41. Proses Saling Memaafkan

1.6K 136 26
                                    

Our Home
Happy Reading For All😁😁

Proses Saling Memaafkan


Yang menyandang nama keluarga Wijaya pasti tengah dalam keadaan yang tersorot saat ini. Seluruh media gempar dengan tuduhan penculikan, penganiayaan, serta kekerasan mental terhadap anak yang telah dilakukan oleh kepala keluarga Wijaya yang kala itu sering diagung-agungkan.

Selama kurang lebih dua minggu setelah kasus tersebut muncul, nama Wijaya benar-benar telah hancur dimata publik. Bahkan, setelah beberapa kekerasan terungkap banyak publik yang mencerca dan juga mendukung hukuman setimpal untuk kepala keluarga Wijaya yang tak lain adalah Arav Pradipta Wijaya.

"Atas semua kontribusi kalian Arav Pradipta Wijaya dijatuhi hukuman yang setimpal. Saya ucapkan terima kasih banyak atas bukti-bukti serta kesediannya menjadi saksi dalam kasus tersebut."

Biru, Revan, serta Dikta mengangguk pada jaksa yang baru saja berterima kasih pada ketiganya.

"Kami juga berterima kasih karena anda membantu kami dalam memberikan keadilan bagi kami. Pada intinya, kita saling menguntungkan. Bukankah begitu?"

Jaksa itu tersenyum, "Betul. Saya setuju."

Pertemuan mereka bertiga pun berlanjut pada acara makan santai dan diselingi sedikit pembahasan atas kasus Arav. Setelahnya Jaksa tersebut pun pulang dan meninggalkan tiga bersaudara itu.

Biru, Revan, dan Dikta memutuskan untuk bersantai sebentar lagi di restauran sembari menikmati sore hari dengan hidangan manis serta ice cream. Ketiganya larut dalam obrolan ringan mereka hingga tak lama kemudian Dikta teringat sesuatu dan langsung menarik lengan baju yang dikenakan kakak sulungnya.

"Oh ya Mas, Devano bilang Rayan kemarin sempat sadar, tapi katanya Rayan tidur lagi karena efek dari lukanya. Kalau kita jenguk Rayan di rumah sakit setelah ini, setuju nggak?" tanya Dikta pada kakak sulungnya.

Mendengar keinginan Dikta barusan membuat Biru terdiam sejenak.

Walau bagaimanapun Biru sebenarnya masih tak punya muka berhadapan dengan keluarga Wirawarna. Selain karena insiden penculikan Rayan, baik Biru maupun Revan tentu pernah mengalami hal serupa dengan Dikta, yaitu bermusuhan karena ambisi Arav atas prestasi mereka.

"Kamu bisa ketemu sama teman-temanmu aja dek? Kamu kan tau sendiri gimana Mas dan Revan sama kakak-kakaknya Rayan? Lagipula Mas nggak ada muka buat ketemu sama Om Ken yang bahkan udah bantu kita walau Ayah udah jahat sekalipun." Biru mengulas senyum keterpaksaan agar membuat Dikta bisa mengerti.

Dikta terdiam sejenak. Situasi dan kondisi keluarganya dan keluarga Wirawarna memang tak sepenuhnya baik. Mungkin dirinya dan Jodi memang sudah berbaikan dengan Aryan serta Rayan, namun kedua kakaknya 'kan belum. Dan Dikta juga lupa akan hal itu.

Tapi, bukankah menghindar juga tak baik? Terlebih, semua masalah itu jalan keluarnya adalah dengan saling mendengarkan dan saling memahami bukan?

"Dikta nggak pengen ketemu temen-temen Dikta doang Mas. Tapi Dikta juga pengen kalian ketemu sama mantan temen kalian dan kembali baikan. Dikta juga kepengen keluarga kita dan keluarga Om Ken nggak gini lagi. Om Ken baik, dia bahkan bannya bantu kita." ujar Dikta dengan senyum manisnya.

"Oh ya, Mas sama Kakak juga jangan lupa. Kita udah bebas, kita udah bisa melakukan hal-hal kecil yang nggak pernah bisa kita lakukan dulu."

Baik Biru maupun Revan kini menatap adik kecil mereka lekat. Keduanya ingat jika hidup Dikta sama seperti hidup mereka berdua, tapi kenapa Dikta rasanya lebih dewasa dari mereka berdua?

OUR HOME [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang