26 : Soul Hwang

254 41 4
                                    

Segalanya kembali berjalan normal.

Tidak ada lagi hujatan atau tatapan sinis dari rekan-rekan kerja Ryujin ketika ia kembali ke kantor – atau mungkin lebih tepatnya saat Tuan Hwang mengajaknya makan siang bersama. Dalam seminggu ini ada sekitar tiga kali mereka makan siang bersama. Ucapan Tuan Hwang di Pulau Jeju bukan sekadar omong kosong belaka. Beliau benar-benar mengajak Ryujin makan siang bersama dengan Hyunjin yang mendampinginya. Terasa seperti mimpi, namun Ryujin harus membiasakan dirinya mulai dari sekarang.

Kembalinya kedamaian Ryujin di kantor tidak lepas dari pengaruh Hyunjin. Laki-laki itu secara terang-terangan menunjukkan hubungannya dengan Ryujin di kantor. Ia yang sebelumnya hampir tidak pernah keluar dari ruangannya, sering mengunjungi meja kerja Ryujin dan bahkan mengekornya sampai ke dapur saat Ryujin perlu asupan kafein untuk meningkatkan fokusnya. Tatapan Hyunjin pada orang-orang seakan berkata, 'dia milikku. Kalau kalian berani mengganggunya, maka tamatlah riwayat kalian'.

Karena itulah tidak ada lagi yang berani mengusik Ryujin jika mereka masih ingin tetap bekerja di Haru Group. Termasuk Jimin yang cenderung menghindari Ryujin sejak ia kembali dari masa skorsnya. Mutasinya ke tim 2 membuat Ryujin cukup bahagia karena ia tidak perlu melihat wajahnya yang penuh kepalsuan itu setiap saat. Namun Ryujin tidak akan lengah sedikitpun dan terus waspada dengan permainan baru yang akan dibuat oleh Jimin.

Siang ini Tuan Hwang kembali mengajak Ryujin untuk makan siang bersama. Kali ini mereka tidak hanya bertiga saja. Ada Hyunjoon dan Heejin yang kebetulan punya waktu luang untuk turut dalam acara makan siang sederhana itu. Nyonya Hwang datang terlambat setelah mendengar putranya juga ikut dalam acara makan siang itu.

"Seharusnya Yeji juga ikut makan siang bersama kita," ujar Tuan Hwang. Laki-laki itu jelas menginginkan kehadiran putri semata wayangnya dalam acara makan siang itu.

"Saya sudah mengajaknya tadi, tapi sayangnya Kak Yeji punya rencana lain. Saya akan mengajaknya lagi lain kali," sahut Ryujin tanpa menurunkan kesopanannya.

Pembicaraan di meja makan mengalir begitu saja hingga tak terasa jam istirahat hampir berakhir. Sudah waktunya Ryujin kembali ke kantor. Ia telah bersiap-siap sebelum Tuan Hwang melayangkan sebuah permintaan pada Hyunjin.

"Pulanglah ke rumah. Aku ingin kita bisa mengobrol berdua seperti dulu," pinta Tuan Hwang. Sorot matanya menunjukkan sebuah kerinduan meskipun ia tidak mengatakannya secara terang-terangan.

"Aku nggak akan pulang ke rumah selama masih ada dia di sana." Hyunjin menatap Nyonya Hwang dengan sinis. Nyonya Hwang terlihat tidak peduli. Fokusnya saat ini lebih tertuju pada layar ponselnya. Ada banyak temannya yang ingin bertemu dengannya setelah ini.

Tuan Hwang menoleh ke arah Ryujin, seakan mencari pertolongan pada perempuan itu. Berkali-kali Ryujin menelan ludahnya dengan kasar. Ia jelas tidak ingin ikut campur dalam masalah keluarga ini. Namun sepertinya Ryujin tidak bisa menghindarinya karena jelas Tuan Hwang ingin ia melakukan suatu mukjizat.

"Pulanglah – "

"Aku akan pergi ke Jepang selama seminggu. Pulang dan menginaplah di rumah selagi aku pergi." Ucapan Ryujin berhasil dipotong oleh Nyonya Hwang. Perempuan itu menoleh ke arah Tuan Hwang lalu tersenyum penuh arti. "Temanku mengajakku berlibur. Malam ini kami akan berangkat."

Ryujin masih menatap ke arah Hyunjin. Entah kenapa ia merasa seperti habis dipermalukan di depan umum. Hyunjin menyadarinya dan segera merangkul pinggang Ryujin dengan protektif. Ia tidak akan membiarkan siapapun meremehkan Ryujin, termasuk Nyonya Hwang.

"Kita lihat saja nanti. Kalau aku muncul di rumah, itu artinya Ryujin berhasil membujukku," balas Hyunjin sambil tersenyum menyeringai ke arah Ryujin.

Untuk pertama kalinya Ryujin tidak merasa kesal dengan senyuman itu.

Love ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang