Episode 19-Kegugupan Gillian Menghadapi Kecantikan Rihana

550 24 0
                                    

"Tenang saja, Gillian, Ayah enggak akan melakukan apa-apa. Hanya sekadar melakukan audit kecil ke kantor ini. Dan ternyata, semuanya masih terkendali. Sayangnya, kesalahan fatal malah kamu lakukan. Datang terlambat, dan terlibat perkelahian. Benar, bukan? Hmm, untuk sekarang sih itu urusanmu, Gillian. Tapi ada satu hal yang perlu kamu camkan, Nak, Ayah selalu menunggu keputusanmu untuk melepaskan lagi wanita itu. Boleh kamu mengambil anak kamu, tapi enggak dengan Rihana. Kamu harus sadar, Gillian, keberadaan Rihana pasti memiliki motif tersembunyi untuk menghancurkan keluarga kita," ucap Aditama beberapa jam lalu.

Sialnya, di sepanjang perjalanan menuju rumah di jam makan siang ini, ucapan Aditama justru kembali berdengung di telinga Gillian. Hal tersebut membuatnya kerap menghela napas. Meski tidak ada perdebatan signifikan antara dirinya dan sang ayah, nyatanya sekadar ucapan pun bisa membuat hati Gillian was-was. Namun bukan merujuk pada ucapan Aditama mengenai motif Rihana, melainkan lebih ke ketakutan Gillian terhadap rencana-rencana gila yang akan Aditama lakukan terhadap anak dan istrinya. Meski tak selamanya menjabat sebagai CEO di perusahaan sangat ayah, Gillian yakin ayahnya tak akan melepaskan dirinya begitu saja. Apalagi jika Ibra masih saja enggak untuk belajar tentang manajemen bisnis dan jalannya perusahaan.

"Sudahlah. Aku enggak boleh memasang wajah masam. Meski Rihana enggak akan peduli, Arion yang sudah pulang sekolah, bisa saja khawatir pada kemasamanku, " gumam Gillian lalu membelokkan arah mobilnya untuk memasuki pekarangan rumahnya, tentunya sesaat setelah seorang petugas penjaga membukakan pintu gerbang untuknya.

Usai memasuki pekarangan rumah itu, Gillian memutuskan untuk memarkir mobilnya di area halaman. Hal tersebut ia lakukan lantaran kepulangannya siang ini, mungkin hanya berkisar empat puluh menit saja. Itu pun sudah diakumulasikan dengan waktu perjalanannya untuk kembali ke kantor. Yah, meski hanya sebentar, Gillian ingin menyisihkan waktu luangnya untuk menemui istri dan anaknya. Lagi pula, tak ada jadwal dadakan di hari ini.

"Papaaaa!"

Seruan bocah kecil menyambut Gillian yang baru turun dari kendaraan pribadinya tersebut. Tak lain dan tak bukan adalah Arion Ganesha, putranya sendiri, yang baru saja keluar dari dalam rumah. Ajaibnya, anak itu diikuti oleh sang ibu. Entah karena terpaksa karena mengkhawatirkan Arion, atau malah ingin turut menyambut Gillian, Rihana muncul dengan wajah yang datar.

Yah, enggak mungkin dia berniat menyambutku sih. Sudah beberapa hari kami menikah, dan dia masih sedingin es. Jadi sudah pasti, dia ikut keluar karena Arion, batin Gillian lalu tersenyum masygul.

Detik berikutnya, Gillian berlari kecil untuk menemui Arion yang juga tengah berlari ke arahnya. Dan tanpa pikir panjang, Gillian memutuskan untuk mengangkat tubuh mungil Arion, bahkan sampai ia terbangkan beberapa kali sampai anak itu tertawa kegirangan.

Kalau boleh jujur, Gillian merasakan sensasi yang luar biasa. Kebahagiaan asing yang ia dapatkan pasca hisup bersama Arion, putranya. Ketika pulang ke rumah, anak itu bergegas menyambutnya. Menyebutnya dengan kata 'Papa', tertawa ceria dan sangat membanggakan dirinya sebagai ayah kandung yang selama ini anak itu rindukan. Ya sebuah kerinduan, tetapi hanya Arion saja yang merasakan, sampai membuatnya tak bisa menyembunyikan kegembiraan ketika Gillian hadir sebagai ayah yang selama ini menghilang. Namun, kerinduan itu nyatanya tak Rihana rasakan.

"Hei, sudahi bercandanya. Hati-hati dalam memainkan tubuh anak kecil," celetuk Rihana yang tidak setuju sekaligus ngeri pada tindakan Gillian terhadap tubuh putranya. Meskipun tindakan tersebut bisa jadi hal sepele bagi kelurga orang lain, untuk Rihana yang membesarkan Arion tanpa seorang suami tentu masih cukup ambigu.

Gillian mendecapkan lidah. "Mama kamu pelit, Arion," ucapnta sarkastik. "Hihi, padahal Arion masih mau terbang, 'kan? Iya, 'kan?"

Arion tertawa-tawa ketika sang ayah menggelitiki tubuhnya. "Mau terbang lagi, Papa!"

Pernikahan yang Gillian InginkanWhere stories live. Discover now