31 : Buah Persik

276 44 3
                                    

Sehari sebelum bertemu dengan pihak brand, Ryujin sudah berada di Busan untuk mempersiapkan diri. Kebijakan kantor, Ryujin tidak bisa membantahnya. Pertemuan besok dilakukan jam 9 pagi, Hyunjin tidak ingin ada yang terlambat dan memutuskan untuk berangkat sehari sebelumnya.

Satu hal yang membuat Ryujin terkejut. Jimin ikut dalam perjalanan bisnis ini.

Ryujin tahu Jimin adalah salah satu anggota tim 2 yang proposalnya ikut terpilih bersama miliknya. Ia pikir Pak Jung – ketua tim 2 – akan pergi bersama wakil ketua timnya, namun ternyata ia membawa Jimin yang baru beberapa minggu bergabung di tim 2 untuk melakukan presentasi di depan pihak brand bersamanya.

"Dia pasti merayu Pak Jung. Denger-denger Pak Jung itu tukang selingkuh, jadi mudah buat Jimin membujuknya supaya bisa ikut ke sini," komentar Yeji secara diam-diam di dekat Ryujin.

Entah pernyataan Yeji itu benar atau tidak, Ryujin tetap akan memercayainya. Jimin adalah orang yang akan melakukan segala macam cara untuk bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Hanya saja Ryujin tidak tahu apa yang Jimin inginkan dari perjalanan bisnis ini.

"Selamat beristirahat. Besok kita kumpul lagi di sini jam 7 pagi. Jangan sampai ada yang terlambat. Saya tidak akan memaafkan kalian jika besok kalian terlambat. Sekian."

Hyunjin mengakhiri rapat kecil mereka sore itu. Pak Jung keluar lebih dulu dari ruangan itu, diikuti oleh Jimin yang keluar beberapa menit kemudian setelah membereskan barang-barangnya. Kini tersisa Hyunjin, Yeji, Ryujin, dan Seungmin di ruangan itu.

Yeji beranjak dari tempat duduknya lalu memeluk leher Hyunjin dari arah belakang.

"Kakak nggak lupa sama janji kakak, kan?" tanya Yeji, setengah berteriak di depan telinga Hyunjin. Laki-laki itu refleks menutup telinganya, tidak ingin suara melengking Yeji merusak indra pendengarannya.

"Iya, iya, habis ini," jawab Hyunjin dengan ketus. Ia menepuk-nepuk lengan Yeji yang melingkari lehernya supaya perempuan itu melepaskannya. Lama-lama pelukan itu berubah menjadi sebuah cekikan dan membuat Hyunjin kesulitan berbicara.

Ryujin melihat pemandangan itu dengan raut wajah bertanya-tanya. Yeji menyadarinya dan tersenyum simpul ke arah Ryujin.

"Sibling things," ujar Yeji. Ryujin mengangguk paham dan memutuskan untuk segera kembali ke kamar hotelnya.

Berada di sana terlalu lama hanya membuatnya merasa canggung.

💕💕💕

Perut Ryujin berbunyi tepat setelah ia selesai mengeringkan rambutnya yang basah. Ia baru ingat belum sempat makan apapun sejak tiba di Busan. Ryujin memutuskan untuk keluar hotel dan pergi mencari makan malam. Pilihannya jatuh pada makanan minimarket yang tidak jauh dari hotelnya.

Ryujin memilih kimbap segitiga, mie instan cup, dan hot bar sebagai menu makan malamnya. Setelah membayar makanannya, ia berjalan ke arah microwave yang tersedia di dalam minimarket itu untuk menghangatkan kimbap dan hot barnya, serta memasak mie instannya. Perutnya kembali berbunyi saat mencium bau mie instan yang baru dituang air hangat. Ryujin sudah tidak sabar untuk menyantap semua makanan yang ada di hadapannya itu.

"Bu Shin?" Ryujin menoleh dan mendapati Seungmin berdiri di sampingnya. Di tangannya ada tiga makanan yang sama dengannya – kimbap segitiga, mie instan cup, dan hot bar. Ia juga memilih cola sebagai minuman pendampingnya.

"Silahkan." Ryujin menggeser sedikit tubuhnya supaya Seungmin dapat menggunakan microwave untuk menghangatkan makanannya. Rasanya sedikit canggung karena ia jarang berinteraksi dengan Seungmin. Ralat, hampir tidak pernah.

"Apa Hyunjin – ah maksudku Pak Hyunjin sudah pergi dengan Kak Yeji?" tanya Ryujin, sekadar basa-basi karena tidak ingin suasananya semakin canggung. Seungmin juga seperti bukan tipe orang yang membuka obrolan terlebih dahulu.

Love ContractWhere stories live. Discover now