6. Nyanyian yang berasal dari Rawa

15 4 0
                                    

Tangan Wise menunjuk ke arah Misty Forest.

Awalnya aku kurang paham maksudnya. Apa dia menunjuk sesuatu yang ada di sana atau sengaja memberitahuku untuk pergi ke sana?

Karena dia tidak berbicara apa-apa, jadi kuanggap dia memang menunjukkan jalan untukku. Dia seakan-akan mengerti apa yang hendak kutanyakan, yaitu tentang arah jalan mencari jimat suci. Aku ingin bertanya lebih lanjut kepada kakek tua itu, tapi dia keburu menghilang bagai arwah yang datang dan pergi sesuka hati.

'Kan dia memang hantu!

Kurasa aku bertindak tidak rasional. Dia kan memang hantu, jadi sudah pasti bisa datang dan pergi atau muncul dan menghilang sesuai kehendaknya. Kadang-kadang aku sempat berpikir apakah menjadi hantu itu enak ya? Bisa muncul dan menghilang semauku? Bahkan bisa mengagetkan orang-orang lalu tertawa geli saat melihat respons mereka.

Ah, tidak! Jangan melantur yang aneh-aneh. Aku harus terus bergerak dan fokus pada tujuan utamaku.

Nah, aku kemudian berpikir bagaimana caranya bisa melewati anak sungai yang membatasi Gloomy Meadow dengan Misty Forest. Aku harus menyeberangi anak sungai itu. Meski ukurannya tidak seluas Sungai Sierra dan sepertinya masih memungkinkan untuk dilewati dengan berenang, tapi aku takut pada hewan-hewan yang ada di dalam sungai itu.

Siapa yang tahu hewan mengerikan apa saja yang sedang menungguku untuk menjadi santapan mereka, 'kan? Belum lagi aku harus berhati-hati melewati bunga-bunga cantik berwarna ungu di tepi anak sungai itu. Salah-salah langkah aku malah bisa keracunan karena menghirup serbuknya. Aku harus memastikan dengan baik keputusanku.

Selagi berpikir, aku duduk sebentar dan bersandar di batang pohon baobab. Aku membuka ranselku dan mempertimbangkan barang-barang apa saja yang bisa kugunakan untuk saat itu.

Di dalam sana, aku menemukan botol air minumku masih cukup penuh. Rupanya aku bahkan sampai lupa meminum air di saat cuaca dingin seperti ini. Maka kutenggaklah isi di dalam botol itu untuk menghilangkan dahaga. Segar! Setidaknya aku harus bersikap baik pada tubuhku sendiri untuk memberinya asupan air. Tak lupa aku juga memakan beberapa gigitan bekal makananku untuk menambah energi. Hingga akhirnya aku menemukan sebuah ide.

Aku akan mengambil air dari sumur untuk berjaga-jaga jika terkena serbuk bunga Sweet Violetta. Benar! Aku harus waspada dan mempersiapkan sebaik mungkin untuk saat-saat terburuk.

Aku mengaduk-aduk ranselku untuk mencari tali. Seingatku aku memang membawanya. Aku membutuhkan tali itu untuk mengambil air di dalam sumur. Begitu kutemukan sebuah webbing yang sebelumnya kuambil dari perlengkapan yang diberu kru The Holly Serpent, aku lekas mengelurakannya. Tadinya aku mengambil benda itu untuk digunakan saat harus membuat tenda darurat selama perjalanan, tapi ternyata sekarang bisa berguna juga. Hahaha.

Aku bergegas menuju reruntuhan dari arah timur pohon baobab dan tiba di depan sumur yang menyeramkan. Aku sedikit merinding dan bulu kudukku meremang saat melihat sumur tua itu dari jarak yang sangat dekat.

Tidak ingin berlama-lama di area yang suram itu, aku lekas melilitkan tali webbing pada botol air minumku dan mengambil air dari dalam sumur hanya dalam satu kali tarikan. Setelah itu aku segera berlari ke tepi sungai karena takut ada sesuatu yang muncul dari dalam sumur.

Karena berlari terburu-buru menuju tepi sungai, hampir saja aku menginjak bunga Sweet Violetta. Untungnya aku masih bisa menahan langkah kakiku.

Ketika melihat anak sungai yang arusnya cukup tenang, kurasa dasarnya cukup dalam. Aku tidak ingin nekat untuk berenang, sebab aku juga bukan perenang ulung. Aku harus melompat. Hal itu yang terpikirkan olehku. Namun, jaraknya juga cukup jauh. Meski namanya anak sungai, tapi tidak benar-benar kelihatan seperti anak kecil yang pendek.

To New Horizon : Tarsa's JournalWhere stories live. Discover now