HAPPY READING 💕
☆
☆
☆Semua anggota Gabores berjejer rapi di depan pintu ruang rawat Vino. Kepala Vino terbentur, sehingga mengalami cedera ringan di bagian kepalanya.
"Udah sadar belum?" tanya Revan yang baru saja kembali, setelah dari ruangan Sarah. Ia tahu akibat Vino ngebut dan kecelakaan karena ia ingin melihat kondisi Sarah yang kritis. Maka dari itu Revan menyempatkan untuk keruangan Sarah melihat kondisi wanita itu. Dan benar saja, Sarah sedang di tangani oleh beberapa dokter.
Revan sudah tidak bisa diam karena panik. Ia khawatir kepada sahabatnya, begitupun yang lain. Mereka menunggu ketuanya sadar. Sudah hampir satu jam lebih, membuat mereka gelisah.
"Argh!" Ramlan berteriak frustasi. Berbagai pikiran buruk menumpuk di otaknya.
"Bokap Vino gak di kabarin?" tanya Ekal.
Revan tertawa sinis mendengar pertanyaan Ekal. "Gak bakal perduli dia."
Revan memejamkan matanya sejenak. Hanya ada 1% kemungkinan Winata akan kesini. Jadi menurutnya percuma. Mereka masih bisa mengurus Vino tanpa bantuan dari keluarganya.
Erick dan Jovan saling tatap. "Maksud lo?"
"Gue jelasin nanti," jawab Revan.
Sedangkan Andra diam, mencoba mencerna perkataan Revan.
Mereka memusatkan perhatian saat seorang suster berlarian menuju para anggota Gabores. "Di sini ada keluarga Ibu Sarah?"
"Saya." Revan menghampiri suster tersebut yang terlihat panik.
"Maaf, pasien tidak bisa di selamatkan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin."
Revan membisu. Erick memukul dinding dengan keras. Bagaimana cara memberitahu Vino jika begini? Bahkan kondisi Vino tidak baik-baik saja.
"Permisi, dengan keluarga atas nama Vino?"
Mereka semua serempak memandang ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruangan Vino.
"Pasien sudah sadarkan diri."
Bugh!
Revan meninju tembok sangat keras membuat suster dan dokter itu terkejut. Revan emosi, ia begitu emosi. Mengapa harus di waktu bersamaan?
Dengan cepat Revan berjalan masuk ke dalam ruangan Vino, di susul oleh kelima sahabatnya. Memerintahkan anggotanya agar menunggu di depan saja.
"Van? Mama gimana?" Baru saja masuk Revan sudah dihadiahi pertanyaan yang membuatnya bungkam.
"Mama lo gapapa." Itu Ramlan yang menjawab karena Revan malah terdiam.
"Gue mau ketemu Mama." Vino hendak meranjak. Namun, dengan segera ke-enam sahabatnya menahan Vino.
"Lo belum pulih, nanti aja," ujar Andra.
"Gak!"
"Tante Sarah baik-baik aja Vin, belum sadar aja," ujar Jovan meyakinkan.
"Yaudah, gue mau liat."
"Kondisi lo belum pulih," sahut Ekal.
"Nyokap lo, baik-baik aja, Vin," ucap Erick.
"Bisa diem gak sih!" sentak Vino emosi saat sahabat-sabahatnya itu menahannya terus.
"Gue gak lemah!" sarkasnya seraya mencopot implusannya dengan kasar.
Sedangkan Revan hanya diam. Pemuda itu tidak tahu harus berbicara seperti apa. Revan tidak bisa membayangkan sehancur apa Vino ketika mengetahui Sarah telah tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINOZELA [Unrequited revenge]
Teen Fiction"Wajah cantik Lo gak pantes di banjiri air mata." Itu ucapan Vino yang tidak akan Zela lupakan. Iya, itu ucapan si Vinokionya Zela. Pemuda yang selalu menutupi lukanya dengan tawa palsunya. Lawakan yang terlontar dari bibirnya palsu, itu palsu. Mak...