6. Have a Boyfriend

111 5 0
                                    

"Yak! Apa yang kalian lakukan selama satu tahun belakangan ini?!" Teriakan yang Carlo berikan, yang saat ini sedang marah kepada kepala bidang masing-masing direksi, ketika perusahaannya tidak berkembang lebih baik. Penjualan serta pemasokan mereka menurun dan banyak investor yang menarik sahamnya dari perusahaan miliknya.

"Kau kepala bidang penjualan! Apa kerjaan yang kau lakukan selama ini, sampai penjualan kita bisa menurun drastis? Apa yang kau lakukan belakangan ini?! Aku sudah mengaji dirimu sangat besar, sesuai yang berlaku di kontrak kerja kita!" Ujarnya.

"Tapi yang kau berikan untuk perusahaan aku?! Aku sudah menuruti semua pendapat yang kau berikan, termasuk menjadikan para artis, aktor, model serta berbagai boygroup dan girlgroup! Tapi apa? Penjualan tetap menurun!" Teriak Carlp dengan penuh amarah.

"Dan kau kepala bidang perancang! Bagaimana bisa hasil rancangan perusahaan kita bisa sama dengan perusahaan lain?! Aku sudah bilang kalau aku tidak suka yang namanya unsur plagiarisme! Dan ya! Bagaimana bisa seluruh ide yang aku tuangkan untuk proyek ini bisa diambil oleh perusahaan lain?!" Teriaknya kembali, seraya menunjuk kepala bidang perancangan.

"Kau juga kepala produksi! Apa saja bahan yang kau beli untuk proyek milikku ini?! Aku sudah memberi banyak uang untuk kau membeli bahan yang bagus, kokoh dan tahan lama! Tapi apa hasil yang aku dapat?! Baru setengah proses pembangunan berjalan, bangunan yang berada paling kanan malah roboh! Apa yang kau lakukan dengan uang-ku?!" Teriak Carlo yang benar-benar marah.

"Dan kau manager keuangan! Apa yang kau lakukan?! Apa kau berkerja sama dengan ketiga para penjilat ini, sehingga data keuanganku sangat tidak jelas?!" Tambahnya yang gak habis pikir sama karyawannya sendiri.

"Apakah kalian sudah bosan bekerja dengan perusahaan milikku?! Kalau dalam satu bulan ini perusahaanku tidak ada kemajuan? Akan aku pastikan kau keluar dari perusahaan ini, tidak mendapatkan job dari perusahaan manapun sehingga membuat dirimu dan juga keluarga-mu kelaparan!" Teriak Carlo murka.

"Sekarang kalian keluar! Buat proposal terbaru! Aku tunggu hari ini!" Teriaknya lagi, mengusir para pekerjanya.

Setelah para pekerja keluar, Carlo mulai meredahkan emosinya. Mengatur nafasnya agar menstabilkan emosinya. Namun, ketika dirinya hendak membaca email penting, seseorang masuk secara tiba-tiba, tanpa ketukan pintu diiringi senyuman pongah yang menghiasi wajahnya.

Ia langsung mendecih tak suka. Sungguh, ia sangat membenci wanita yang ada dihadapannya saat ini. Siapa lagi kalau bukan Rosaline Yogantara, wanita yang tak pernah menyerah untuk mendapatkan dirinya kembali.

"Bagaimana, Tuan Mikaelson? Belum waktu tiga hari saja kau sudah semarah ini, bagaimana kalau sudah tiga hari? Aku penasaran kau akan bagaimana. Terlebih ketika istrimu tau semuanya, atau yang lebih parah ketika kelima anak-mu tau. Kau tau bahwa sekolah itu bukan milik seorang Wilona Mikaelson lagi, kalau kau tidak membayar uang yang kau pinjam beserta bunganya? Coba kau bayangkan, m aset apa saja yang akan kau jual untuk membiayai kehidupan keluargamu serta membayar sekolah kelima anakmu?" Ucap Rosaline, yang tidak ada hentinya menghasut pria bermarga Mikaelson ini.

"Alana yang sudah memasuki kelas 12 yang sebentar lagi lulus dan memasuki area perkuliahan. Elnathan yang sebentar lagi lulus dari sekolah JHS-nya. Jangan lupakan biaya bulanan sekolah yang sudah menunggak selama 3 bulan lebih, serta biaya yang akan kau keluarkan untuk membayar praktek, serta ujian untuk anak sulung kamu dan juga anak bungsu kamu?" Tambah Rosaline, yang saat ini sedang duduk disofa kantor Carlo dengan tangan yang terlipat didepan dadanya.

"Tuan Mikaelson, aku tau kau pria yang sangat pintar. Terlebih biaya hidup di kota Jakarta tidak-lah murah. Apalagi istrimu yang statusnya masih dibawah kamu. Keluarganya yang tidak mampu, tidak akan bisa membantu banyak untuk dirimu." Sambung Rosaline.

"Aku masih berbaik hati untuk tidak menyuruh dirimu untuk bercerai dengan istrimu. Cukup untuk selalu ada disaat aku membutuhkan." Tambah Rosaline.

"Aku masih menunggu jawaban dari dirimu." Final Rosaline, mengecup pipi pria bertubuh jangkung ini, sebelum pergi dari ruangan miliknya.

Sementara Carlo sendiri langsung mengusap wajahnya frustasi. 'Apa yang harus aku lakukan?'
---

"Diara, dia punya kekasih." Ucap Bastian secara tiba-tiba, yang membuat The Mikaelson yang sedang makan dikantin pun langsung menatap dirinya.

"Kalian kenapa?" Cicit Bastian, yang langsung meneguk salivahnya secara kasar.

"Siapa?" Tanya Biona dengan tatapan dinginnya, tatapannya tak lepas dari Bastian. Begitu juga dengan kakak sulungnya, dan juga dengan adiknya.

"Kalian tau anak baru yang ada di kelasnya Diara?" Tanya Bastian, yang sukses membuat Ciara mendecak kesal.

"Kasih tau aja! Kenapa mesti tanya balik sih?!" Geram Ciara, yang kesal kepada Bastian karena menurut dirinya terlalu bertele-tele.

"Daren Herlios, anak baru yang sekelas sama Tar--" Ucapan Bastian langsung terhenti karena The Mikaelson yang langsung beranjak dari duduknya pergi meninggalkan dirinya, yang saat ini tengah terpaku menatap mereka karena tingkah mereka.

The Mikaelson mulai menyebar, mencari orang yang bernama Daren Herlios diseluruh penjuru sekolah. Bertanya kepada semua murid tentang keberadaan pria bermarga Herlios itu.

"Daren Herlios?" Tanya Biona, yang membuat sang empuh menoleh, menatap heran senior yang ada dihadapannya. Namun tak dipungkiri ia mengangguk, membenarkan pertanyaan seniornya itu.

Biona langsung tersenyum puas, ia langsung menarik secara paksa pria bermarga Herlios itu. Membawa pria itu ke gudang setelah dirinya memberitahu ketiga saudaranya, bahwa dirinya telah menemukan pria yang mereka cari.

Tak butuh waktu lama, The Mikaelson akhirnya sampai di gudang sekolah. Alana yang tengah menatap Daren dengan pandangan yang sangat sulit diartikan. Serta Biona yang tengah menatap pria yang ada di hadapannya dengan tatapan remeh.

"Ada apa ya?" Tanya Daren yang masih bingung, menatap ketiga wanita yang ada di hadapannya ini, yang tengah menatap dirinya dengan tatapan mengintimidasi.

Ciara langsung mendecih, menggulung lengan bajunya hingga atas sebelum pundak, menghampiri pria yang jangkung yang sedang berdiri di hadapannya, dengan wajah songongnya, lalu menendang tulang kering pria yang ada di hadapannya ini.

"Udah punya apa aja kau ini, sampai jadiin adik saya pacar kamu?" Tanya Ciara dengan tatapan remehnya.

Daren meringis, begitu wanita yang lebih kecil ini menendang tulang keringnya. Ia langsung menoleh ke belakang, dan ternyata sudah ada wanita bernama Ciara Mikaelson, nama yang tertera di name tag.

Daren langsung menautkan kedua alisnya penuh kebingungan. Pacar? Hal konyol apa yang baru saja ia dengar. "Pacar? Siapa?" Tanyanya dengan tampang datarnya, dan membuat wanita bertubuh mungil ini mendecih lagi. Bahkan wanita bernama Biona juga turut mendecih. Tapi tidak dengan wanita bernama Alana, yang saat ini tengah duduk menatap kedua adiknya.

"Diara Mikaelson, adik saya! Kamu udah punya apaan aja sampe berani ngajak adik saya pacaran?!" Tanya Ciara sekali lagi.

"Diara Mikaelson?" Tanya Daren yang sukses memancing amarah wanita mungil yang ada di hadapannya, ditendang lah perutnya, serta kakinya, sehingga ia tersungkur, namun dibangunkan kembali oleh wanita yang ada di hadapannya.

Suara ringisan yang keluar dari mulut Dare  seraya memegang perut yang baru saja di tendang wanita mungil yang ada di hadapannya ini. Walaupun wanita ini mungil, tendangan yang dia berikan tidak lah semungil badannya.

Rasanya, Daren ingin sekali membalas pukulannya. Namun apalah daya dirinya, jika lawannya seorang perempuan. Ia tidak di ajarkan orang tuanya untuk menyakiti, atau melawan seorang perempuan. Alhasil dia hanya bisa diam, dan membiarkan wanita mungil atau bahkan ketiga wanita ini memukuli dirinya.

"Segitu doang?!" Sarkas Ciara, menatap remeh pria yang ada di hadapannya ini.

"Dengerin, saya gak tau kenapa saya ada disini. Pacaran? Siapa? Saya? Dengan siapa? Siapa Diar--" ucapan Daren langsung terhenti karena wanita mungil yang tiba-tiba memukulnya kembali.

"Gak usah belaga sok polos deh! Semua pacar Diara juga kayak gitu awalnya! Bilang enggak-enggak tapi ngaku juga kalo pacaran!" Ujar Ciara, yang kembali membuat pria yang ada di hadapannya ini meringis.

Daren sendiri bingung harus berkata jujur seperti apalagi.

HAPPY FAMILY? - JENRINA, JAEMINJEONG, HAESELLE, RENNINGWhere stories live. Discover now