Chapter 20: Bullying

27 10 0
                                    

Hutan rimbah yang semula damai riuh seketika.

Tepat saat kelima anak meneliti (membully) chimera, dari balik pohon besar tempat teduh mata merah induk chimera babi menatap mereka dengan marah.

Zora refleks memerintahkan untuk mundur. Berpegang teguh pada perintah agar tidak membunuh chimera, mereka melarikan diri tanpa perlawanan meninggalkan chimera babi yang trauma.

Zora jadi dapat menyeimbangi kecepatan lari Rin si prajurit saking panik. Sementara dua orang itu malah bersenang-senang.

Gen berbelok ke kiri bersembunyi di balik pohon. Induk chimera babi menyundul pohon hingga rusak dan hancur sebagian. Gen tanpa luka muncul dengan senyum menyeringai pada chimera dan memperburuk keadaan.

Dalam keadaan buruk gen juga dapat bermain-main.

"Gen bodoh!! Kau mau mati?" Zora jadi kelepasan dan marah-marah.

"Kata Robin pancing chimera lalu setelah kita lihat kelebihannya." Gen berterus terang. "Nay! Teliti yang benar!"

Naya melotot. "Dalam situasi ini?!" Naya di sampingnya memasang wajah sensi tapi Gen menanggapi dengan santai.

"Rencananya kan memang begini."

Zora menoleh kebelakang memandang Gen depresi. Sejak kapan mereka punya rencana seseram ini. Belum cukup memancing induk chimera dengan anaknya, kini mereka harus terus mengganggu induk chimera.

Ide ini, bunuh diri. Zora makin yakin mereka akan mati lebih dulu dibandingkan chimera.

Rin berbalik mengangkat satu tangan keatas, dan induk chimera melayang tinggi keatas dengan ringan.

Luca melesat kesamping Rin berbisik pelan. "Goncangkan dia."

Zora menyerah. Terserah anak-anak ini ingin berbuat apa Zora tidak peduli lagi.

Melihat induk chimera dilempar sana-sini di udara oleh Rin, Luca dan Gen tertawa lepas. Makin meledek induk chimera dengan lemparan batu. Naya tampaknya terhibur juga, ia terkikik sambil mencatat.

"Kira-kira beratnya berapa?"

Rin mengerutkan dahi seraya menimbang-nimbang. "Entahlah. Mungkin sekitar 4-5 ton."

Zora bersedekap. "Apa lagi yang kurang? Kita cek saja sekarang agar mempermudah Robin membedah chimera ini."

"Kemampuan? Tidak ada tanda-tanda magis yang keluar sejak tadi." Luca menjawab. "Mungkin memang mereka chimera biasa."

Rin hanya bisa diam tak mengomentari Gen yang melompat-lompat bagai kerasukan. "Lagi! Lagi! Goncang lebih cepat."

Induk chimera mengerang. Gundukan otot dan lemak yang melayang bagai gumpalan daging sangat tidak menarik minat siapapun terkecuali Gen.

Tetesan air liur keluar dari mulut dengan aliran menjijikan.

Naya menggaruk telinga merasa ada yang aneh dengan tangannya ia menyuruh yang lain untuk diam. "Aku mendengar sesuatu."

Empat anak terdiam dan memasang telinga baik-baik mencari bunyi yang dicari.

Zora mencoba berpikir positif sambil menempelkan telinga ditanah. Namun, firasat buruk tidak pernah salah. Ia menegak. "Lari!"

Rin langsung menuruti tanpa bertanya, sementara Luca, Gen, dan Naya yang penasaran makin berkonsentrasi. Tanah bergetar tidak membuat mereka bereaksi.

Gen yang peka lebih dulu. "Itu hentakan hewan."

Luca dan Naya membenarkan. "Dari suara nya pasti hewan besar dan..."

Ketiganya saling tatap dengan pelototan. "BEROMBONGAN!!"

The Birth of Chosen Warriors, The RavensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang