Part 18

294 19 1
                                    

Hari ini, Athalla tidak akan menginjakkan kaki ke rumahnya. Sebab, dirinya akan pergi ke tempat yang selalu ia datangi secara diam-diam.

Tidak ada yang tau, jika lelaki itu sering mengunjungi tempat tersebut. Bahkan, Athalarik sekalipun. Tidak mengapa jika dirinya hanya menatapnya dari kejauhan, juga rasa takutnya akan ketahuan. Athalla hanya ingin menatap wajah itu, wajah sang ibu yang sudah lama ini tidak pernah mengusap kepalanya seperti masa kecilnya dulu.

Athalla merasa sedikit tenang, karena itu artinya, dirinya tidak akan bertemu dengan ayahnya untuk sementara ini. Tidak akan ada bentakan, omelan, hukuman, bahkan tuntutan untuk dirinya menjadi sempurna.

Sudah sejak lama Athalla ingin pergi dari rumah, meninggalkan ayahnya yang selalu menuntut ini dan itu. Namun lelaki itu mengurungkan niatnya, dirinya sadar betul jika hidupnya masih sangat bergantung kepada sang ayah.

Dan sekarang, dirinya benar-benar pergi dari rumah itu. Namun, tidak dengan segala kebutuhannya. Mamanya pasti akan memberikan uang sekolah untuknya bukan? Setidaknya, Athalla mempunyai sedikit uang untuk memberi anak-anak asuhnya makan.

"Den, aden nggak apa-apa?" tanya sang supir, yang tidak lain adalah pak Adi.

"Enggak, Pak," balas Athalla sedikit datar.

Pria berusia setengah abad itu merasa heran dengan sikap anak majikannya kali ini, tidak seperti biasanya yang banyak mengoceh selama perjalanan pulang. Anak itu hanya melamun, menatap jalanan yang tidak kunjung berhenti bergerak, seiring mobil yang ia tumpangi melaju dengan kecepatan sedang.

Hingga mobil itu berhenti tepat di dalam pekarangan rumah, lelaki itu masih saja sama. Tidak mengeluarkan satu patah katapun seolah tidak ada yang perlu ia ceritakan.

"Kita sudah sampai."

"Oh iya." Pikiran yang sedari tadi berhasil menghilangkan fokusnya kini seolah telah kembali, kesadarannya sudah sepenuhnya menyatu dengan dirinya kala pak Adi memberitahu bahwa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai tujuan.

Benar, kini mobil itu sudah berhasil membawa Athalla ke dalam rumah sang ibu. Jika biasanya ia hanya memperhatikan dari luar gerbang, namun kali ini dirinya benar-benar sudah memasukinya.
Menginjakan kedua kakinya di tempat ini seakan terasa asing, Athalla tidak pernah sekalipun memasuki rumah ini.

Lelaki itu membuka pintu mobil dengan sedikit gugup, tidak mungkin jika dirinya akan terus berdiam diri di dalam mobil selama itu. Supir itu pasti akan mempertanyakannya nanti, Athalla malas jika harus menjawab untuk sekedar memberi alasan.

"Yasudah kalau gitu, bapak mau nyimpen mobil dulu," sambung pak Adi kembali menatap wajah Athalla.

"Pak?"

"Iya, Den."

Pak Adi, yang semula ingin melajukan mobilnya masuk ke dalam garasi kini terhenti kala Athalla memanggilnya.

Wajah anak itu terlihat sulit di artikan, membuat Pak Adi merasa sedikit heran. Apa anak majikannya itu kembali sakit?

"Mama ada di dalem?" tanya Athalla ragu.

"Loh, bukannya aden tau, ya. Kalau hari ini Mama nggak masuk kantor."

Heran, benar-benar terasa heran. Padahal pagi tadi, Airin sudah memberitahu Athalarik jika dirinya tidak akan masuk kantor. Hanya ingin mengerjakan pekerjaannya di rumah saja, mengingat hari ini jadwalnya tidak terlalu sibuk, juga tidak ada berkas penting yang harus ia tandatangani.

"Ah iya." Athalla menggaruk tengkuknya yang terasa tidak gatal.

Menyumpahi dirinya sendiri akan pertanyaan yang ia lontarkan, tentu saja dirinya bukan Athalarik. Jadi, mana tau jika ibunya ada di rumah atau tidak. Beruntung, dirinya sangat pandai menutupi ekspresi wajahnya. Hingga membuat pak Adi berpikir jika dirinya sedang lupa saja sekarang.

Semua Belum Usai [END]Where stories live. Discover now