7. Debat Pagi

14 2 0
                                    

Alhasil Zoe dan Daffin sekarang duduk bersimpuh di hadapan Riska. Riska menghela napas melihat putra dan menantunya yang sekarang sama-sama menunduk.
"Mami tahu, kalian baru nikah dan mungkin kalian gak tahan buat mesra-mesraan ...."

Sontak Zoe mengangkat kepalanya sambil melotot. Mulutnya hendak bicara, tetapi tiba-tiba Daffin menggenggam tangannya lagi! Zoe menoleh dan melihat bahwa cowok itu menggeleng pelan seakan tahu apa yang akan diucapkan Zoe.

"Maaf, Mi ...." ucap Daffin kemudian. Sekali lagi Zoe melotot.
"Maaf, Zoe," lanjut Daffin lagi.

Riska memijat keningnya.
"Gak Daffin, kamu gak harus minta maaf, kok," ujar Riska seraya memandang putranya.

"Tapi Mami khawatir aja, tahu-tahu Zoe hamil, padahal kalian masih sekolah. Kalau mau hamil, boleh, kok, tapi lulus SMA dulu, ya?" mohon Riska yang membuat Zoe melotot.

Sontak gadis berambut gelombang itu berdiri.
"Zoe gak mau hamil, Mi!" cetusnya.

Namun dahi Riska malah mengernyit.
"Tidak mau hamil?" ulang Riska.

"Maksudnya—"

Daffin langsung berdiri dan memegang kedua pundak Zoe dari belakang.
"Ma-maksud Zoe, Zoe gak mau hamil buru-buru, Mi. Zoe masih mau fokus sekolah," bela Daffin lagi. Zoe langsung melirik sinis suaminya.

"Oh ... begitu." Riska mengangguk-angguk.

"Mami tadi agak resah soalnya, posisi kalian itu—"

"Itu! Daffin berusaha melindungi Zoe yang jatuh dari tempat tidur, Mi!" buru-buru Daffin, tetapi Zoe hanya memutar bola matanya. Mulai lagi, deh modusnya!

"Me-melindungi?" Atensi Riska langsung beralih pada Zoe.

"Benar itu, Zoe?" tanya Riska.

Sontak Zoe terhenyak.
"Uhm, i-itu ...." Dahinya mengernyit ketika Daffin malah mencengkram kedua bahunya. Apa-apaan cowok ini? Apa dia sedang membuat kode?

"Apa, Zoe?" cecar Riska.

Zoe pun menghela napas.
"Iya, Mi ...." katanya agak malas. Sebenarnya dia ogah mengikuti permainan Daffin, tetapi dia malas jika harus memperpanjang masalah dengan ibu mertuanya ini.

"Ya, sudah. Kalau gitu, kalian siap-siap. Jangan sampai terlambat, ya," ujar Riska kemudian meninggalkan putra dan menantunya.

Selepas Riska keluar dari kemar Zoe, Zoe langsung menyingkirkan tangan Daffin di pundaknya.

"Dasar! Sok cari muka di depan Mami!" tukas Zoe tiba-tiba.

Dahi Daffin berkerut.
"Cari muka? Maksud kamu?"

"Ya, itu! Bilang ke Mami kalau kamu mau lindungin aku! Aku tahu, ya, dari awal kamu masuk ke kamarku tanpa izin, kamu itu udah bermaksud mau berbuat mesum, 'kan?" tuding Zoe lagi.

Daffin langsung menggeleng.
"Enggak, Zoe! Kamu salah paham."

"Udah! Males denger penjelasan kamu! Pergi sana!" usir Zoe.

"Uhm, tapi kamu mau dibantuin siap-siap, gak?" tawar Daffin.

"Bantuin ngapain?" sewot Zoe.

"Ya, misal, bantuin kamu ganti baju—"

"Dasar mesum!" sergah Zoe yang langsung naik pitam.

"Uhm, Zo-zoe, maksud aku bukan begi—"

Sebuah pukulan langsung melayang ke pundak Daffin.
"Keluar, gak? Keluar! Dasar cowok mesum!" usir Zoe.

"O-oke, aku keluar. Iya, tapi cepetan, ya. Aku tunggu kamu di bawah. Kita berangkat bareng," ujar Daffin yang menahan pukulan-pukulan kecil dari Zoe di pundaknya.

"Keluar! Aku bilang, keluar!" jerit Zoe. Mau tidak mau, Daffin akhirnya keluar dari kamar Zoe.

****

Setelah selesai bersiap, Zoe langsung masuk ke dalam mobil sambil membawa dua kotak bekal.

"Hai, Zoe. Ternyata kamu cepat juga siap-siapnya," sapa Daffin yang ternyata sudah menunggu Zoe di dalam mobil, lebih tepatnya di bangku kemudi.

Zoe hanya memutar bola matanya, sayang, ia tidak bisa menolak untuk tidak satu mobil dengan Daffin. Cewek cantik itu pun duduk di samping Daffin.

"Jangan sok akrab! Kita sama sekali gak akrab!" ketus Daffin.

"Ya, terserah kamu," ucapnya kemudian menyalakan mobilnya.

"Uhm, kamu mau sambil sarapan? Nanti, aku setirnya pelan-pelan," tawar Daffin.

"Ih, apaan, sih? Jangan sok peduli! Dasar caper!" tukas Zoe.

Daffin hanya menghela napas.
"Oke. Aku setir pelan-pelan, ya, mobilnya. Kamu sarapan yang tenang," ucap Daffin. Sedangkan Zoe hanya bersungut-sungut sambil membuka kotak bekalnya. Namun diam-diam Daffin malah tersenyum.

Suasana di mobil hanya diisi oleh tangga lagu dari radio yang Daffin pasang. Keduanya sama sekali tidak mengobrol. Zoe yang sudah selesai sarapan melirik ke arah Daffin.
"Woy, cowok munafik!" ketus Zoe.

"Jalanin mobilnya jangan lelet! Kamu gak tahu, ya, kita ini bisa telat!" gerutu Zoe.

Daffin pun menoleh sejenak ke arah Zoe.
"Oh, kamu udah selesai sarapan?"

"Ya, udahlah! Emangnya aku makan lelet, kayak kamu, nyetirnya lelet!" tukas Zoe sambil membuang mukanya.

"Iya, iya, Zoe ... Aku tambahin kecepatannya, ya. Kamu cukup duduk tenang," timpal Daffin yang mulai mengganti gigi mobilnya. Zoe hanya membanting diri ke jok mobil sambil melihat ke luar jendela.

Laju mobil pun semakin cepat. Namun, tak selang berapa lama, Daffin kembali menurunkan kecepatan mobilnya. Sontak, Zoe menghadapkan tubuhnya ke arah Daffin.
"Daffin! Kok malah pelan lagi ... eh?" Mara Zoe melebar melihat tumpukan kendaraan di depan mobilnya.

Daffin menoleh ke arah Zoe.
"Sorry, Zoe ... macet," ujar Daffin.

"Ugh! Ini gara-gara kamu!" tudinf Zoe.

"Gara-gara aku?" heran Daffin.

"Iya! Coba aja, kamu gak bikin drama tadi pagi, terus gak sok-sokan jalanin pelan mobilnya, pasti kita gak akan kena macet! Udah, deh! Pasti kita dihukum!" gerutu Zoe panjang lebar.

"Yah, mau gimana lagi, Zoe?" pasrah Daffin. Sontak Zoe berdesis.

"Ih, dasar! Gak ada penyelesaian!" tukas Zoe.

"Terus gimana? Kamu mau naik ojol? Aku pesenin, ya?" tawar Daffin.

"Enggak! Enggak! Apaan, sih? Emangnya ada ojol yang mau jemput di jalanan macet gini!" keluh Zoe lagi.

"Terus, kamu maunya gimana?" tanya Daffin.

"Ya, kamu mikir, kek! Kamu 'kan cowok! Lebih bisa mikir pake logika!" cicit Zoe.

"Ya, udah besok kalau motorku udah selesai diservis, kita naik motor aja, ya. Biar bisa lewat jalan tikus—"

"Ih!" sungut Zoe.

"Apaan, sih? Kok, besok? Kita kena macetnya sekarang, Daffin! Kalau besok beda cerita!" gerutu Zoe.

"Lagian, aku ogah, ya diboncengin motor sama kamu! Aku cuman mau diboncengin sama Zayn! Aku naik mobil ini karena kejebak aja!" cicit Zoe lagi.

Daffin menghela napas kasar seraya menoleh ke arah Zoe.
"Ya, terus, sekarang kamu mau gimana?" Tiba-tiba suara Daffin meninggi, membuat Zoe tercengang.

****

Apakah Daffin akan marah?

Jeng jeng!

Langsung next chapter aja, ya

Happy Reading Guys

Yang suka cerita Rom-Com, jangan lupa mampir juga di cerita "Bawa Aku Bersamamu"

Follow medsosku
IG: sun_uzd
Tiktok: Mama_Uzda_Story

Jodohku Bukan Crush-kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang