Part 32

302 17 2
                                    

Sudah hampir 30 menit Erik berada di dalam ruangan sana, namun kedua matanya masih enggan untuk terbuka hingga kini.

Athalla masih setia berdiam diri di samping sang adik. Sesekali, lelaki itu mengerjapkan kedua matanya guna untuk mengusir rasa kantuk yang sedari tadi menyerang, cukup lelah membuat tubuh Athalla terasa lemas ingin segera beristirahat.

Airin juga Tomy masih berada di luar, entah apa yang keduanya bicarakan, Athalla tidak ingin mengetahuinya lebih dalam. Cukup tadi saja ia mendengarkan pembicara kedua orangtuanya, sekarang ia ingin menemani Erik di sini.

"Tidur lo nyenyak banget, betah lo!" Athalla berucap dengan terus menatap wajah Erik, wajah yang terlihat tenang juga damai. Namun percayalah, hati Athalla tidak setenang itu jika ingin tau.

Lelaki itu hanya takut akan ketakutan terbesarnya yang menjadi kenyataan, melihat sang adik yang sudah tidak bisa membuka matanya kembali, Athalla sungguh tidak ingin itu terjadi!

"Eugh"

Lenguhan kecil itu terdengar jelas membuat Athalla mendekatkan sedikit wajahnya menatap wajah Erik, begitu antusias menyambut kesadaran sang adik yang sedari tadi hanya terbaring dengan kedua matanya yang terus terpejam.

"Rik, lo udah sadar?" tanya Athalla kala melihat adiknya yang kini menatap ke arahnya.

Hati kecil Athalla merasa lega, Erik sudah sadar.

"Gue di mana?"

Bukan jawaban yang Athalla dapatkan, namun pertanyaan yang di layangkan oleh adiknya. Merasa heran dengan pemandangan sekitar yang terasa jauh berbeda jika di bandingkan dengan terakhir kali dirinya masih sanggup untuk membuka matanya.

Ruangan yang sedari tadi hanya di kelilingi oleh kegelapan juga barang-barang bekas yang tidak beraturan, kini tergantikan dengan ruangan serba putih dengan beberapa barang di dalamnya. Ini terlihat lebih rapi jika di bandingkan dengan ruangan tadi.

"Rumah sakit."

Mendengar hal itu, Erik menganggukkan kepalanya dengan cepat. Seharusnya ia tidak perlu bertanya tentang dimana dirinya sekarang? Toh Erik sudah sering berada di dalam ruangan seperti ini sebelumnya kala penyakitnya kambuh.

"Lagian, lo ngapain pingsan, sih. Bikin gue khawatir aja, lo!" sambung Athalla sedikit meninggi, namun bukannya marah, Erik justru tersenyum dari dalam hatinya.

Kakaknya khawatir, bukankah itu artinya Athalla sudah benar-benar tidak membenci dirinya lagi sekarang?

"Gue baik-baik aja," jawab Erik dengan pelannya.

"Percaya gue, sama pembohong kayak lo!"

Athalla merasa kesal dengan jawaban Erik, kenapa adiknya itu selalu mengatakan jika dirinya baik-baik saja? Padahal sudah jelas jika kondisinya jauh dari kata baik, Erik sakit dan penyakitnya itu tidaklah main-main.

Penyakit jantung adalah penyakit yang mematikan, namun anak itu tetap saja keras kepala seolah tidak ada yang salah dengan tubuhnya.

"Maksud lo?"

"Gue udah tau semuanya, masih mau ngelak?" ucap Athalla santai, namun itu terdengar tidak enak di hati Erik.

Selama ini, ia sudah berusaha keras untuk menyembunyikan kondisinya dari sang kakak.
Walaupun ia sering kambuh kala berada di sekolah, namun anak itu masih cukup pintar untuk menutupi rasa sakitnya dari semua orang.

Berlari memasuki toilet, hanya di sanalah Erik dapat merasakan rasa sakitnya sedikit lebih tenang. Sebab di tempat itu, tidak ada kakaknya.

Athalarik hanya tidak ingin jika kakaknya akan semakin menjauhi dirinya kala mengetahui yang sebenarnya, juga Erik tidak ingin membuat Athalla repot akan kondisinya yang seperti itu.

Semua Belum Usai [END]Where stories live. Discover now