Part 38

122 4 1
                                    

"Kak Tania!" seru wanita bertubuh mungil yang semula duduk di pelataran rumah sakit dengan gelisah ketika mendapati sosok Tania muncul dengan nafasnya yang terengah-engah, berlari kebingungan di lorong menuju ruang IGD rumah sakit. 

Mendengar namanya dipanggil, Tania segera mengetahui bahwa perempuan dengan rambut pendek di depan sana adalah Nilam, perempuan yang sebelumnya berbincang dengannya di telepon, sekaligus rekan kerja dari Teesha. 

Walaupun ia cukup mempertanyakan bagaimana wanita itu bisa mengenalinya, namun ia tidak terlalu mengambil pusing dan memilih untuk bergegas menghampiri Nilam dan meninggalkan Kale yang mengikutinya jauh dibelakang. 

"Kamu Nilam?" tanya Tania dengan nafasnya yang masih tidak beraturan. Nilam segera mengangguk. "Iya kak, saya Nilam." 

"Teesha dimana?" 

"Teesha udah masuk ruang operasi kak. Maaf sebelumnya jika saya lancang dan mengambil keputusan sepihak tanpa menunggu kakak dulu. Soalnya tadi kondisi Teesha lumayan mengkhawatirkan dan dari pihak rumah sakit juga butuh konfirmasi secepatnya," jelas Nilam dengan raut wajah khawatir, takut-takut keputusannya tidak seirama dengan Tania. 

Mendengar penjelasan dari Nilam membuat Tania mengerutkan kening, "Loh? Kenapa di Operasi? Operasi apa, lam? Mengkhawatirkan gimana???Sebenarnya ada apa???" tanya Tania lagi kini dengan nada bicara yang meninggi. Kale yang baru saja bergabung lantas segera memegangi bahu istrinya seolah mengingatkan wanita itu untuk mengontrol emosinya. 

"M-maaf kak. Saya sebenarnya kurang tahu juga tepat kejadiannya seperti apa. Yang jelas tadi pagi beberapa menit setelah saya bangun tidur, I found her already lying on the floor with bloods everywhere around her di tangga menuju gudang bawah tanah. Saya gak tau sejak kapan Teesha disana dan gak paham juga kenapa dia ada disana karena tim kami udah berulang kali wanti-wanti dia buat fokus preparation di main area aja. Terus tadi begitu saya bawa ke sini, dokter bilang kalau Teesha udah kehilangan terlalu banyak darah dan ketubannya juga udah hampir habis. Karena itu dari dokter menyarankan untuk segera melaksanakan operasi because if we don't, then nor Teesha and the child would survive. I really am sorry for this," jelas Nilam lagi dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. 

Apa yang baru saja Tania dengar dari bibir Nilam membuat tubuhnya lemas. Ia merasa linglung dan begitu khawatir dengan adik bungsunya itu. Rasanya Ia tidak ingin mempercayai semua yang dikatakan oleh Nilam. 

Bagaimana mungkin setelah semua yang telah adik kecilnya itu perjuangkan, semesta malah memilih untuk mengkhianati gadis itu dengan memberikan takdir sesial ini?

Kesedihan, Amarah, Rasa bersalah karena tidak cukup baik dalam menjaga saudarinya sendiri mulai menggerogoti pikiran dan perasaannya. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri. Ia merasa gagal. Dan kini tak ada lagi harapan yang bisa ia panjatkan selain keselamatan adiknya. Dengan sisa-sisa kewarasannya, ia hanya bisa menggenggam erat tangannya dan berdoa agar tuhan masih akan berbaik hati dan membawa Teesha kembali padanya. 

****

Drrrt Drrrt Drrrt

Suara getaran telepon genggam milik Kale yang berada diatas coffee table ruang rawat VVIP itu membuat pria itu beranjak dari tempatnya yang semula tidak henti mendampingi Tania disisinya setelah adik iparnya keluar dari ruang operasi. Ia pun mengambil telepon genggam itu dan segera mengerutkan kening saat melihat nomor tak dikenal berada di layar panggilan masuk. Biasanya, Kale tidak akan mau mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal. Namun kali ini entah kenapa ada sesuatu di hatinya yang mendorongnya untuk mengangkat panggilan ini. Maka setelah beberapa saat menimbang-nimbang, ia pun memutuskan untuk mengangkat panggilan ini di luar ruangan dan meninggalkan Tania disana. 

Shed Your Tears AwayWhere stories live. Discover now