18. Eighteen [Stupid?]

36 9 2
                                    

Happy reading 💕

☆☆☆

"Kadang ucapan seseorang lebih menyakitkan dari pada pukulan."

_Zela Arneza Amaletha



"Eh ada si Zela."

"Katanya bokapnya meninggal."

"Meninggalnya di bunuh cok."

"Kasian ya?"

"Seriusan di bunuh emang?"

Baru saja Zela memasuki pekarangan sekolah, ia sudah di hadiahi dengan berbagai omongan siswa-siswi SMA Antariksa. Juga banyak pasang mata yang menatap ke arahnya, entah itu sorot iba, ataupun sebaliknya.

Zela berusaha tidak perduli. Gadis itu terus berjalan mencoba acuh. Tetapi hatinya tidak bisa bohong, dadanya semakin sesak saat orang-orang membicarakan kematian Ferdi.

"Bokapnya kenapa di bunuh? Apa karna punya utang?" Ucapan salah satu murid itu membuat Zela emosi. Di tambah lagi dengan tawa meledek membuat Zela semakin kesal.

Matanya mendelik tajam melirik orang-orang itu. "Berisik sialan!"

Hening, lorong koridor kelas XII hening. Semua murid terdiam. Detik berikutnya murid-murid mulai saling bisik satu sama lain, ekor matanya pun tidak berpaling dari Zela.

"Ayah, sakit..." gumam Zela dengan air mata yang bercucuran.

Tidak mau terlihat lemah, Zela mengusap kasar air matanya. Gadis itu berlari pergi menjauhi kerumunan. Tujuannya sekarang menuju roftoop. Zela ingin menenangkan diri. Suasana hatinya hancur sekarang.

Brak!

Pintu ia buka dengan keras. Air matanya terus saja mengalir deras di wajah cantik Zela.

Hatinya kembali menganga, sangat lebar. Tak henti-hentinya air mata itu mengalir tanpa di minta. Yang Zela lakukan hanya menangis dan menangis. Kehidupan ini menyiksanya. Dunia begitu kejam untuk Zela.

"Udah Zel, gak usah dengerin kata orang." Suara bariton itu membuat Zela membalikkan badan. Fandu berdiri tegak memandang Zela dengan seksama.

Fandu tersenyum ke arah Zela. "Gak usah nangis." Ia menghampiri Zela, lalu memberikan tissue ke hadapan gadis itu.

Fandu menaiki sebelah alisnya saat Zela tidak menerima tissue darinya. Tangannya bergerak menghapus air mata Zela menggunakan tissue dengan lembut.

"Ayok ceria lagi, ini bukan Zela yang gue kenal."

☆☆☆

Zefrin kebingungan, pemuda itu terus mondar-mandir hanya untuk membujuk Zela supaya gadis itu mau makan. Tetapi gadis itu masih saja engan untuk memasukan makanan ke dalam mulutnya.

Bahkan Zefrin tidak tahu harus melakukan apa lagi. Ia tidak mau Zela sakit akibat tidak makan. Gadis itu sangat keras kepala. Zela tidak mau makan kecuali di suapi oleh Ayahnya. Bagaimana bisa?

Kepergian Ferdi meninggalkan dampang buruk bagi Zela. Gadis itu hanya terdiam di kamar. Tidak makan ataupun berbicara kepada Zefrin. Tidak seperti biasanya.

Hari ini hari minggu, dan sekolah libur, gadis itu hanya terdiam di kamar tanpa berniat keluar. Makan saja tidak mau.

Zefrin khawatir. Pemuda itu takut Zela sakit. Gadis itu benar-benar tidak makan sedari pagi. Jujur saja Zefrin cape dengan sikap keras kepala gadis itu. Tapi mau bagaimana lagi? Zela harus ia bujuk untuk mau makan, apapun caranya. Toh, ia juga harus menjadi sosok ayah untuk gadis itu.

VINOZELA [Unrequited revenge]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang