18. Peringatan Zoe

10 0 0
                                    

"Berhenti sekarang juga!" titah Zoe yang hendak merebut setir mobil Daffin. Setir mobil malah ditarik oleh Zoe hingga berputar ke kiri, sontak arah jalan mobil berubah, reflek Daffin segera menyeimbangkannya.

"Zoe, kamu kenapa, sih? Jangan gila!" panik Daffin berusaha menyibgkirkan tangan Zoe, tetapi gadis itu tak gentar.

"Pokoknya, aku bilang berhenti, ya berhenti!" pekik Zoe.

"I-iya, ini aku minggir, ya," ucap Daffin berusaha lembut meskipun dia panik setengah mati. Alhasil cowok itu terpaksa meminggirkan mobilnya. Di halaman rumah orang tak dikenal.

Napas Daffin masih terengah-engah, untung saja kondisi jalanan sepi. Namun, dia masih terkejut.

"Dasar cowok buaya!" rutuk Zoe yang menarik atensi Daffin.

"Kamu ngomong apa, sih Zoe? Dari tadi gak jelas!" Tiba-tiba suara Daffin meninggi.

Mata Zoe langsung menyalak.
"Kok kamu marah sama aku?" Zoe tak mau kalah sewot.

"Ya habisnya ...." Seketika lidah Daffin jadi kelu. Telinganya langsung berdenging. Dia paling benci saat-saat begini. Alhasil cowok itu memalingkan pandangan.

"Oke, maaf ...." Alhasil itu yang keluar dari mulut Daffin.

Zoe mendengus kesal.
"Dasar, cowok gak jelas!" rutuk Zoe lagi.

"Oke! Sekarang kamu mau ngomong apa?" Nada bicara Daffin kembali lembut.

Zoe melirik suaminya sinis.
"Aku peringatkan kamu, ya Daffin!" seru Zoe.

"Kamu aku izinin mau pacaran sama siapapun, tapi kamu gak boleh pacaran sama Oline!" tekan Zoe.

"Kenapa?"

Seketika Zoe langsung naik pitam! Dia menghadapkan tubuhnya pada Daffin.
"Kenapa? Kamu tanya kenapa?" Suara Zoe meninggi.

"Iya. Kenapa gak boleh?" tanya Daffin sambil memasang wajah polos.

"Ya, jelas karena Olinr sahabat aku!" tekan Zoe lagi. Dia langsung membuang wajahnhya.

"Aku mana rela Oline ditipu sama buaya kayak kamu," sungut Zoe.

"Buaya? Maksud kamu aku cowok buaya?" tanya Daffin dengan nada polosnya.

"Ya, iyalah! Apa lagi coba namanya kalau bukan cowok buaya? Pake caper nganterin cewek. Sok-sokan pake alasan kasihan. Ewh! Basi!"

Daffin hanya menghela napas pasrah.
"Iya. Ya udah. Kalau itu mau kamu," ujar Daffin kembali memasukkan gigi mobilnya.

"Eeh!" seru Zoe yang merasa tekanan mesin mobil meningkat.

"Siapa suruh jalan? Aku belum selesai ngomong!" cegah Zoe.

Daffin kembali menghela napas dan terpaksa memindahkan gigi mobilnya ke gigi netral.
"Apa lagi, Zoe?" tanya Daffin berusaba bersabar.

"Satu lagi, pokoknya, kalau lain kali kamu telat jemput aku kayak tadi, aku akan aduin kamu ke mami-papi! Sekalian aja, biar dihukum!"

"E-eh, Zoe ... jangan. Nanti mami marah sama aku," panik Daffin.

"Emangnya aku pikirin. Bodo amat! Lagian kamu jahat sama aku!" ketus Zoe.

Daffin pun menghela napas.
"I-iya. Lain kali aku gak akan telat jemput kamu. Maaf, ya Zoe ...." pasrah Daffin.

"Males, ah! Minta maafnya gak ikhlas!" rajuk Zoe malah memalingkan wajahnya.

Sekali lagi Daffin menghela napas.
"Maafin aku, ya Zoe. Please ...." mohon Daffin.

"Iya, ya udah, terserah! Sekarang, ayo pulang!" suruh Zoe.

Daffin mengangguk.
"Iya, kita pulang, ya ...." timpal Daffin lembut, tetapi sama sekali tidak dibalas oleh Zoe.

Ting!

Tiba-tiba ada sebuah notifikasi darinponsel Zoe. Cewek itu buru-buru membuka layar ponselnya. Sontak wajah kusutnya langsung berubah jadi semringah.

"Daffin!" seru Zoe girang.

"Ya, ada apa?" tanya Daffin yang mulai menjalankan mobilnya.

"Zayn! Zayn ajak aku jalan minggu ini! Nih lihat!" Zoe langsung menunjukkan layar ponselnya pada Daffin.

Zayn
Zoe, minggu ini free, gak? Jalan, yuk. Gue ada tiket nonton nih

Daffin pun tersenyum lega, setidaknya sang sahabat mengirim pesan di saat yang tepat.
"Bagus, dong. Hubungan kamu sama Zayn kayaknya ada lampu hijau, tuh," timpal Daffin.

Zoe kembali menatap layar ponselnya sambil mengetikkan balasan.
"Iya! Kayaknya Zayn mulai buka hati sama aku, deh ...." Zoe langsung mengirim pesan balasan yang berisi persetujuan kemudian menoleh ke arah Daffin.

"Apa kamu bujuk Zayn? Kalau iya, makasih, ya Daffin," ujar Zoe girang. Sementata Daffin malah mengernyitkan dahi. Sebenarnya dia tidak melakukan apa-apa. Mungkin sahabatnya itu memang mulai berpaling dari pengejarannya yang sia-sia.

"Tapi, bagus, 'kan?" sahut Daffin.

"Iya, bagus banget. Pokoknya nanti aku mau ke salon. Aku harus tampil cantik di depan Zayn," ujar Zoe.

"Loh? Tapi kamu sama Zayn 'kan cuman jalan doang? Bukannya party," cetus Daffin yang langsung mendapat tatapan sinis dari Zoe.

"Ya terus? Emangnya kenapa? Aku, 'kan mau maksimal di hadapan Zayn. Masalah banget, sih! Dasar gak jelas!" tukas Zoe.

Daffin jadi kikuk. Sepertinya dia salah berucap lagi. Mungkin dia memang tidak berbakat menghadapi perempuan.
"Atau gini ...." seru Daffin.

"Apa?" ketus Zoe.

"Gimana kalau aku bantuin kamu dandan?" usul Daffin.

"Hah? Emangnya kamu bisa? Kamu, 'kan cowok!"

Daffin malah memasang senyum andalannya.
"Bisa, dong. Gimana?"

Zoe hanya memandang Daffin dengan tatapan ragu. Namun, atensinya beralih saat ada notifikasi baru masuk di ponselnya. Sontak matanya membelalak.

"Daffin!" panil Zoe.

"Kenapa lagi, hm?"

"Gimana, nih ... Zayn bilang, dia mau jemput aku di rumah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodohku Bukan Crush-kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang