Diam | Khilyatul Aulia

5 1 0
                                    

Waktu hampir beranjak siang, saatnya untukku menyiapkan makanan. Sebelum ke dapur, aku berpesan pada Ryan--putraku--yang berusia lima tahun untuk main di kamar saja.

Lalu, aku mulai memasak, membiarkan Rian bermain dengan Cimi--marmutnya.

Setengah jam lebih berlalu, takada suara dari kamar lagi, seperti sebelumnya. Hening sekali.

Tiba-tiba terdengar suara berbisik di belakangku.

Aku sangat syok saat menoleh dan mendapati seorang bocah tersenyum, juga banyak darah di sekitar mulutnya. Tangan mungilnya memegang marmut yang telah tercabik lehernya.

"Bun, Cimi lompat-lompat. Aku nggak suka, tapi sekarang Cimi sudah diam. Rasanya manis." Ryan menyengir, menampakkan gigi susunya yang berlumur darah.

FLASH FICTION HWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang