Chapter 17: Avant, Birmo, Clever

23 12 0
                                    

Tiga bulan kemudian

March Fonterra.

Dusfari, Kyrgia.

Naya terengah-engah. Semua wajahnya penuh minyak dan keringat. Matanya bersorot lelah dan merah sekali. Teman-teman nya yang lain berdiri tegak luar lapangan menonton Naya dengan sorot keras.

Dan Gen, di gerbang depan berdecak karena hari itu adalah tugasnya memberi makan Griffin. Makhluk setengah elang dan setengah singa. Gen mengumpat setidaknya 8 kali dalam 4 kali bolak-balik mengambil makanan griffin dari dapur.

Makanan.

Dan dapur.

Ya! Awalnya Gen pikir makanan griffin hanyalah sebatas pakan ternak biasa. Ternyata diluar perkiraan. Makanan griffin terbuat dari makanan dengan mutu terbaik dan dimasak oleh koki. Jiwa materialisme Gen keluar begitu melihat setumpuk daging sapi dengan sekian rempah di nampan besar.

Bukan main selera Sang Griffin.

"Istirahat!! kita berangkat 30 menit lagi."

Naya tanpa dibantu sudah berdiri dan menyusul yang lain di rimbunan pohon.

Di sana ada Luca memperbaiki perban dilengan Robin sementara Shin memperbaiki rambut Luca yang acak-acakan. Lalu ada Rin tiduran di rumput bersama Zora yang meminum air putih. Naya datang merusuh, bersandar di pohon bersama Robin.

Tiga bulan menetap di Kyrgia, mereka dilatih bagai prajurit. Cukup signifikan karena pada akhirnya terlihat sangat bermanfaat untuk semuanya. Naya dapat melihat lekukan otot-otot pada anak-anak remaja itu.

"Ini!" Zora menyodorkan botol minum. Naya menatap laki-laki itu sambil meneguk air. Zora masih sama.

"Kan!" Masih sering mengomel seperti biasa.

Ugh.

'tuh, kan! Baru juga dibilang.' Naya menahan wajahnya agar tidak terlalu mencerca laki-laki itu.

"Sudah kuperingatkan dari malam, bangun cepat."

Dan seperti nya, semuanya sudah terbiasa dengan sifat Zora yang suka mengomel. Saking seringnya, Luca dan Robin sudah lihai menghindari kotbah laki-laki itu.

"Luca juga terlambat bangun." Naya membela diri.

Zora mendelik, matanya melototi anak gadis itu. "Tapi sampai tepat waktu."

Naya mendengus. Entah siapa yang bisa dijadikan tameng sekarang. Tidak bisa bergantung pada Shin, anak itu patuh pada Zora. Lalu Rin? Jangan tanyakan. Rin bahkan tidak melihatnya dan sibuk sendiri.

Gen? Oh ya Tuhan. Naya tidak bisa mendeskripsikan kerusakan apa yang akan dilakukan laki-laki itu. Bukannya menenangkan, ia akan mengompori Zora. Kalau Robin? Ugh. Robin juga sama sepertinya. Tapi bedanya hari ini Robin selamat.

"Luca tidak pernah terlambat latihan sejak 10 Minggu yang lalu."

Naya memutar matanya malas. Kemudian berpaling pada Luca yang tersenyum mengejek. "Aku bukan maniak sepertinya."

Meskipun dalam deskripsi Zora keduanya (Naya dan Luca) bertenaga monster. Naya tidak seperti Luca yang suka menderita dibawah perintah komandan. Suka mengasah benda-benda tajam. Berlari mengitari lapangan. Atau memberi makan Griffin, Luca suka sekali mahkluk itu. Dan seperti nya Luca melupakan profesi aslinya sebagai peneliti laboratorium. Bahkan Luca sangat loyal. Meskipun sebenarnya Naya tahu dari mana asal keloyalan itu datang.

Tentu saja.

Gaji.

"Sudah, sudah. Biarkan Naya beristirahat dulu. Mengitari lapangan 50 kali itu tidak mudah." Ucapan Shin membuat Naya terharu.

The Birth of Chosen Warriors, The RavensWhere stories live. Discover now