40. New Beginning

7 1 0
                                    

Di novel yang aku buat, kebanyakan cerita akan berakhir dengan perempuan yang menggunakan gaun putih, bersanggul, ber-make up cantik dan memeluk rangkaian bunga. Perempuan itu berpasangan di atas pelaminan bersama sang pujaan hati. Satu kata yang merangkumkan semua itu adalah menikah.

Sekarang aku ada di posisi itu.

Tapi aku enggak ingin menyebutnya ending, aku ingin menyebutnya new beginning. There is still a future that I want to go through.

Hari-hari keraguanku, hari-hari mengulang kenangan, hari-hari pusing ngurusin pernikahan, hari-hari berantem karena beda selera tentang tetek-bengek pernikahan. Hari-hari itu ... sudah kulalui bersama Seska dan hari ini adalah hari bahagia kami.

Ternyata benar, semua akan bahagia pada waktunya.

Dulu, aku punya banyak masalah.

Dengan nilai, tapi akhirnya dengan usaha akhirnya aku dapat juara 1.

Dengan keuangan, tapi akhirnya aku bisa menghasilkan uang yang cukup.

Dengan teman ... dulu aku bermasalah dengan mereka.

Sekarang cukup baik.

"Kalian ini bertahun-tahun hilang. Yang satu kayak hilang ditelan bumi, yang satu kuliah di negara lain. Enggak ada kabar. Sekalinya ada kabar ternyata mau nikah. Gilaa!"

Ini Linda. Datang bersama suaminya, Evan.

"Wow! Jodoh bener-bener enggak bisa ditebak ya."

Pacarannya sama Riani, nikahnya sama aku, sambungku dalam hati.

Yang ini adalah Ningsih. Datang bersama cowok asing yang setia mengikut di belakangnya, seolah itu adalah caranya menjaga Ningsih.

Kurasa, ini cowok yang Riani maksud waktu itu.

Ngomong-ngomong, Riani juga datang bersama cowok yang enggak aku kenal. Penilaian sekilasku: Dia ramah, cukup manis, keliatan sopan. Sedari Riani naik ke pelaminan menyalimiku, ekspresi penasaran terus membayang di wajahku.

Riani tampaknya mengerti, terbukti dengan dia yang mendekat, lalu berbisik. "Aku udah bahagia, Ta. I have found my happiness. Sekarang jangan khawatir lagi. Cowok yang sama aku ini lebih the best daripada suamimu. Jangan lupa bunga pengantinnya buat aku ya."

Aku terkekeh, jujur ikut senang dan ... lega.

Teman-temanku sudah dapat bahagianya masing-masing, aku juga. Bedanya, bahagia mereka ada di samping mereka, sedang bahagiaku kini sedang duduk di panggung yang enggak jauh dari pelaminan. Menatap dan menghadap ke arahku. Menepati janjinya untuk menyanyikan sebuah lagu di saat pernikahan.

Seska yang sadar kutatap mengedipkan sebelah matanya, aku tersenyum kecil. Cowok ini....

In that very moment

I found the one and

My life had found its missing piece

Suara yang sama, yang mengajakku menikah itu mengalun lembut. Memang enggak sebagus suara Rizky Febian atau mungkin Tulus. Tapi setidaknya sudah sangat bagus di telingaku.

So as long as I live I love you

Will have and hold you

You look so beautiful in white

And from now to my very last breath

This day I'll cherish

You look so beautiful in white

Tonight

Tangannya memetik gitar. Tangan itu yang memasangkan cincin di jariku, mengenggam dan menyakinkanku.

I... want to live with him, forever.

Kebanyakan menghayal aku sampai lupa sekitar. Aku tersentak begitu tiba-tiba seseorang memelukku erat, mengusap-usap kepalaku lembut. Begitu wangi parfumnya tercium, aku tersenyum, balas memeluknya.

Aku hampir lupa dengan salah satu orang penting di hidupku ini. Kestaku....

Tiba-tiba saja suara deheman keras terdengar dari kanan, "Aku tau kalian lebih dari saudara, lebih dari sahabat dan lebih dari pacar. Tapi jangan lama-lama juga dong pelukannya!"

I think you know who he is. Sejak kapan Seska berhenti bernyanyi? Dan sejak kapan dia menghampiri ke sini? Aku benar-benar enggak lihat.

Mendengar teguran itu, Kesta melepaskan pelukannya. Santai dan enggak terburu-buru yang justru bikin Seska makin dongkol melihatnya. Oh tentu saja Kesta sudah biasa menghadapi kecemburuan semacam ini selama hubunganku dengan Seska resmi sebagai sepasang kekasih.

Menurut Seska, Kesta menatapku saja rasanya hatinya sudah terbakar. Enggak apa-apa di posesif-in. Aku mengerti ketakutannya.

Lagian ... Kesta juga bau-baunya udah deket meresmikan hubungan. Aku dapat spoiler dari Mami, katanya, "Ta, Mami tuh kesel banget sama Kesta. Ada cewek baik-baik yang deketin dia. Mami pernah ketemu, orangnya ramah terus sopan, cantik lagi. Temen kantor Keska. Tapi tau enggak sih, Kesta malah ngeresponnya biasa aja. Tapi sering bikin bingung soalnya pernah Mami telpon pas dia telat pulang katanya nganterin cewek itu pulang karena sakit. Apakah ini tanda-tanda denial sama perasaan sendiri?"

Aku memeluk lengan Seska. "Jangan marah-marah, nanti gantengnya hilang."

Seska menggeleng, menunduk sedikit untuk menatapku. "Enggak lengkap. Sayangnya mana?"

Aku terdiam, berdehem. "Jangan marah-marah ... sayang."

Seska kesenangan, tapi Kesta yang masih berdiri di hadapanku tampak eneg melihatnya.

"Asal kalian tau, tamu-tamu lagi ngeliatin kemesraan menjijikkan kalian," Kesta menginfokan.

Aku dan Seska serempak menatap ke depan.

Benar saja, semua orang sedang menatap kami dengan beragam ekspresi. Alamak!

Ingatkan aku bahwa sekarang dunia belum milikku berdua saja dengan Seska. Masih ada orang lain.

Belum waktunya....

Mungkin nanti, setelah acaranya selesai....
















TAMAT

Terima kasih untuk diri sendiri yang udah nyelesain cerita ini. Yang udah mau tetap lanjut walau banyak cobaannya salah satu kemalasan dan juga tidak adanya pembaca. Tapi it's okay. Aku bahagia.

Sampai ketemu di cerita selanjutnya.

Sabtu, 04 November 2023.




RUMIT Donde viven las historias. Descúbrelo ahora