7

1.8K 169 28
                                    






"Hoekk," hampir saja Zayyan memuntahkan minuman yang dibawa Ricky kalau saja ia tak ingat berada di atas tempat tidur. Dia tak ingin mencuci bekas muntahan yang menjijikkan walaupun itu muntahan miliknya.

"Astaga ini pahit sekali. Kau mau meracuniku ya?"

Ricky hanya tertawa melihat wajah lucu Zayyan yang menahan rasa pahit, "Minuman ini dari teman sekamarku, dia memberinya padaku saat aku sakit, obat ini sangat ampuh, jadi.." ucapan Ricky terhenti karena lemparan bantal diwajahnya.

"Kau bilang ini dari Lex?!" Zayyan memegang kepalanya yang berdenyut akibat teriakannya.  Menatap sebal Ricky yang tertawa tanpa dosa.

Ricky mengambil gelas ditangan Zayyan, takut jika Zayyan akan melemparnya dengan itu. "Kalau aku tak bilang begitu, memang kau mau minum ini? Lagian ini bagus untuk kesehatan, ini ramuan tradisional."

Zayyan mendengus mendengar ucapan Ricky. Tentu saja dia tidak mau, minuman dengan aroma yang menyengat dengan warna pekat itu, melihatnya saja sudah membuatnya mual, kalau bukan karna Ricky bilang itu dari Lex dia tidak akan mau meminumnya.

Malas menanggapi Ricky, Zayyan memilih membaringkan tubuhnya dan memainkan ponselnya.

"Zayyan." Panggil Ricky pelan.

"hmm?"

"Apa kalian bertengkar, maksudku kau dan Sing? Aku tak ingin ikut campur, tapi aku akan senang kalau kau bicara padaku."

"Bisa kita tak membahasnya?"

Ricky bisa melihat tatapan memohon dari mata Zayyan, "Kenapa? Apa dia menyakitimu? Kau ingin aku menghajarnya?" Dia bersungguh-sungguh, dia akan menghajar Sing kalau memang benar Sing menyakiti Zayyan.

"Kau pikir aku apa? Aku bisa menghajarnya sendiri." Dia lebih dari mampu menghajar Sing dengan tangannya, tapi dia memilih tidak melakukannya. Dia tak ingin masalah yang hanya mereka berdua ketahui, diketahui seluruh member. Dia belum siap dan juga tak ingin. Dia bukan wanita yang membutuhkan tanggungjawab, dia hanya butuh waktu untuk melupakan semuanya. Biarkan masalah ini dia pendam sendiri tanpa seorang pun yang tahu.

"Aku senang kau peduli, tapi aku bisa menyelesaikan masalahku."

Ricky mengangguk mengerti, "Oke." jika Zayyan berkata seperti itu maka dia akan menghormatinya. Kadang dia lupa kalau Zayyan sudah dewasa dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Tubuhnya yang pendek dan wajah imutnya membuatnya melupakan semua itu.

"Apa perlu ku kompres?" tanya Ricky sambil memegang dahi Zayyan. "masih panas."

"Hmm," Zayyan menggeleng menolak usulan Ricky, ia sudah merasa lebih baik.

"Hmm? Hmm apanya? Ini masih panas, tunggu sebentar."

Zayyan menahan tangan Ricky yang ingin pergi. "Jangan, aku tidak mau." Dia tidak demam tinggi sampai harus di kompres, ini hanya demam biasa, hanya butuh istirahat sebentar dan demamnya akan turun. "Aku akan minum itu, ambilkan." Katanya, menyuruh Ricky mengambil teh jahe diatas nakas.

"Apa ini?" Ricky menyeruput sedikit teh jahe itu, "ini enak."

Zayyan menarik telinga Ricky cukup kuat dan menghasilkan ringisan kesakitan dari Ricky, "Aku hanya mencobanya sedikit." mengelus-elus telinganya yang terasa panas.

EROSWhere stories live. Discover now