17. Going Well

1.5K 133 12
                                    

Happy reading semuanya. Maaf typo bertebaran. Jangan lupa vote dan comment nya.

Thank You...

***

Tidak seperti yang Dipta duga. Dia tahu kalau mengajak Mila datang ke acara reuni SMA mereka bukan hal yang mudah. Mila pasti akan menolak, tidak ada yang patut diingat dari masa-masa SMA Mila. Bisa dibilang itu adalah mimpi buruk bagi Mila, dan Dipta dengan lantang memaksa Mila mendatangin mimpi buruknya lagi.

Dipta membalik badannya, membuatnya terlentang menatap langit-langit kamarnya. Dia malas sekali untuk bangun pagi ini. Padahal jadwalnya hari ini padat. Setelah kejadian dia ditinggalkan begitu saja oleh Mila, mereka memang tidak saling bertemu.

Mila seolah menghilang begitu saja ditelan bumi, padahal mereka tinggal bersebelahan. Tapi Dipta sama sekali tidak melihat jejak Mila. Dia pernah mengetuk pintu apartemen Mila sekali, namun tidak menadapatkan jawaban apa-apa. Mungkin Mila memang belum pulang, atau Mila malah sedang pergi ke luar negeri.

Alaram Dipta berbunyi. Pukul setengah enam pagi, dan dia sudah bangun lebih dulu ketimbang alaramnya. Dipta langsung mengambil ponselnya dan mematikan alaram. Membaca sekilas pemberitahuan yang muncul di ponselnya, Dipta memutuskan untuk mengabaikannya.

Dia beranjak dari tempat tidur, mengusap wajahnya sebentar kemudian ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Berharap bisa mendapatkan kembali kesadarannya setelah tidur semalam dan tidak merasa puas.

Keluar dari kamar, Dipta langsung menyambar jaketnya dan memakainya. Tidak lupa dia mengambil tumpukan kantong plastik di dapur. Sampah yang sudah tiga hari tidak sempat dibuang olehnya. Terlintas di pikirannya untuk mempekerjakan asisten rumah tangga karena kesibukannya sudah tidak bisa ditolerir. Dia bergegas keluar, sekalian mencari sarapan pagi.

Ketika Dipta baru keluar Mila juga melakukan hal yang sama. Dipta mengamati penampilan Mila yang sudah rapi sepagi ini. Keningnya berkerut. Mila sudah cantik dengan rok biru tua dan kemeja biru muda yang lengannya digulung, lengkap dengan sepatu hak tinggi nya.

"Hai..." Sapa Mila santai kemudian memutus kontak mata mereka karena Mila sedang memeriksa isi tasnya.

"Lama nggak kelihatan Mil, kemana?" Tanya Dipta spontan dan langsung membuat Mila berhenti dengan kegiatannya.

"Aku nggak harus menjawab kan? Itu privasi ku. Sedang sibuk saja," Mila berjalan hingga dia ada di hadapan Dipta. "Aku pergi dulu. Bye..." Lagi, Mila meninggalkan Dipta begitu saja. Buru-buru Dipta mengejar Mila dan mensejajarkan dirinya di samping Mila.

Ketika sampai di depan lift, Dipta langsung secepat mungkin membuang sampah yang sejak tadi dibawanya sebelum dia ikut berdiri menunggu lift di samping Mila.

"Kenapa pergi begitu saja waktu itu? Ada masalah? Kamu kelihatan panik..." Hembusan nafas Mila terlalu kencang hingga Dipta bisa mendengarnya. Masih dengan wajah yang biasa saja Mila menoleh menatap Dipta.

"Ta, kamu nggak perlu tahu semua tentang aku. Itu bukan urusan kamu, jadi stop untuk tanya ini dan itu. Aku nggak suka, itu mengganggu. Kamu tahu kan aku orang yang nggak suka mengumbar sesuatu." Mila kembali memandang pintu lift yang ada di depannya.

"Kamu kesal karena bercandaan anak-anak tentang kita?" Tidak ada jawaban dari Mila. "Mereka hanya sekedar bercanda Mil, jangan dianggap serius. Aku diam karena yang mereka bicarakan tidak penting." Ujar Dipta lagi berharap Mila sedikit melunak dan agaknya Dipta berhasil.

"Dulu kalian juga bercanda. Seenaknya mempermainkan perasaanku juga bercanda untuk kalian kan? Sekarang juga masih bercanda jadinya? Kalian nggak punya kerjaan lain yang lebih bermanfaat selain bercanda? Hidup nggak sebercanda itu Ta." Tepat ketika Mila selesai mengatakannya pintu lift terbuka dan mereka berdua sama-sama masuk ke dalam.

Ternyata Kita Tetangga (Completed)Where stories live. Discover now