Part 14

318 20 0
                                    

Bugh

"Masih nggak mau ngelawan gue, lo?!"

"Ayo berdiri, lemah banget lo jadi cowok!"

Terdengar suara pukulan juga cacian dari arah belakang sekolah sana. Sekolah sudah bubar sekitar setengah jam yang lalu, seharusnya semua murid sudah pulang kerumahnya masing-masing. Namun, tidak dengan Athalarik beserta orang yang kini membuatnya babak belur.

Gilang, emosi lelaki itu seolah tidak pernah surut kala bertemu dengan Athalarik. Entah kesalahan apa yang di lakukan oleh Erik, sehingga  membuat emosi Gilang kembali meluap.

Erik sudah tidak berdaya di bawah sana, wajah yang terlihat lebam, juga sudut bibirnya yang sedikit sobek. Gilang seperti orang kesetanan kala sedang memberi pelajaran terhadap siapapun, terlebih kepada Erik.

Rasa dendam terhadap lelaki itu belum kunjung hilang, Gilang bahkan tidak sadar jika yang ia pukuli hingga babak belur itu adalah Athalarik, bukan Athalla.

Namun apa Gilang peduli? Tentu saja tidak!

Wajah mereka sangat mirip, itulah yang membuat amarah Gilang seolah meningkat kala bertemu dengan Erik.

"Bang, lepasing gue!"

Athalarik meringis kala Gilang menginjak dadanya, rasa sesak itu kembali muncul. Erik tidak bisa mengatur nafas dengan baik seiring Gilang yang semakin menekankan kakinya di bawah sana.

Namun rintihan menyedihkan itu tidak Gilang hiraukan, semakin Athalarik meringis kesakitan maka semakin besar pula rasa puas akan kemenangannya terhadap Athalla.

Bodoh! Padahal ia sendiri tau jika itu bukan Athalla!

Bugh

"Brengsek!"

Gilang yang semula bersenang-senang dengan mainannya, kini harus tersungkur kala seseorang berhasil meninju wajahnya lumayan keras.

Kekesalan Gilang semakin meluap. Namun, dirinya sadar sedang berurusan dengan siapa.

Gilang tidak membalasnya dengan pukulan,  jika ia melakukannya, maka sama saja dengan dirinya sengaja mencari mati!

"Kenapa, takut sama gue, hm?" tanya lelaki itu sembari tersenyum meremehkan.

"Cihh!"

"Pergi, sebelum gue ngasih lo pelajaran!" ucapnya seraya menekankan kalimat yang ia keluarkan.

Lelaki itu sangat geram, sorot matanya semakin menajam seolah apa yang berada di hadapannya saat ini adalah musuh yang harus segera ia habisi.

Namun dirinya tidak se gegabah itu, ada seseorang yang harus ia pikirkan.

Di bawah sana, ada adiknya yang masih terkapar. Kedua matanya masih sanggup terbuka, Athalla hanya tidak ingin memperlihatkan bagaimana dirinya menghabisi Gilang di hadapan Erik.

Athalla tau jika adiknya itu cukup trauma akibat kejadian malam itu. Dirinya yang hampir menghabisi Gilang, di hadapan adiknya sendiri. Namun itu semua Athalla lakukan karena menolong Erik, tetapi tetap saja. Adiknya itu masih trauma.

"Bilangin sama kembaran, lo. Jadi cowok jangan lembek!" Gilang berucap dengan nada meremehkan, melangkahkan kedua kakinya pergi seraya meninggalkan kedua anak kembar yang sangat ia benci itu di belakang sekolah sana.

Gilang harus segera pergi dari tempat itu sebelum Athalla benar-benar menghabisinya! Ini tidak boleh terjadi. Sebab, masih ada seseorang yang harus ia jaga.

"Bang, makasih udah..."

"Lo itu kalau di tindas orang, lawan! Ngapain diem aja? Gak bisa berantem, iya?"

Semua Belum Usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang