19. Indah Ditengah Dendam

6.6K 355 7
                                    


Laura berkali-kali mengecek ponsel dan melirik pintu kelas yang tertutup secara bergantian. Beberapa menit sebelum bel masuk Ellzio pamit ke kantin untuk mengisi perutnya yang lapar, sarapan. Namun, sudah hampir setengah jam Bu Senna menerangkan materi pembelajaran cowok itu belum ada kembali ke kelas.

Laura menyerah menunggu cowok itu. Ellzio mungkin ... sengaja membolos untuk menghindari atau merasa malas melihat Bu Senna?

Entahlah, yang pasti Laura yang tahu kedua orang itu memiliki masalah, merasa khawatir.

Hanya selang beberapa saat saja dari Laura yang mulai memfokuskan perhatian sepenuhnya pada Bu Senna, pintu diketuk dari luar. Tampang tengil dan ganteng yang Laura tunggu muncul dari baliknya kemudian. Tanpa rasa bersalah Ellzio menyelonong masuk dengan ... sebatang rokok yang menyala disela jari telunjuk dan jari tengah.

Cowok itu menghisap rokoknya sesaat sebelum mengepulkan asapnya sembari mendekat ke arah Bu Senna.

“Maaf Bu, abis—”

“Ellzio, kamu gila?! Matikan dan buang rokoknya!” perintah Bu Senna tegas dan marah.

Tidak hanya Bu Senna yang terkejut, semua orang yang ada di kelas juga tidak menduga Ellzio bertindak seberani dan setidak sopan itu. Terlebih Laura yang meremas jemarinya sendiri dengan tubuh menegang. Dia khawatir Ellzio akan melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi.

Ellzio sedikit menunduk, menggaruk pelipisnya sesaat sembari menyeringai samar. Kemudian mendongak dengan membuat raut memberengut.

“Nggak enak bau mulut Bu, abis makan cumi.” ucapnya terkesan polos dan memang jujur.

Melihat raut dan helaan napas Bu Senna yang menahan marah, sudut bibir Ellzio tertarik membentuk smirk dengan tatapan menantang yang hanya dimengerti oleh gurunya itu.

Ellzio sengaja menyalakan rokok di depan pintu sebelum mengetuknya dan masuk.

“Keluar!” tegas Bu Senna menunjuk pintu yang setengah terbuka.

“Baru masuk masa udah disuruh keluar, kalo gini gimana saya yang ganteng ini bisa pintar?”

“Keluar, Ellzio!” Bu Senna kembali memerintah dengan tegas.

“Keluar doang atau boleh sekalian pulang?” sahut Ellzio santai. “Saya nggak bisa pulang telat apalagi malam-malam soalnya, Bu. Ada orang yang mau nyelakain saya biar nggak masuk sekolah. Dia ... nggak mau ngeliat saya. Ck, mungkin takut kali, ya? Padahal dia duluan yang ganggu kenyamanan saya, Bu, tapi saya ganggu balik dia nggak mau.” curhat Ellzio menyindir.

Bu Senna memalingkan wajah dan menghela napas panjang sampai lekuk lehernya terlihat mengencang, sebelum menelan saliva lalu kembali menatap Ellzio dengan tatapan dingin dan tegasnya.

“Matikan rokoknya dan keluar dari pelajaran saya, Ellzio. Merokok diarea sekolah bahkan di kelas, sudah gila kamu? Asap rokoknya ikut terhirup teman-teman kamu.”

Seringai kembali tersungging di bibir Ellzio yang mendengar teguran itu. Ellzio kemudian menurut. Namun sebelumnya cowok itu kembali mengisap dan mengepulkan asap rokoknya sebelum akhirnya membuangnya jatuh lalu menginjaknya sampai padam di hadapan Bu Senna.

Alis Ellzio terangkat naik dengan tatapan yang meremehkan. Kemudian cowok itu beranjak ke bangkunya. Meraih tas lalu melirik dan tersenyum tipis pada Laura saat dia sudah berada di ambang pintu sebelum akhirnya benar-benar berlalu meninggalkan kelas.

★★★

Laura berlari ke parkiran untuk mengecek motor Ellzio yang ternyata masih terparkir di sana. Cowok itu berarti masih berada di sekolah. Namun Ellzio tidak ada membalas pesan atau mengangkat panggilan dari Laura padahal nomor cowok itu aktif.

PERFECTWhere stories live. Discover now