Part 17

296 19 0
                                    

Rasanya, baru kemarin kedua kakak beradik ini menghabiskan waktu bersama di salah satu pusat perbelanjaan. Menyenangkan, Walaupun harus dengan perdebatan terlebih dulu, namun keduanya cukup menikmatinya.

Kamu tau? Sekarang, hubungan kakak beradik ini sudah mulai membaik. Namun, tidak dengan sang ibu.

Athalla seolah merasa masih ragu untuk mendekati ibunya, anak itu hanya tidak ingin jika harapan besarnya tertelan begitu saja bersamaan dengan ibunya yang tidak menginginkan kehadirannya. Seperti, pemikirannya selama ini.

"Bang?"

"Lo ngapain, sih. Ngintilin gue mulu?"

Athalla benar-benar di buat pusing dengan adiknya sendiri, anak itu seperti anak kucing yang tidak ingin berpisah dengan ibunya. Benar-benar menyebalkan, membuat gerak Athalla sedikit tidak bebas. Kemanapun dirinya melangkahkan kaki, Erik pasti bertanya kemana Athalla akan pergi?

Seperti sekarang, bel pelajaran terakhir sudah usai. Athalla tentu saja harus menghampiri motornya yang berada di parkiran sana untuk di ajak pulang. Namun, anak itu masih terus mengikutinya.

"Bersyukur lo, jadi adek gue!" ucap Athalla dengan menatap adiknya sedikit tajam.

Jika saja lelaki yang ada di hadapannya ini bukan kembarannya, Athalla sudah pasti akan mengusirnya dengan sangat paksa. Merasa sangat risih jika terus di buntuti seperti itu. Beruntung, lelaki itu adalah adiknya membuatnya mau tidak mau harus kembali pasrah walaupun dirinya sudah mengusir Erik beberapa kali.

"Gue bersyukur, Bang. Tuhan nggak salah ngasih gue kembaran kayak lo." Suara itu terdengar sangat lirih, bahkan tidak bersuara. Erik mengucapkannya dari dalam hati. Sangat bersyukur, terutama dengan hubungannya yang kini mulai membaik.

"Bang, lo mau 'kan, ketemu Mama hari ini?" tanya Erik seraya mengutarakan tujuan utamanya terhadap sang kakak.

Athalla hanya diam, lelaki itu tidak bersuara barang sepatah katapun. Kepalanya hanya menunduk menatap lantai di bawah sana, namun percayalah, pikiran anak itu seolah sedang berada di tempat lain.

"Kalau nggak sekarang kapan lagi, lo nggak kasian sama Mama?"

Athalarik terus saja membujuk kakaknya agar mau mendengarkan ucapannya kali ini, menunggu waktu yang entah sampai kapan, itu hanya akan membuang-buang waktu secara percuma. Erik tidak mau menunggunya lebih lama lagi, sudah cukup selama ini Mamanya tersiksa karena merindukan anak sulungnya.

Wajah mereka yang identik nyatanya tidak bisa mengubah perasaan itu, perasaan terhadap kedua anaknya yang terasa sangat berbeda.

"Gue, nggak tau."

"Percaya sama gue, Mama kangen lo. Lo salah besar kalau selama ini Mama sengaja ninggalin lo!"

"Tapi kenyataannya Mama emang ninggalin gue, 'kan?"

Bayangan masa kecilnya kembali berputar, Athalla masih mengingatnya. Mamanya meninggalkan dirinya bersama sang ayah, walaupun wanita itu tau betul bagaimana sikap ayahnya selama ini. Sikap pria itu terbilang sangat buruk, mungkin itulah satu-satunya alasan Mama untuk meminta bercerai.

"Mama punya alasan."

"Alasan apa? Dia nggak mau ngebiayain gue?"

Bukan itu yang ingin Athalla katakan, lelaki itu hanya ingin tau yang sebenarnya tanpa harus ada kesalahpahaman lebih lama lagi.

Namun sialnya, mulutnya terlalu sulit untuk sekedar mengungkapkan apa yang ingin ia utarakan.

"Lo bakal tau nanti, jadi gue mohon. Buang pikiran buruk lo tentang Mama, kalau Mama udah lupain lo. Mama nggak mungkin sering sakit karena mikirin lo!"

Semua Belum Usai [END]Where stories live. Discover now