15. Fishing

73 23 23
                                    

⚠️⚠️Warning!! Warning!!⚠️⚠️

Cerita ini banyak kekurangan, plot hole, typo bertebaran, belum lagi kesalahan grammar dan gaya penulisan yang berubah sesuai mood yang nulis__aku.

Take your chance and leave buat yang pengen cerita wow dan perfect, karena nggak mungkin didapetin disini.

Aku buat ini cuma buat seneng-seneng aja jadi mari kita sama-sama having fun.

••☆••♡♡♡••☆











Guys, sori banget kalo chapt kemaren ngebingungin, udah berusaha aku edit.

Plis tanya aja kalau kedepannya ada yang rada ambigu atau giamana biar aku bisa tau dan perbaikin tulisannya, makasih semuaaa 🩵🩵












☆○●♡●○☆











Sulit bagi Ana untuk bersikap cuek setelah photoshoot hari itu. Firasatnya tidak enak, intuisinya mengatakan ada yang tidak beres dengan keseluruhan konsep yang tercetus secara dadakan dan diluar skenario. Dia percaya ada makna tersirat yang ingin disampaikan pemberi ide– Milo.

Set dan visualisasi yang ditampilkan sangat cantik dan menawan, berbanding terbalik dengan pesan dibaliknya. Lebih dari itu senyumannya… .

Senyuman penuh kepasrahan dan penyerahan diri itu, Ana tidak suka.

Dia merinding dan mendadak gelisah kalau ingat kejadian khusus itu. Apakah Milo baik-baik saja?, dia membuka jadwal dan histori kesehatan model itu tapi tak menemukan kejanggalan, kunjungan pada terapis misalnya. Tidak ada.

Tapi Ana yakin– dia berani bertaruh, bukan tanpa alasan Milo melakukannya. Apakah ini semacam sinyal?

Milo memancingnya?

Apapun, cowok itu jelas berhasil. Karena dia tidak bisa berhenti gelisah bahkan menutupi semua kekesalan yang dia punya pada cowok dengan senyum super tengil itu.

Mata cantiknya melirik Milo yang sedang tertawa bersama teman-temannya sambil membuat konten absurd.

Merasa diperhatikan, Milo menoleh ke arah Ana sebentar, tersenyum, lalu melanjutkan proses syuting.



He's waiting.



Ana yakin, Milo 100% tahu apa yang sedang ia pikirkan dan sebab dia mencuri lirik padanya tadi.

Yang tadi jelas bukan senyum tengil nya yang biasa, itu jenis senyum yang lain, salah satu yang paling dia benci. Reassuring smile.

Milo menunggu Ana memenuhi undangannya, untuk mendatanginya, bertanya padanya.




Sombong sekali.




Padahal cowok itu yang salah, kenapa harus Ana yang menjadi pengemis?.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Brat From HellWhere stories live. Discover now