Episode 44-Perlawanan Sengit Dari Rihana

413 19 2
                                    


Rihana menyeringai dan lantas menatap Aditama, sementara ayah mertuanya itu terus saja mengawasi jari-jarinya yang sudah mencengkeram sebuah pena. Sudah pasti Aditama ingin memastikan Rihana akan menandatangani semua perjanjian yang tercantum di dalam dokumen-dokumen susunannya tersebut. Sayangnya, keinginan Aditama untuk segera menyelesaikan misinya dan bisa kembali mendapatkan Gillian, malah diberikan harapan palsu oleh menantunya itu. Tepatnya ketika Rihana justru melempar jauh pena yang bahkan belum menggoreskan tinta sedikit pun di atas setiap kertas.

“Rihana, apa yang kamu lakukan?!” Geram tak dapat Aditama sangkal. Sepasang matanya mulai menatap dengan sorot yang tajam. “Apa yang sedang kamu lakukan, hah?!”

Seringai sinis kembali terulas di bibir Rihana yang sebenarnya sangat manis. “Tunjukkan Arion padaku terlebih dahulu, Pak Tua,” ucapnya setelah mendapatkan kembali akal sehatnya sekaligus kepekaan yang selama ini memang selalu ia miliki. “Aku akan menandatangani surat-surat sialan ini setelah aku melihat Arion!”

“Apa katamu? Memangnya kamu siapa sampai berani membuat aturan seperti itu, Rihana?! Di sini akulah yang berkuasa! Lakukan saja apa yang aku perintahkan padamu, jika kamu memang ingin segera bertemu dengan putramu, Wanita kurang ajar!” Panik melanda diri Aditama. Bagaimana tidak, jika Rihana bersikap sembarangan dan seolah tahu jika Arion memang tidak ada di rumahnya itu.

“Jangan berlagak lupa, Pak Tua. Aku ini istri dari putra pertamamu, sekaligus ibu dari cucu pertamamu. Kenapa masih bertanya? Sebuah kesepakatan akan terjadi, jika sesuatu yang dipertaruhkan ada di depan mata. Dan saat ini cucumu sendiri yang kamu jadikan sebagai barang taruhan atas kesepakatan ini, bukan? Oleh sebab itu, tunjukkan dia di hadapanku!” Dengan tegas Rihana memberikan perlawanan.

Meski begitu, bukan berarti kecemasan yang Rihana rasakan sudah berangsur pergi. Ia yang sebenarnya tidak terlalu yakin dengan tindakannya, tentu masih ketakutan kemungkinan Arion akan disiksa di ruangan yang tak diketahuinya. Namun setidaknya, ia harus mencoba memberikan perlawanan, karena barangkali Aditama memang telah membohongi dirinya. Siapa tahu Arion justru tidak ada di rumah mewah milik ayah mertuanya itu. Jika dugaan Rihana benar, lalu perlawanannya pun berhasil, itu artinya Rihana tidak perlu menandatangani setiap surat kesepakatan yang pastinya akan membuatnya berpisah dengan Gillian.

“Aku mau melihat anakku dulu!” ucap Rihana kembali menegaskan dengan suara yang lebih keras dan lantang.

Aditama menelan saliva dengan susah-payah. Gemetar mulai melanda dirinya. Namun serangan tremor itu merupakan imbas dari sejumlah emosi negatif yang langsung membuncah di dalam sanubari. Perlawanan Rihana nyatanya tak hanya sekadar membuatnya panik, melainkan juga merasa dipermalukan. Harga dirinya serasa dicabik-cabik. Dan keyakinannya mengenai Rihana yang akan memberikan dampak berbahaya justru semakin membesar.

“Bukankah kamu membenci Gillian?! Bukankah seharusnya kamu menolak menikah dengannya, Rihana?! Lalu kenapa kamu malah menjadi istrinya?! Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan? Kamu ingin membalas dendam pada kami?! Apa susahnya menandatangani semua kesepakatan itu demi anakmu?!” Aditama kembali menyerang.

Namun Rihana yang sudah jauh lebih tenang, mulai menyadari akan satu hal. Reaksi Aditama yang sangat berlebihan membuat Rihana ingin meyakini harapannya sendiri. Arion tidak berada di genggaman ayah mertuanya! Sayangnya, Rihana juga belum bisa merasa senang duluan, sebab ia masih belum bisa sepenuhnya memastikan. Sebelum mendapatkan kabar mengenai keberadaan Arion, ia tidak boleh lengah ataupun menyerah.

“Waaah! Anda ini kenapa sih?” tanya Rihana dengan bahasa yang lebih formal. Namun suaranya tetap terdengar meremehkan. “Anda takut jika saya membalas dendam? Pft ... hahaha, lucu sekali! Hahaha.”

“Hentikan tawamu, Rihana!” tegas Aditama.

“Oh baik.” Rihana menutup mulutnya dengan telapak tangannya. “Namun, sejujurnya saya agak terkejut karena Anda begitu cemas mengenai kemungkinan saya akan membalas dendam. Orang yang dulunya sangat berkuasa, hingga kekuasaan itu mampu menghilangkan nyawa satu orang, membuat seorang anak tanpa dosa harus menderita, lalu berusaha untuk menghancurkan kehidupan saya dan kedua putra Anda sendiri, kini justru ketakutan pada kemungkinan wanita miskin dan lusuh ini akan membalas dendam?”

Pernikahan yang Gillian InginkanWhere stories live. Discover now