3. The Holy Serpent dan Kru Kapal

13 5 3
                                    

Mengagumkan.

Satu kata itu yang memberi kesan pertama padaku saat menaiki kapal The Holy Serpent!

Kapal itu berlabuh di antara kapal-kapal lain di Pelabuhan Rhea, tetapi tampak megah dan lebih mencolok.

Hari-hari di pelabuhan yang terbiasa sibuk terasa di atas kapal The Holy Serpent. Bukan hanya itu, aku juga melihat banyak penduduk Kota Rhea lainnya yang ternyata mendapat undangan dari Kapten Quest. Namun, kami tidak saling mengobrol. Paling-paling hanya menyapa singkat, setelah itu masing-masing dari kami sibuk mengitari bagian kapal. Tak ayal, kurasa perjalanan mencari jimat suci itu memang membutuhkan banyak sumber daya sehingga pastinya Kapten Quest juga mengundang banyak orang untuk berpartisipasi.

Kami-para tamu-disambut dengan baik saat tiba di kapal. Sebagai perkenalan, Kapten memberi informasi singkat tentang peta wilayah tujuan kami berikutnya. Selain itu, saat berada di sini, kami diperbolehkan untuk berkeliling ke setiap bagian kapal. Aku tentu antusias untuk melakukan tur itu. Wajahku dipenuhi senyuman bahagia karena ini adalah kali pertama aku menaiki kapal yang lebih besar dari kapal nelayan. Bahkan, baru kali ini pula aku menaiki kapal bajak laut! Lihatlah bendera keren mereka yang bergambar ular dengan dominasi warna kuning keemasan. Menurutku cocok berkibar di atas kapal ini.

Sebelumnya aku tidak pernah membayangkan berada di kapal bajak laut, tapi sekarang aku mengalaminya secara langsung.

Meski mengagumkan, jujur saja aku merasa sedikit takut. Pasalnya, tak ada seorang pun yang kukenal di sini. Hal tersebut bagai melangkah keluar dari lingkaran nyamanku yang membatasi dengan dunia luar. Tapi, aku sudah memilih dan memutuskan. Aku sudah menerima undangan itu. Memang belum terlambat untuk kembali sebelum kapal telanjur berlayar. Namun, aku tidak mau kalau harus berada selamanya di dalam kehidupanku yang suram apalagi harus terus berurusan dengan pamanku.

Setidaknya aku ingin mencoba peruntungan dengan mengikuti perjalanan ini.

Hari itu aku antusias ingin berkeliling kapal. Kumulai dari bagian geladak, tempat pertama dari bagian kapal yang dapat kupijak. Dari sini, aku bisa melihat betapa tinggi dan besarnya tiang kapal yang terpancang kokoh, meriam-meriam yang diposisikan di sisi kapal, serta lukisan Holly Serpent yang sengaja digambar di lantai kapal. Mungkin, jika dilihat dari atas–ketika naik ke tiang kapal–lukisan itu akan tampak lebih jelas.

Aku bertemu salah seorang kru kapal bertubuh jangkung dan memiliki otot kekar. Saat kusapa, dia menundukkan kepala tanpa berbicara seperti membuat tanda penghormatan. Dari sikapnya, kurasa dia pria yang sopan, tapi misterius. Saat kutanya namanya, dia menjawab dengan singkat bahwa namanya adalah Onave, setelah itu dia kembali dengan aktivitasnya yang sedang mengikat tali-tali di kapal. Melihat kegiatan yang sedang dia lakukan, mungkin dia salah satu juru ikat di kapal ini. Aku sebetulnya ingin bertanya lebih, tetapi sepertinya dia pria pendiam dan akan butuh waktu serta usaha yang lebih untuk dapat akrab dengannya.

Dari bagian bawah, aku berjalan menaiki tangga menuju anjungan yang berada di atas geladak. Kurasa ini adalah tempat di mana kapal dikemudikan. Sudut pandang dari anjungan ini terlihat menarik, sebab kamu bisa melihat arah laju kapal dan dapat memerhatikan area laut lepas di depannu. Kalau begitu, biasanya ada navigator atau kapten yang sering berada di bagian seperti ini. Namun, aku tidak menemukan mereka saat itu. Entah karena mereka sedang ada keperluan lain hingga anjungan tampak kosong. Tapi, saat aku menuruni tangga untuk meninggalkan anjungan, aku berpapasan dengan seorang anak kecil berambut cokelat keemasan yang berkulit putih dan tidak mengenakan alas kaki. Dia bernama Rebecca, seorang navigator kapal yang usianya masih sangat muda.

Bayangkan, dia masih sangat muda! Tingginya bahkan hanya sedadaku. Siapa yang menyangka bahwa dia adalah salah satu dari kru kapal? Awalnya kukira dia adalah anak tersesat yang tidak tahu caranya kembali ke daratan.

To New Horizon : Tarsa's JournalWhere stories live. Discover now