Halo guys!!!
Ini cerita pertama yang aku buat. Semoga kalian suka sama cerita ini, amin 🤍
Sebenarnya ini cerita aku yang di revisi hhe.
Maaf juga ya buat para reader, tolong jangan bawa-bawa lapak lain di cerita ini. Belajar menghargai sekecil apapun karya orang🙏
⚠️
INI MURNI HASIL PEMIKIRAN AKU! JADI MAAF KALO SEANDAINYA ADA ADEGAN ATAU KATA-KATA YANG SAMA KAYA CERITA LAIN. TAPI AKU TEGASKAN, INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI!PLAGIAT PERGI JAUH-JAUH!
☆☆☆
HAPPY READING 💕
☆
☆
☆
Motor sport hitam itu melaju sangat kencang pagi ini. Suasana yang belum terlalu ramai, membuatnya semakin leluasa untuk menguasai jalanan. Terus dan terus pemuda itu menancap gas hingga full. Mata hitam legam itu menatap lurus ke arah depan. Sorot matanya begitu mengisyaratkan kepedihan.Hingga akhirnya, motor yang di kemudinya berhenti tepat di sebuah rumah sakit besar di kota Jakarta.
Seragam sudah melekat ditubuh atletisnya. Pemuda itu berjalan menuju ruangan yang di tuju. Wajah tampan itu, mampu membuat para gadis di luar sana terpesona. Bola mata hitam legam, rahang tegas, hidung mancung, sempurna. Sayangnya, pemuda itu playboy tingkat akut. Eits, jangan lupakan sikap recehnya.
Vino Algezara, namanya sudah di kenali seantero SMA Antartika, karena kelakuannya yang selalu tawuran, tukang buat onar, sering bolos dan langganan bk. Bahkan kalangan Antariksa menyebutnya dengan panglima tempur Gabores.
Gabores adalah geng yang di dirikan dari lima tahun lalu. Angkatan yang ke-tiga, sekarang di ketuai oleh Vino. Jangan heran jika Vino adalah murid senggol bacok yang tidak suka di atur.
Hampir lupa, jika di balik playboynya, ada seorang gadis yang Vino incar. Sebenarnya bisa saja Vino langsung menjadikan gadis itu pacarnya, tetapi tekatnya, akan memacari dia setelah jiwa playboynya lenyap. Karena ia rasa, gadis itu harus menjadi satu-satunya, bukan salah satunya.
Semua orang tahunya Vino bahagia, padahal di balik sikap recehnya, ada kerapuhan yang tersembunyi di lubuk hati Vino. Seperti saat sekarang ini, setelah mendapatkan sarapan berupa siksaan, Vino berlalu pergi menuju rumah sakit, kediaman ibunya.
Bau obat menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Vino. Pemuda itu duduk di kursi samping brankar, yang dimana tergeletak seorang wanita paruh baya yang hidup dengan alat medis. Jika tanpa alat medis, bisa saja wanita itu, sudah tiada.
"Kapan bangun, Ma?" Pertanyaan itu, tidak pernah bosan keluar dari bibir Vino.
"Liat Ma, Papa pukul Vino lagi," adunya seraya memperlihatkan wajah lebam akibat ulah ayahnya sendiri. Walaupun ia tahu Sarah ibunya, tidak akan meresponnya.
"Di sini, sakit Ma," ucap Vino. Kali ini ia memperlihatkan tangan kirinya yang robek akibat terkena cambukan dari Winata, ayah Vino.
"Tapi Vino ok kok, Vino kan kuat."
"Anak laki-laki Mama, udah tumbuh jadi anak kuat." Vino menunduk dalam. Rasa sesak menguasai dirinya. Apapun itu, yang berhubungan dengan Sarah, Vino lemah.
"Vino kalo ngeluh suka malu. Soalnya liat Mama aja kuat hidup di bantu alat medis selama sepuluh bulan." Sepuluh bulan bukan waktu yang singkat. Wanita paruh baya itu, masih bertahan dengan alat medis selama sepuluh bulan. Selama itu pun, Winata tidak pernah menjenguk ibunya. Hanya uang, uang, dan uang, yang Winata pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINOZELA [Unrequited revenge]
Teen Fiction"Wajah cantik Lo gak pantes di banjiri air mata." Itu ucapan Vino yang tidak akan Zela lupakan. Iya, itu ucapan si Vinokionya Zela. Pemuda yang selalu menutupi lukanya dengan tawa palsunya. Lawakan yang terlontar dari bibirnya palsu, itu palsu. Mak...