PART 14

3.3K 110 2
                                    

Keesokan paginya, Kesehatan Kale yang sudah sangat membaik akhirnya membuat mereka memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Walaupun awalnya Tania masih ragu dengan keputusan ini, tapi mendengar rayuan Kale dan bukti nyata bahwa laki-laki itu telah sembuh mau tidak mau ia pun setuju untuk pulang. Lagipula, jika diingat lagi pekerjaan keduanya saat ini memang sedang hectic. Ia tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa mereka memang harus kembali ke Jakarta.

Selama hampir 3 jam diperjalanan, Akhirnya merekapun sampai di kantor Tania. "Nanti malam aku jemput," ujar Kale dari balik kemudinya sebelum kemudian bergegas menuju kantornya sendiri. Tania mengangguk sembari melambaikan tangan lalu masuk ke gedung yang ia tinggalkan beberapa hari ini.

Kedatangan Tania yang tiba-tiba membuat seluruh karyawan disana kaget. Mereka tampak panik dan canggung ketika Tania menyapa seraya terus berjalan menuju ruangannya. Ada sesuatu yang aneh dan perasaannya tidak enak. Tania yakin karyawannya menyembunyikan sesuatu darinya. Ia pun mempercepat langkahnya dan segera memanggil Sekretarisnya untuk ikut masuk ke dalam ruangannya.

Wajah Viola semakin membuatnya yakin bahwa something terrible happened. Tapi Tania tidak akan bertanya lebih dulu. Ia yakin ia akan mengetahuinya cepat atau lambat tanpa ia harus bersusah payah mempertanyakan kepada semua orang.

"Bagaimana kabarmu, Vio? Sebelumnya saya minta maaf karena selama beberapa hari ini menyulitkanmu dengen ketidak hadiran saya dikantor," sapa Tania ramah sembari menggantungkan long coat beludrunya di stand hanger kayu miliknya.

"Tidak apa-apa, Bu. Sudah kewajiban saya untuk membantu," jawab Vio tidak kalah ramah walaupun Tania masih dapat membaca kegugupan wanita itu.

"Baiklah. Sekali lagi terimakasih, Vio. Sekarang, what do I miss?" tanyanya enteng dengan senyum mematikan yang penuh penekanan. Membuat Vio tanpa sadar menegak ludah dengan berat sebelum membuka folder di tangannya yang bergetar.

Tania memutar kursinya ke arah jendela besar disampingnya sembari mendengarkan laporan-laporan yang di jelaskan sekretarisnya tersebut. Ia tidak ingin membuat Vio semakin tidak nyaman jika ia memandangnya dengan tajam. Karena Tania tau, ini bukan kesalahan Vio. Vio hanyalah pengantar berita.

Vio melaporkan seluruh progress dari project-project yang tengah di kerjakan oleh perusahaannya. Dari laporan yang disampaikan, tidak ada satupun yang bermasalah. Semuanya berjalan dengan baik, sesuai prosedur dan progress yang diberikan pun cukup signifikan. Tapi sejauh ini, Vio masih tidak membahas project utama mereka. Project tahunan dan project terbesar mereka. Membuat Tania semakin yakin bahwa titik permasalahannya ada pada program ini apalagi setelah itu Vio menutup folder yang dibawanya dan menyelesaikan laporannya.

Tania kembali memutar kursinya menghadap Viola. Dengan senyum manis ia menumpukan siku pada meja dengan jemari yang saling terkait, Tania kembali mengucap rasa terimakasihnya pada sekretarisnya tersebut.

"A-a-da lagi yang b-bisa saya bantu, Bu?" tanya Vio takut-takut. Tania semakin melebarkan senyumnya.

"Tolong buatkan saya kopi, seperti biasa. Lalu....." Vio seperti menunggu kalimat Tania yang menggantung. Astaga, bos nya ini bisa sangat menyebalkan disaat-saat seperti ini. Geez!

"Tolong kumpulkan seluruh penanggung jawab Soul en Sky di ruang rapat besar. Se. Ka. Rang." Lanjut Tania dengan seringai yang masih bertengger dan nada bicara menyenangkan yang terdengar sangat menyeramkan.

Vio mengangguk sebelum kemudian dengan cepat meninggalkan ruangan tersebut.

****

Tania duduk dengan tenang di tengah ruangan sembari sesekali menyesap kopinya. Ia masih menunggu dan menunggu.... Siapa kiranya diantara sekian banyaknya orang di ruangan ini yang bersedia jujur mengutarakan kesalahan mereka. Satu jam yang mematikan bagi seluruh anggota Tim Soul en Sky karena sampai detik ini Tania masih belum mengeluarkan suaranya.

Shed Your Tears AwayWhere stories live. Discover now