PART 1

16.6K 316 7
                                    

"Aku gak mau nikah, Bun." ucap Tania berusaha merajuk Bundanya.

"Apalagi sama laki-laki yang gak aku kenal. Bunda tau kan dari dulu aku gak mau nikah? Aku suka sama hidupku yang sekarang. Bebas, lepas. Gak ada yang perlu aku urus dan gak ada kekacauan dalam hidupku. Aku bisa focus ke karirku, meraih semua hal yang dari dulu selalu aku impikan dengan jerih payahku sendiri dan Bukan karena adanya ayah dibelakangku. Aku mencintai hidupku yang sekarang bunda. Lagipula jika aku memang menginginkan laki-laki, aku bisa mendapatkan seluruh laki-laki di dunia ini dengan mudah. Tapi bukan berarti aku menginginkan pernikahan. Menurutku pernikahan itu terlalu..... munafik." Lanjutnya lagi. Bundanya belum menjawab dan masih mencerna arti yang tersirat dari kata-kata yang mengalir dari mulut gadisnya itu.

"Bunda lupa bagaimana ayah memperlakukan bunda? Bunda lupa? Dia hanya memperlakukan bunda sebagai salah satu bonekanya yang dapat ia pamerkan kepada rekan-rekan kerjanya agar mereka mempercayai bahwa ayah adalah sosok yang penyayang dan hangat. Padahal kenyataannya apa bunda? Apa? Rumah itu sedingin es. Membuat seluruh penghuni rumah itu mati kedinginan." Emosi menguasai tania hingga ia secara tidak sadar mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan kepada bundanya.

Ia tahu memang bahwa keadaan keluarganya sudah tidak mekar dan berwarna lagi sejak bertahun-tahun lalu. Dan itu menjadi salah satu alasan utama mengapa ia memutuskan untuk keluar dari rumah. Tapi selama ini ia hanya mengetahui dalam diam. Ia tidak berani mengatakan hal ini kepada bundanya. Karena hal tersebut adalah hal terakhir yang ibunya ingin anaknya ketahui. Bahkan dalam kesedihannya, Bunda tania masih berusaha menutupi, bertahan dan menelan semuanya sendiri semata-mata untuk anak-anaknya. Agar anak-anaknya dapat selalu berada disisinya. Dan dapat ia rawat dan didik dengan benar sampai mereka pergi meninggalkannya nanti.

"Ka-kamu... t-tau?" tanya bundanya dengan nafas yang tercekat.

Tania terdiam sebentar sebelum ia menjawab pertanyaan bundanya itu. "Iya. Aku tau. Bahkan Tama dan Teesha pun tahu." jawabnya padat. Bundanya hanya dapat mendesah pelan sebelum melanjutkan perbincangan mereka itu.

"Jadi, maksudku... aku tidak mau menyerahkan hidupku demi masa depan yang belum pasti, Bunda. Laki-laki itu bisa meninggalkanku kapan saja atau bahkan memperlakukanku lebih buruk. Aku bisa bahagia dengan caraku sendiri, Bun." Tania mencoba kembali ketopik utama untuk menolak permintaan bundanya.

"Tania... Mungkin memang sudah saatnya kamu, Tama dan Teesha mengetahui apa yang terjadi dengan bunda. Bunda minta maaf karena tidak mampu menutupi hal ini dari kalian. Tapi bunda mohon sekali, jangan menutup hatimu untuk Ayah hanya karena apa yang kamu dan adik-adikmu lihat nak." Ujar bundanya lirih. Air mata wanita paruh baya tersebut menetes perlahan-lahan membasahi wajahnya.

"Apalagi jika permasalahan antara bunda dan ayah sampai membuat kamu menutup dirimu untuk memulai keluargamu sendiri. Bunda sangat tidak mengharapkan itu, Tania. Apa yang terjadi dengan kami orang tuamu adalah urusan dan pilihan kami. Semua demi kebaikan kamu dan adik-adikmu. Dan kamu menolak untuk menikah membuat semua perjuangan bunda bertahan disini sia-sia sayang. Bunda mohon kabulkan permintaan Bunda. Menikahlah." Lanjutnya mulai terisak-isak kecil. Tania dari seberang sana dapat mendengar isakan bundanya walaupun wanita tersebut sudah mencoba menahan suaranya.

Pernyataan dan permintaan Hera –ibunya, membuat ia termenung mengingat kembali hari-harinya yang sakit melihat perlakuan dingin Ayahnya kepada Ibunya bertahun-tahun lalu. Betapa ia membenci ayahnya yang telah berubah menjadi sosok hidung belang, gila harta dan kedudukan sejak bergabung dengan perkumpulan mafia terbesar nomor satu se-Asia Tenggara namun selalu bersikap seolah-olah beliau adalah seorang yang sangat baik hati, dermawan, juga bijaksana.

Tommy Dwijaya Hanggara, selalu menggunakan topeng yang sangat manis didepan semua rekan kerjanya. Membuat mereka semua percaya bahwa ia adalah sosok laki-laki sempurna dan sangat mencintai istri juga anak-anaknya sehingga namanya semakin dikenal hingga menjulukinya sebagai Miliarder paling bijaksana dan berhati Malaikat. Padahal kenyataan yang terjadi malah sebaliknya. Tommy menjadikan rumah mereka hanya sebagai tempat istirahat. Setelah itu dia tidak akan mempedulikan istri dan anak-anaknya walaupun hanya sekedar untuk menyapa mereka. Tommy lebih memilih untuk pergi dan menikmati wanita-wanita simpanannya, Berfoya-foya dengan kekayaannya dan keluarga yang ia tinggalkan dirumah ia bayar dari hasil kebohongannya di muka publik.

Shed Your Tears AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang