23. Niat Lain

1.6K 111 14
                                    

Our Home

Happy Reading For All😁😁

Niat Lain


"Ini yang terjadi kalo lo nggak minum obat lo! Tempramen lo tuh nggak bisa dikendaliin tau nggak lo?!"

Dikta diam mendengar ocehan dari sahabatnya. Anak itu memainkan jari-jarinya sembari menunduk mencoba menghindar dari tatapan tajam Jodi saat ini.

"Kesalahannya nggak ada di gue dan lo tau itu. Oval yang udah bikin semua ini terjadi!" ujar Dikta membela diri.

Jodi menatap tak percaya Dikta saat ini.  Wajah penuh lebam serta penampilan acak-acakan itu benar-benar membuat Jodi iba. Namun, jika diingat kembali masalah ini terjadi bukan hanya karena Oval seorang, dirinya dan Dikta ikut terlibat didalamnya. Bahkan mungkin mereka lah yang menjadi akar dari masalah ini.

"Gue tau Oval yang udah bikin semua ini jadi runyam. Tapi, lo yang udah mancing Oval marah! Lo yang udah bayar orang buat gebukin Ical kalo lo lupa!! Dan sekarang? Lo sandiwara buat minta bantuan Aryan sama Devano?" Jodi menggeleng tak percaya.

"Lo licik Dik. Lo bukan Dikta yang gue kenal!"

Jodi membuang muka dan langsung mengusak rambutnya frustasi. Semua skenario yang terjadi saat ini tak lain dan tak bukan Dikta lah dalang di baliknya. Anak itu memang memiliki gangguan kecemasan sejak lama, dan hanya dengan obat-obatan Dikta bisa meredam dan menekan keinginan-keinginan bodoh yang berseliweran di otaknya. Hanya saja tanpa Jodi tahu ternyata Dikta sudah tak meminum obatnya. Hal itu membuat Dikta yang dulu kembali lagi dan membuat onar di kehidupan anak itu saat ini.

"Satu-satunya cara buat bales dendam sama Ayah cuma ini, gue butuh mereka buat bisa bebas. Gue pengen hancurin Ayah yang juga udah hancurin gue dan abang-abang gue.." ujar Dikta dengan wajah yang sendu.

Jodi menghela napas kasar. Kali ini, dirinya dengan bodoh mengikuti permainan terbaru dari Dikta. Jodi yang tertipu akan muslihat Dikta masuk dengan suka rela sebagai pemeran pendukung seperti yang dahulu ia lakukan.

"Setahun lalu lo kayak gini dengan jebak gue, dan kali ini semua terulang lagi. Tapi lo tau nggak apa yang lebih lucu dari itu?"

"Apa?"

"Yang lucu adalah gue tetep percaya sama lo dan masuk ke permainan lo dengan suka rela kayak orang bodoh walau gue tau kalo semua ini tuh salah!" ujar Jodi dengan tatapan yang tak bisa Dikta gambarkan.

Dikta termangu. Dirinya menyadari betapa Jodi pasti merasa lelah. Namun Dikta hanya tak ingin terus begini. Dikta tak ingin terus sakit hati, dan Dikta juga tak ingin terus membebani Jodi dengan segala masalah dalam hidupnya. Ia tahu, sejahat apapun dan seberantakan apapun dirinya, Jodi pasti akan selalu menerima Dikta. Bahkan tanpa bertanya.

"Hanya sekali ini lagi Jod.."

"Sekali lagi aja gue gini. Setelah itu, gue janji bakalan ikut lo dan mencoba sembuh. Gue nggak mau Ayah terus gitu dan nyakitin abang-abang gue. Lo tau sendiri kan gimana Ayah? Karena itu, bantu rencana terakhir ini.."

"Gue cuma mau bebas. Cuma itu Jod.."

Dikta menunduk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca. Jodi yang saat itu melihat bagaimana keadaan sang sahabat hanya bisa diam. Ia tak menjawab Dikta barang sepatah katapun. Namun, dibalik diamnya Jodi anak itu menyetujui untuk kembali bergabung dengan Dikta.

OUR HOME [TAMAT]Where stories live. Discover now