9. Mau tidak mau

25 5 12
                                    

Pagi itu bunyi wajan beradu dengan ujung besi kompor bersenandung dengan serasi. Pisau dan landasan kayu yang bekerjasama memipihkan sesuatu juga tidak mau kalah kencang berirama. Belum lagi bunyi percikan minyak goreng yang panas menjadi pertanda bahwa seseorang di belakang sana tengah sibuk dengan ide nya. Yunggi yang masih berlindung di balik selimut tebal itu terpaksa membuka mata dan mendapati sepoian angin dari jendela kamar yang entah sejak kapan terbuka.

Terbuka?

Terbuka??

Kening Yunggi langsung mengernyit dan tubuh itu langsung duduk untuk menyibak selimutnya dan berjalan mendekati jendela. Yunggi telah memastikan bahwa seseorang pasti sudah membuka jendela tersebut saat dia dan--Yunggi membalik badan dan mendapati sosok Sherin masih tertidur di kasur miliknya.

Kepala Yunggi mendadak pusing memikirkan seraya satu tangannya langsung memijit kening dengan sangat keras. Dilihatnya jarum pendek pada jam besar di dinding kamar baru menunjukkan pukul setengah enam pagi. Di dapur seperti ada seseorang yang sedang sibuk menyiapkan sesuatu. Yunggi hanya memikirkan satu nama saja, sebelum kaki jenjang itu dia bawa keluar kamar untuk memastikan.

Sesampainya di lantai bawah, tepatnya Yunggi masih berdiri di penghujung anak tangga. Pria itu menatap sekeliling rumah besar yang tampak sepi belum ada penghuni yang bangun. Hanya ada para pelayan yang berdiri di depan area dapur dan Youra yang sibuk sendirian di wilayah teritorial nya.

Perlahan Yunggi mendekat. Dia berdiri di samping salah satu maid ketika mereka menyadari kehadiran sang tuan.

"Kenapa disini?" tanya Yunggi pelan. Fokus nya terpusat pada sosok cantik Youra yang tampak rapi dengan apron yang ia kenakan sedang sibuk di depan sana.

Seorang pelayan pun menjawab. "Kami di minta untuk tetap disini oleh nona, Tuan."

"Alasannya?"

"Tidak boleh membantu."

"Sekarang pergilah."

"Tapi tuan?"

Yunggi langsung menoleh dan menatap tenang ke pelayan tersebut. "Apa dia semenakutkan itu?"

Pelayan tersebut menggeleng. "Nona terlalu sopan meminta kami untuk tidak membantunya. Tidak mungkin kami meninggalkannya, tuan."

"Aku yang menyuruh. Tidak bisa?"

Mengangguk paham ketiga maid itu memilih undur diri dan meninggalkan Yunggi yang entah apa akan ia lakukan.

Sebenarnya bukan baru pertama kali Yunggi menyadari kecakapan sepuluh jari lentik itu menguasai peralatan dapur. Mungkin memasak menjadi hobi atau hiburan pula untuk sang empu.

Perlahan Yunggi melangkah, penuh hati-hati dia berdiri di belakang Youra yang sedang sibuk memotong bawang, lalu memasukkan kedalam wajan yang berisi minyak panas. Di bar dapur sudah terasing lengkap bahan-bahan yang akan menjadi pelengkap masakan Youra pagi ini.

Entah apa yang gadis itu akan sajikan. Sehingga saat Yunggi tak sanggup untuk menahan rasa ingin tahu nya, jadi gebrakan mengejutkan saat dagu sang empu menempel tanpa permisi di bahu Youra.

"Hai!"

"Aaaa...astagaaa!"

Siapa yang tidak kaget kalau tiba-tiba ada manusia dibelakang tubuhnya?

Spontan Youra membalik badan dan memukul lengan Yunggi dengan kesal. "Jantungku buatan Tuhan. Kalau lose bagaimana?"

"Semengejutkan itu?" reaksi Youra berlebihan, jadi, Yunggi pikir hiperbola nya kelewatan.

Merotasikan kedua bola mata, Youra tidak menjawab dan kembali fokus pada tumisan bawang yang sudah berubah warna sedikit kecoklatan. Sedangkan Yunggi beralih berdiri di samping sang empu.

AMOUR COMPLIQUEWhere stories live. Discover now