11

25 7 3
                                    


←〣☆~♥~☆〣→


Hyunjin sudah pulang dari rumah sakit. Kini, ia sedang berbaring di kasurnya sembari melihat bunga yang diberikan oleh Hanna pada hari ulang tahunnya.

'Mengapa akhir-akhir ini, aku semakin sering merasa sakit? Apa tubuhku benar-benar sudah lemah?'

toktoktok

"Hyunjin, temanmu datang untuk menemuimu", ujar Yeri dari luar pintu.

Hyunjin segera bangkit untuk membukakan pintu. "Hanna? Chan? Masuklah", ajaknya.

"Terima kasih", ucap mereka berdua sebelum masuk.

"Hyunjin, lihatlah apa yang kami bawa untukmu!!" ujar Hanna dengan ceria seperti biasanya sembari membukakan kotak bekal yang ia siapkan dari rumah.

"Lihat! Aku bawakan salad buah dan juga sandwich untukmu! Ini buatanku dan kak Chan, lho! Makanlah pasti enak", ujarnya sambil menyuapi Hyunjin. Hyunjin langsung menerima suapan itu.

"Emm sangat enak, terima kasih", ujarnya.

Ekhem! Maaf, Chan disini ingin melakukan apa, ya? Ia tadi hanya berniat untuk mengantarkan Hanna ke rumahnya Hyunjin saja. Namun, anak itu merengek meminta Chan untuk ikut masuk ke dalam. Ia tidak berani jika sendirian, katanya. Karena itu, ia terpaksa ikut masuk ke dalam.

Oh iya, omong-omong, Chan sudah kembali ke Korea. Pekerjaannya di luar negeri sudah selesai. Sekarang juga Chan sudah diberi tanggungjawab oleh papanya untuk memimpin perusahaan keluarganya.

"Chan, bagaimana dengan pekerjaanmu?", tanya Hyunjin.

"Oh? Lancar. Aku sudah mengurus perusahaan disini", jawabnya.

Chan kira, ia disini akan menjadi obat nyamuk. Namun, untungnya, mereka tetap mengajak Chan mengobrol. Chan bahkan tertawa lepas saat Hanna melontarkan berbagai cerita lucu.

Disamping itu, malah Hyunjinlah yang merasa iri karena kedekatan Chan dan Hanna.  Ia juga merasa sedikit kurang percaya diri untuk lebih dekat dengan Hanna saat ada Chan. Padahal Chan sudah mengizinkannya dengan Hanna. Entahlah, Hyunjin masih merasa insecure jika disandingkan dengan Chan.



"Tante, kami pulang dulu, ya", pamit Chan dan Hanna saat bertemu Yeri di ruang TV.

"Sudah mau pulang? Cepat sekali. Singgahnya lebih lama, ini pertama kalinya Hyunjin memiliki teman yang datang ke rumah", ujar Yeri yang membuat Hanna dan Chan sedikit tertawa.

"Tidak apa, tante. Lain kali, kami bisa datang lagi", ujar Hanna yang diangguki Chan.

"Hmm baiklah kalau begitu. Hati-hati, yaa. Ingat untuk datanglah kembali", ujarnya.

"Baik, tante terima kasih", mereka berdua pun  pulang setelah berpamitan dengan Yeri.



"Hanna",panggil Chan sambil menyetir mobil.  Yang dipanggil hanya berdehem untuk menyahutinya.

"Kau dan Hyunjin sudah berpacaran, bukan?", tanyanya.

Hanna dengan cepat menoleh ke arah Chan, "Tahu darimana kau, kak? Bukankah aku belum pernah cerita?",tanyanya terkejut.

Pasalnya, Hanna dan Hyunjin itu pacarannya diam-diam. Maksudnya, tidak perlu harus memberitahu semua orang. Jika sudah tahu ya sudah. Jika tidak, ya biarkan saja.

Chan tersenyum hingga matanya menyipit—Tunggu, bukankah mata Hanna juga menyipit ketika tersenyum? Wah, mereka benar-benar cocok. Jika Hyunjin menyadari ini, ia pasti akan lebih kehilangan percaya diri.

"Aku menebaknya, kenapa? Aku benar?", ujar Chan dengan santai. Sebenarnya, ia memang sudah tahu. Kan, dirinyalah yang memberi izin Hyunjin. Namun, memang ia tidak diberitahu kapan mereka resmi. Yang pasti, Chan tahu mereka sudah memiliki hubungan.

"Hm, aku dan Hyunjin sudah mulai berhubungan sejak 3 bulan yang lalu. Sebenarnya, saat itu aku sangat ingin bercerita padamu. Tapi, kau sedang tidak ada disini. Kau tahu? Saat kau pergi, Dobby selalu saja menggangguku. Kak Chan, lain kali marahi dia. Bilang jangan menggangguku lagi! Kalau bisa, aku ingin tinggal bersama kak Chan saja tidak usah dengannya", rengek Hanna.

Chan tertawa dibuatnya, tangannya ia bawa untuk mengusap kepala Hana.

"Baiklah, nanti akan ku marahi dia. Sekarang, kau ingin mampir ke suatu tempat? Perutku lapar", ujarnya sembari memegang perutnya.

"Kak Chan, sebelum itu kau harus tahu sesuatu", ujar Hanna serius hingga membuat Chan bertanya, "Ada apa?", tanyanya.

"Hehehe, perutku juga lapar. Padahal tadi aku sudah banyak makan camilan di rumah Hyunjin", ujarnya dengan senyum yang menampilkan gigi.

Chan terkekeh, "Kau ini! Ku pikir tadi apa", ujarnya sambil mencubit gemas pipi Hanna.



Setelah dijenguk Hanna dan Chan, perasaan Hyunjin menjadi jauh lebih baik. Ia merasa bahagia saat ada orang lain yang mengkhawatirkannya.

Namun, sepertinya tubuhnya tidak sinkron dengan hatinya. Tubuhnya semakin melemah. Dadanya semakin sering terasa sesak. Hingga saat malamnya, ia kembali di bawa ke rumah sakit.

"Dokter, bagaimana keadaan putra saya?", tanya ayahnya Hyunjin.

Sang dokter hanya diam dan menghela nafas, "Maaf, jantungnya semakin lemah. Aku hanya bisa merawatnya seperti ini dulu", ujarnya.

"Bagaimana ini, putraku kau harus bertahan", ujar sang ibu yang sudah menangis dipelukan suaminya. Merasa iba melihat keadaan putra satu-satunya.



Setelah dirawat beberapa hari, Hyunjin sudah sadar. Selama itu, Hanna selalu mengunjunginya setiap hari, di rumah sakit. Sekarang, Hyunjin sudah boleh pulang. Ia sudah di rumahnya saat ini. Ia tengah duduk bersandar di kasurnya.

Otaknya memikirkan saat Hanna selalu datang untuk menjenguk dan menemaninya di rumah sakit. Saat Hanna  meringis melihat dirinya yang sedang dipasang selang infus. Saat Hanna mencoba untuk menghibur dirinya.

Tiba-tiba, kembali muncul perasaan bersalah dalam dirinya. Tidak seharusnya ia membuat Hanna sibuk menemaninya. Tidak seharusnya ia membuat Hanna lelah karena harus bolak-balik ke rumah sakit. Tidak seharusnya ia membiarkan Hanna merasa sedih saat melihat kondisinya.

Mungkin, lebih tepatnya, tidak seharusnya ia datang dalam kehidupan Hanna. Hanna merasa lebih bahagia saat dirinya tidak hadir dalam kehidupan Hanna. Kehidupan Hanna sudah cerah dan berwarna. Dirinyalah yang membagi malamnya.

'Tidak! Aku tidak ingin melihatnya sedih. Melihatku terbaring di rumah sakit saja, ia sudah begitu. Bagaimana jika ia melihatku mati?  Umurku tidak panjang lagi, bukan? Saat waktuku habis, apa yang akan ia lakukan? Tidak, tidak! Aku harus membuatnya benci padaku sebelum itu terjadi. Agar ia tidak perlu ikut merasakan apa yang kurasakan. Aku tidak ingin, rasa cinta ini menjadi luka tersendiri baginya. Cukup aku saja yang merasakan sakit. Karena ku sudah terbiasa'



Next>>>

nyang٩(・ω <)۶♥

-🍁



PRIMROSE || HWANG HYUNJIN [✓]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant