usah se-excited itu. Belum tentu juga mereka bicara soal lamaran," ucap Zihan.

"Tapi kayaknya iya deh, Han. Orangtuanya Kak Fatimah kan orang jauh. Nggak ada ikatan keluarga sama Gus Zaman. Orangtuaku yang dari ujung dunia aja kalau Dateng ke sini nggak pernah tuh mampir ke ndalem. Terus kalau keluarga Kak Fatimah sampai mampir ke ndalem. Pasti ada maksud dan tujuan penting," ucap Fara.

Zihan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia menoleh ke arah Mahika yang sudah menatap mereka bertiga dengan begitu sangar.

Tiba-tiba saja dia menutup kitabnya, padahal dia belum selesai menghafal. Zihan menutup mulutnya sendiri. Dan Mahika langsung keluar dari asrama. Dia berjalan menghentakkan kaki keras-keras di lantai.

Zaman Omair (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang