Episode 22-Tantangan Bobok Bareng

505 20 0
                                    

Sembari menyesap rokoknya, Aditama menatap pemandangan jalan, pepohonan, maupun rumah-rumah lain yang terhampar di depan sana. Latar keberadaannya saat ini adalah salah satu balkon rumahnya sendiri. Ia duduk di sebuah kursi kayu. Dan tak hanya sekadar rokok, sebotol wine di atas meja bundar juga turut menemani kekalutan hatinya saat ini. Ia sama sekali tidak memedulikan kondisi fisiknya sendiri. Toh, sudah telanjur begini. Sepuntung rokok dan sebotol wine tak akan terlalu mempengaruhi, begitu pikirnya.

Lalu, setelah mengembuskan napas yang juga disertai kepulan asap dari rokok itu sendiri, Aditama mengeluarkan ponsel dari salah satu saku piyama mewahnya. Meski masih ragu, pada akhirnya ia tetap melakukan sesuatu yang sudah ia pikirkan sejak tadi. Sebab, jika Ibra masih saja keras kepala dan tidak mau belajar mengurus perusahaan, Aditama mau tidak mau tetap harus menahan Gillian. Yang artinya ia juga harus segera menyingkirkan keberadaan Rihana, wanita yang menurutnya sedang berencana untuk menghancurkan keluarganya karena dendam dari tujuh tahun silam.

Panggilan pertama yang Aditama lakukan pada seseorang langsung mendapat jawaban dari kejauhan. Dan tanpa basa-basi, ia lantas berkata, "Temui aku secepatnya. Aku akan memberikan penawaran besar untukmu. Bawa putrimu juga. Kita lanjutkan perjodohan yang sempat tertunda, Jhon!" ucapnya.

***

Sementara itu, di kediaman Gillian dengan keluarga kecilnya, Rihana yang mau tidak mau harus ikut menemani Arion bermain dengan sang papa di ruang santai keluarga, justru tampak sibuk melamun. Meski begitu, matanya sama sekali tidak melepaskan pandangan dari kedua pria yang betul-betul mirip tersebut, yang tentunya hanya berbeda kemasan saja. Mereka asyik sekali memainkan mobil-mobilan dan beberapa mainan anak laki-laki, tanpa memedulikan hal lain, termasuk Rihana yang sedang melamun sembari duduk di sofa panjang, ataupun tontonan kartun di televisi.

Dan inilah gambaran yang muncul di benak Rihana saat ini. Bahwasanya wanita adalah makhluk dengan hati yang lemah. Perasaan mereka mudah sekali berubah-ubah, cenderung tidak konsisten, sekaligus juga gampang memaafkan. Meski kadang, kesalahan kecil tak dapat mereka lupakan, nyatanya insting untuk memaafkan memang jauh lebih tajam. Meski begitu, tentunya masih banyak kalangan wanita yang tangguh. Memiliki pendirian yang teguh dan tidak mudah luluh. Namun, dari kedua golongan tersebut, sosok Rihana akan masuk dalam kelompok yang mana? Seharusnya, ia tergolong sebagai wanita tangguh, bukan? Sosok wanita yang tak akan menjilat ludahnya sendiri.

Namun ... Rihana juga bukan orang bodoh yang tidak menyadari munculnya sesuatu menggelitik di dalam hatinya, setelah ia mencoba berbaik hati untuk mengurus luka-luka Gillian. Perasaan aneh yang merujuk pada keharuan dan bahkan kehangatan yang selama tujuh tahun ini tidak ia dapatkan. Apalagi ketika ia terus mendapati sikap Gillian yang begitu menakjubkan. Pria itu sukses menjadi sosok ayah yang sempurna bagi Arion, yang membuat Rihana tak bisa melepaskan pandangan, sementara sepasang ayah dan anak tersebut terus sibuk bermain bersama. Memainkan mainan anak laki-laki yang tentunya mahal harganya, dan Rihana sebagai seorang ibu hanya cukup menjadi penonton setia saja. Sungguh situasi yang terlihat cukup damai jika disaksikan oleh orang yang tidak memahami keadaan sesungguhnya.

Tapi, aku enggak mau memaafkan Gillian. Aku enggak mau luluh, apalagi terperangkap dalam bujuk rayunya itu. Aku ingin tetap melihat dia sebagai penyebab dari semua penderitaanku, dan terus membencinya tanpa sedikit pun menunjukkan rasa kasihan. Semua peraturan di dalam kesepakatan kami, enggak boleh dilanggar lagi. Meskipun ada potensi Gillian akan kembali melanggar, pastinya dia juga sudah menebak kalau aku sudah enggak bisa berbuat apa-apa selain marah, seenggaknya aku sendiri harus konsisten pada semua aturan yang telah aku buat. Lalu, pernikahan kami bahkan baru berjalan selama beberapa hari. Enggak masuk akal, jika aku langsung goyah. Sebab, aku juga enggak berniat untuk goyah, batin Rihana memperingatkan dirinya lagi.

Pernikahan yang Gillian InginkanWhere stories live. Discover now