026 || Meminta Izin

100 23 0
                                    

“Loh, Ibu sama Ayah kok gak bilang mau ke sini?”

Noa menghentikan tangannya yang akan memasukkan satu suap nasi ke dalam mulutnya. Beralih menatap Esha yang duduk di depannya dengan ponsel berada di samping telinganya.

Mendengar pertanyaan Esha, Noa yakin bahwa kedua orang tua gadisnya akan berkunjung hari ini. Noa menarik senyum simpul merasa ini adalah kesempatannya untuk meminta izin mengajak Esha ke Jepang bersamanya, padahal tadinya ia akan mengantar Esha pulang minggu depan sekaligus meminta izin.

“Ini kan Ibu bilang. Udah deh, kamu tunggu aja di apartemen jangan ke mana-mana. Ibu sama Ayah mau angkut dulu mas kamu.” 

Suara Ibu Esha terdengar di telinga Noa. Esha memang menambah volume agar Noa juga mendengarnya.

“Kenapa gak bilang dulu sih, tau gitu gue gak usah masak biar Ibu aja yang masak.” Cetus Esha kesal karena Ibunya yang memberi kabar dadakan.

Noa menggelengkan kepalanya, ia sudah biasa mendengar Esha mendumel seperti itu. Apalagi jika seperti ini. Esha memang tidak akan memasak apa bila keluarganya datang, katanya sih agar Ibunya memasak jadi ia bisa mencicipi masakan Ibunya yang sudah sejak lama ia rindukan.

“Kali-kali lo masak. Kasihan Ibu lo, datang ke sini malah lo suruh masak. Gak sopan itu.” Tegur Noa.

“Bukan gitu, gue kan mau lagi cicip rasa masakan Ibu.”

“Iya yaudah lah, nanti kalau Ibu lo mau pasti masak juga. Apalagi kalau lo yang minta.” Balas Noa lagi. Noa rasa Esha juga tak perlu bersedih karena Ibu Rosa, Ibunya Esha pasti akan menuruti permintaan putri bungsunya.

“Lanjutin sarapannya, gak usah nunggu keluarga lo. Mereka udah pasti sarapan dulu dari rumah.”

Esha tidak menjawab, ia langsung menyuapkan sesendok nasi dengan lauk kentang balado ke dalam mulutnya. Masih kesal karena keluarganya tidak memberi kabar lebih awal.

Selesai sarapan, Esha memilih untuk mandi dan membiarkan Noa sendirian di sofa bersama dengan laptop yang terbuka. Ada tugas presentasi yang belum diselesaikan, berhubung ia satu kelompok lagi dengan Esha. Noa jadi harus menyelesaikannya, karena di antara yang lain hanya Noa saja yang belum bekerja.

Kelompoknya memang di pilih secara acak, dan entah keberuntungan atau memang takdir, Noa dan Esha satu kelompok bersama dengan Anna, Bayu. Kemarin mereka melakukan kerja kelompok di rumah Bayu setelah pulang sekolah. Itu permintaan Anna dan Esha, katanya rumah Bayu dekat dengan sekolah dan juga mereka ingin tugas presentasinya segera selesai.

Suara bel berbunyi membuat jemari panjang Noa yang sedang mengetik banyak kalimat di laptop terhenti. Ia melirik kamar Esha, masih tertutup rapat, mungkin Esha masih mandi. Jadi, Noa memutuskan untuk langsung membuka pintu apartemen Esha, karena ia yakin yang di luar sana adalah keluarga Esha.

“Loh, kok kamu yang buka, Noa?” tanya Rosa setelah menyambut uluran tangan Noa yang baru saja mencium tangannya.

“Masih pagi, udah di apartemen Esha aja, lo.” Tambah Ezra, Kakak laki-laki Esha yang kelakuannya sebelas dua belas dengan Noa.

“Noa tadi habis sarapan sama Esha, terus sekalian mau beresin tugas juga.” Jelas Noa agar keluarga Esha tidak salah paham padanya.

“Lalu, Eshanya ke mana sekarang?” pria paruh baya dengan sorot wajah yang tegas itu membuka suara menanyakan keberadaan putri bungsunya.

“Esha tadi lagi mandi, Om.” Balas Noa seraya tersenyum ramah. Lalu ia menyingkir membiarkan keluarga Esha masuk ke dalam apartemen.

Dan untungnya setelah anggota keluarga Esha duduk, gadis yang di cari-cari keluarga itu keluar dari kamar dengan rambut yang masih setengah basah bagian atasnya.

Hidden Couple Where stories live. Discover now